NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 6

Udara sejuk serta rerumputan yang dipenuhi oleh warna warni bunga membuat dua anak yang terus berlarian disana, semakin semangat untuk bermain. Satu anak berlari sambil memegangi bunga mawar berwarna merah. Sedangkan, yang satunya lagi mengejar anak itu dengan mawar putih ditangannya. Mereka tersenyum, tertawa, dan bercanda ria ditempat ini. Suasana ini... mirip dengan momen Naya dan Abya ketika bersama.

"Bagaimana tanggapan mu dengan hubungan mereka?" ucap suara yang sangat familiar bagi Naya. Suara itu membuat tatapan Naya berpindah kebelakang.

"Hai, Timira. Sudah lama ya kita tak berjumpa," sapa Naya sambil melambaikan tangannya. Timira pun membalas lambaian itu dengan senyuman.

"Jadi apa jawabanmu?"

"Apanya?"

"Soal hubungan mereka."

“Hubungan mereka ya….” Naya mengubah arah pandangnya, menatap lagi dua anak yang masih bercanda ria ditaman ini. Ia berpikir, kemudian tersenyum. “Sangat harmonis… mungkin?”

Ah... ini jawaban yang sangat pas untuk Timira dengar. Tidak ia sangka, anak ini bisa menempatkan kata ‘mungkin’ dalam ucapan yang cukup sempurna bagi orang lain. Timira melangkahkan kakinya agar ia sejajar dengan Naya, lalu menggenggam tangan kecil itu dengan erat. Hal ini tentu membuat Naya kebingungan dengan tingkah anak yang mirip dengannya ini.

“Kenapa tiba-tiba menggandeng tanganku?” tanya Naya sambil menaikkan satu alisnya.

“Tak apa, aku hanya merindukan momen kecil saja kok. Sama seperti denganmu, aku juga punya momen yang indah bersama seseorang,” jawab Timira dengan kedua mata yang sudah menutup, dirinya sedang menerima angin lembut yang terus datang membawa rasa sejuk. “Sekarang bangunlah. Hanya ini saja yang ingin ku tunjukkan padamu.”

...###...

Naya membuka matanya perlahan setelah bangun dari mimpinya. Pandangannya kabur untuk detik pertama, tapi pandangannya pun kembali normal ketika ada bocah lelaki membuka pintu kamarnya. Abya masuk ke kamar Naya dengan langkah kecilnya yang imut. Ia menutup pintu kamar dengan perlahan, lalu mengambil Nintendo switch yang terletak tak jauh dari Naya. Naya yang masih mengumpulkan nyawanya hanya diam memperhatikan Abya di tempat.

“Jangan kelamaan ngumpulin nyawanya,” ucap Abya sambil menunggu benda kesukaannya itu selesai dengan openingnya. Naya tetap diam, dirinya benar-benar serius dalam mengumpulkan dua puluh persen nyawanya kembali. Hingga akhirnya, sebuah tangan kecil menyentuh dahi Naya dengan cara menyentil-nya. Seketika Naya pun merintih karena kesakitan.

"Apaan sih, tiba-tiba nyentil dahi orang yang baru bangun tidur,” protes Naya sambil memegang keningnya.

“Makanya langsung bangun biar nggak kena sentil,” jawab Abya yang sibuk memilih game di Nintendonya. “Btw sana mandi. Biar ku tunggu disini sambil main game.”

“Iya, iya.” Naya bangkit dari kasurnya setelah mengomel dengan Abya. Ia mengambil handuk yang ada di lemari kecilnya, masuk ke kamar mandi, lalu menutup pintunya dengan kasar hingga membuat orang yang ada dikamarnya senam jantung sesaat.

“Dasar angry bird,” gumam Abya menatap pintu kamar mandi yang baru saja tertutup.

...###...

Les rêves des amoureux sont comme le bon vin

Ils donnent de la joie ou bien du chagrin

Affaibli par la faim je suis malheureux

Volant en chemin tout ce que je peux

Car rien n’est gratuit dans la vie

L’espoir est un plat bien trop vite consommé

À sauter-svbnsghssmg

“ASTAGFIRULLAH.”

