Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 08
Selepas membaca doa semuanya kembali tersenyum dan berbicara berbisik-bisik. Nining menduga pasti mereka masih membicarakannya saat ini. Nining malahan senang bahwa ia menjadi bahan gosip semua orang. Pikirnya namanya itu akan menjadi terkenal karena telah menolong seseorang yang kini telah menjadi suaminya itu.
"Ayo Ning kita salaman dengan kedua orang tua kita." ajak Ilham yang baru mengeluarkan suaranya.
Nining mengangguk dengan mengikuti untuk bersalaman dengan kedua orang tuanya Ilham.
"Selamat ya Nak. Semoga kalian berdua bisa menjalankan bahtera rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Kamu sekarang bukan seorang imam dan guru Ilham. Tapi kamu telah menjadi seorang pemimpin dan suami di rumah tangga mu. Beban mu sekarang semakin bertambah. Semoga Allah selalu menjaga mu dan memberikan jalan yang terbaik. Pergauli istri mu dengan baik juga. Jangan paksakan dia jika tidak mau. Kamu pasti mengerti maksud Abah ini." ucap Basro dengan nasehat yang menyentuh di hati Nining.
"Iya Bah. Insyaallah aku akan menjadi suami yang telah Abah ajarkan. Doakan aku bisa menjalankan rumah tangga seperti yang Abah jalankan. Doa kalian sangat berarti bagi kami." balas Ilham dengan sangat lembut.
"Insyaallah doa ku menyertai mu wahai anak ku." balas Basro sembari mengelus kepala Ilham dengan Ilham mencium tangan Basro. Cairan bening begitu saja meneteskan dari kelopak mata Ilham.
Nining melihat kejadian itu berpikir bahwa Ilham terpaksa menikahinya. 'Apa benar kali ya kata Zubaidah, Gus Ilham menerima pernikahan ini gara-gara hanya mau menutupi gosip tersebut? Kasihan banget Gus Ilham.'
Setelah Ilham beralih ke Zulaikha untuk bersalaman, barulah Nining bersalaman dengan Basro. Lelaki paruh baya itu memegang kepala Nining. "Nining... Sekarang kamu telah menjadi istri dari Ilham. Nasehat ku saat ini tidak banyak-banyak. Patuhi apa yang di ajarkan Ilham pada mu. Dia adalah suami mu sekarang. Dia pengganti Papa mu. Beban Papa mu sudah pindah ke bahu Ilham. Jadi apa pun yang di katakan Ilham, ikuti." ucap Basro dengan nasehat yang membuat Nining ingin menangis.
Baru juga Nining keluar dari pesantren, ia sudah berpindah tempat tanggung jawab. "Insyaallah Pak Kiai, aku usahakan."
"Ning... Sekarang jangan panggil Pak Kiai. Panggil Abah sama Uma." perintah Zulaikha.
"I-iya Bu Nyai. Eh salah, Uma." balas Nining yang belum terbiasa.
Mereka semua tersenyum-senyum dengan Nining bersalaman dengan Zulaikha setelah melepaskan salaman Basro. "Iya sudah kalian bersalaman sana dengan Papa dan Mamanya Nining." perintah Zulaikha dengan sangat lembut.
Nining dan Ilham mengangguk dan perlahan berdiri dengan mendekati Rinjani dan Komar.
"Kami enggak banyak-banyak berkata apa-apa. Semua telah tersampaikan oleh Kiai Basro. Tapi untuk Nining, jangan banyak-banyak memikirkan tentang kondisi kami. Kami baik-baik aja Nak." ucap Komar yang membuat Nining ingin menangis lagi.
'Papa tau banget kalau aku terus kepikiran dengan kondisi mereka.' Nining tengah bersalaman dengan kedua tangannya.
"Aku akan berusaha menuntun Nining, Pa, Ma. Aku juga meminta doa dari kalian berdua. Semoga doa yang kalian sampaikan langsung terijabahkan." ucap Ilham.
"Insyaallah. Kami berdua selalu mendoakan untuk kebaikan kalian berdua. Ingat pesan Papa untuk mu Ilham." ucap Komar yang terdengar memiliki sebuah nasehat dengan Ilham.
"Insyaallah aku akan mengikuti apa yang Papa inginkan." balas Ilham dengan tersenyum manis.
Ilham mulai berjalan pelan-pelan ketempat yang masih kosong untuk duduk di sana dengan Ilham mengerenyitkan keningnya melihat Nining.
"Kamu duduk di dekat Ilham Ning. Ngapain bengong di sini." ucap Rinjani membuyarkan tatapan Nining dan Ilham.
'Oh... Wajar Gus Ilham melihat ku kayak begitu. Aku di suruh ikut duduk di samping beliau rupanya. Ngomong geh Gus-Gus. Main tinggal aja.' Nining baru sadar dengan tatapan Ilham dengan ia berjalan untuk duduk di samping suaminya itu.