Radio diruang tamu membuat ayah Naya kaget karena suaranya tiba tiba berubah menjadi suara di kala hujan lebat. Ayah Naya bangkit dari duduknya dan memukul radio itu agar ia kembali memutar lagu berjudul le festin, lagu yang digunakan untuk film ratatouille.

“Nah baru benar,” ucap ayah Naya setelah radio nya kembali seperti semula. Ia pun kembali duduk di sofa yang sebelumnya ia tempati, mengambil koran yang ada dimeja kopi, lalu membacanya dengan tenang. Ah... ketenangan yang indah bagi seorang pria.

Disisi lain, ibu Naya sibuk dengan kebisingannya di dapur, yaitu memasak. Suara berisik dari alat dapur juga menutupi suara kebisingan dua bocah yang sedang bertengkar di meja makan. Naya mengambil semua sayur yang ada disana untuk dimasukkan ke roti sandwitchnya yang sudah diisi irisan ham. Sebenarnya, Naya tak suka memakan sayur, tapi karena senyum smirk Abya yang seolah-olah mengatakan dia lemah, dirinya jadi mengambil semua sayur hingga tak bersisa. Abya membuka mulutnya lebar sangking terkejutnya melihat Naya. sementara Naya, dia memakan sandwich itu sambil menahan rasa yang ia tak suka.

“Bwagaimwana? awku lewbiwh ungwguwl dawrwimwu kwan?” ucap Naya berusaha tersenywum smirk dengan satu mata yang menyipit. Ia benar-benar menahan agar ia tak memuntahkan isi perutnya sekarang.

“Hei ini tak adil. Katakan saja kau ingin memuntahkan sayur-sayur itu kan?” protes Abya yang dijawab gelengan kepala. “KAUU-”

Naya mengangkat alisnya. Ia menunggu Abya mengucapkan kalimat berikutnya. “MUNTAHKAN SEMUA ITU. SE.KA.RANG!” sambungnya, lalu memukul meja dengan kuat hingga ibu Naya menoleh ke arah keduanya di saat ia sudah selesai dengan alat masaknya.

“HEI APA-APAAN KALIAN,” bentak ibu Naya yang membuat keduanya terdiam. “Sandwich itu masi banyak anak-anak. Jadi, jangan bertengkar! Lalu, tolong jangan habiskan sayur yang ada di piring, itu sayur untuk ibu dan ayah.”

“Tapi sayur itu semuanya sudah ada dimulut Naya, tante. lalu, yang tergigit juga sudah masuk ke perutnya,” adu Abya yang membuat bocah didepannya melotot hebat. Mampus sudah hidup Naya setelah ini, Ia pasti akan disuruh merenung di dinding atau dikurung di kamar tanpa satu buku pun. Bahkan, mimpi buruknya akan terkabul disini, yaitu buku novel yang tak akan pernah lagi datang karena ibunya tak akan mau membelikannya lagi. “Kalau tante tak percaya, lihatlah sandwich yang penuh sayuran ditangan kecil baby Naya ini.”

Seketika Naya melihat ke tangannya. Benar, ternyata ada roti disana. Ia pun langsung dengan cepat menaruh roti yang sudah tergigit itu ke piring. Menghilangkan jejak, lalu tersenyum dengan lebar ke ibunya yang sudah seperti iblis. ‘Selesai sudah dirimu, Nay,’ batin naya berusaha tenang.

Beberapa detik kemudian ibu Naya pun menuju ke meja makan. Ia mengangkat roti yang sudah tergigit itu, lalu menelitinya. “ Memang benar ini gigitan Naya, Tapi apakah dunia sudah kiamat? “ gumam ibu Naya yang dapat didengar oleh keduanya.

“MAMA!” bentak Naya yang kemudian mengerucutkan bibirnya, itulah ekspresi yang ia tunjukkan apabila ia sedang ngambek. Ibu Naya tertawa karena lelucon kecilnya. Ia pun mengusap-usap kepala kecil Naya hingga rambutnya yang sudah tersisir dengan rapi kini berantakan.

“Bercanda sayang,” ucap ibu Naya dengan senyum khasnya. “Kalau begitu sekarang, habiskan lah sandwich sayurmu itu ya. Mama memaafkanmu kali ini.”

“Nggak mau... nggak enak ma…”tolak Naya yang langsung mendapatkan sentilan dari ibunya serta tatapan tajamnya yang selalu ia gunakan untuk mengancam putri kecilnya ini. Seketika Naya pun langsung menciut dan memakan sandwich itu dengan lahap. Ia tersenyum ketika semua bagian sandwich itu sudah masuk ke dalam perutnya.

“Anak pintar, lain kali harus rajin makan sayur ya. Sekarang ibu akan memotong sayur lagi untuk membuat sandwich mama dan papa keliatan sempurna. Jadi, kamu bermainlah bersama Abya sepuasmu ya, oke,” ucap ibu Naya jelas. Ia pun kembali ke dapur, sibuk dengan pisau serta sayur yang baru saja ia keluarkan dari kulkas. Naya menghela nafasnya. Ia pasti akan mengenang momen ini seumur hidup, pasti.

“Lemah” ucap Abya singkat setelah roti sandwichnya berhasil masuk ke perutnya. Ini menyebalkan, rasanya naya ingin sekali menutup mulut itu dengan selotip yang terletak di kamarnya. Namun, itu tidak mungkin ia lakukan karena bocah di depannya ini pasti sudah menghilang dari meja makan sebelum selotipnya tiba. Maka dari itu, ia hanya bisa menatap Abya dengan lekat sambil memikirkan skenario menggantung temannya ini di pohon yang sangat tinggi. Kalau bisa, pohonnya harus melebihi pohon kacang dalam dongeng ‘kisah jack dan pohon kacangnya’.

“Oh ayolah… jangan menatap ku seperti itu bocah. Kata-kataku tidak salah untuk situasimu saat ini. Jika kau ingin menyalahkan seseorang Karena sebuah roti lapis, salahkan john montagu.”

“Siapa dia? Apakah dia yang membuat makanan sialan ini?”

“Bukan, dia hanya bangsawan penjudi yang mempopulerkan roti lapis. Lalu, membuat roti yang baru saja kita makan ini memiliki sebutan sandwich,” Jawab Abya sembari mengingat-ingat isi buku tentang makanan yang menjadi pembicaraan mereka.

“Kalau misal dia yang mempopulerkan, siapa yang sebenarnya menciptakan makanan ini?” tanya Naya yang penasaran tentang makanan yang ia benci ini.

“Belum ada yang tau siapa yang pertama kali membuatnya, karena ia sudah ada sejak ribuan tahun lalu,” Jawab Abya lagi. “sudahlah, lebih baik kita jangan bahas tentang ini”

“Tapi aku masi penasaran tentang sandwich.”

“Kalau begitu aku beri kau pilihan. Kau ingin mengetahui tentang makanan yang tidak penting ini atau cara mengendalikan sihir yang baru-baru saja kau lihat akhir-akhir ini,” ucap Abya mencoba untuk menghentikan topik kali ini, karena dirinya sudah muak dengan pembahasan sandwich yang tidak ada habisnya. Tapi negosiasi tidak bisa selesai dengan cepat dikarenakan berbagai faktor hambatan yang memengaruhi prosesnya, salah satunya adalah perbedaan kepentingan dan tujuan.

“Baiklah aku akan memberitahumu kedua hal itu, tapi untuk sandwich akan kita bicarakan besok, hari ini kita belajar sihir saja. Bagaimana, apakah kau setuju?” geram Abya. Ia memberikan penawaran lagi untuk yang kesekian kalinya karena temannya ini tidak mau memilih salah satu dari pilihan yang Abya berikan. Semoga saja bocah kecil didepannya itu mau mengiyakan pernyataan yang baru saja ia lontarkan tersebut.

“Baiklah, aku setuju,” ucap Naya yang mendapatkan respon helaan nafas lega. Akhirnya negosiasi ini berhenti, walau caranya agak merepotkan karena Abya harus mengalah pada Naya.

1
apayaaaa
bagus bet, seruu fantasi nya
ajab_alit: makasih atas komentarnya kakak
total 1 replies
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!