NovelToon NovelToon
Catatan Hanna

Catatan Hanna

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Keluarga / Persahabatan / Kontras Takdir
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Saat tidak ada teman yang dapat mendengar keluh kesahnya, Hanna menorehkan semua uneg-unegnya di buku hariannya. Tentang cinta, teman, dan keluarga, semua ada di sana.

Hidup Hanna yang begitu rumit, membuat dia kadang-kadang frustasi, namun dia tetap harus kuat menghadapi ombak kehidupan yang terus menghantam.

Ikuti kisah hidup Hanna di "Catatan Hanna."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pov Author

"Bang, uang kita udah cukup kan buat lanjutin bikin rumah ini?" tanya Riri pada Arman suaminya.

"Kan uangnya kamu yang simpan, Ri," balas Arman.

"Iya, Bang. Maksudnya aku karena udah cukup, gimana kalau rumah ini kita rampungin secepatnya? Aku juga pengen punya dapur yang lebih bagus lagi, lantai rumah juga harus diubah, aku enggak mau lantainya semen kek gini," ucap Riri.

"Terserah kamu aja."

"Ya udah, besok kita beli bahannya ya," ucap Riri dengan wajah senang.

"Iya, sayang. Oh ya, aku laper, masakin dong." Arman memegangi perutnya dengan wajah memelas.

"Yah, aku mau nyuci dulu, Bang. Kalau laper kamu masak aja sendiri, nasinya juga udah matang tuh, tinggal bikin menunya doang," ucap Riri seraya mengambil semua baju kotor dan memasukkannya dalam mesin cuci.

"Ri, aku kan suami kamu. Ya kamu masakin dong buat aku, tadi sarapan juga aku pergi ke rumah ibu. Masa sekarang harus ke rumah ibu lagi?"

"Ya kalau kamu enggak mau masak, beli makanan di luar aja, Bang. Aku lagi sibuk, kebetulan Aya sedang dibawa jalan-jalan sama tantenya, kalau nanti dia pulang aku enggak bakal sempat nyuci lagi," ucap Riri dengan santainya.

Arman tidak ingin berdebat perihal memasak, jadi dia lebih milih pergi ke warung terdekat untuk beli mie instan dan kemudian menggorengnya sendiri.

Arman terlalu memanjakan istrinya, hal inilah yang sebenarnya membuat Hanna selalu marah. Arman juga tidak mau istrinya disalahkan, dia akan selalu menjadi orang pertama yang membela istrinya.

Di kediamannya, Hanna sudah bersiap-siap untuk pergi kerja. Hari ini adalah hari kedua Hanna bekerja di toko kakaknya, sebenarnya dia tidak ingin bekerja di sana. Namun, karena dipaksa oleh sang kakak, akhirnya dia luluh juga dan mau bekerja di sana meski hatinya tidak enak.

"Yun, kok toko kotor banget hari ini? Kamu enggak nyapu ya?" tanya Imran, lelaki itu baru saja pulang dari kebunnya.

"Ini sampah tadi, Bang. Dari tadi toko rame terus, aku dan Hanna enggak sempat nyapu, dan banyak pelanggan yang harus dilayani." Yuni mengutip satu per satu kertas yang berserakan di lantai.

"Aku aja yang ngurus toko sendiri bisa kok, Yun. Toko juga enggak berantakan kayak gini," ucap Imran.

Yuni mendelik ke arah suaminya, sedangkan Hanna sedang sibuk merapikan barang dan membersihkan debu-debu yang menempel di sana, Hanna bukannya tidak mendengar perdebatan antara kakaknya dan sang ipar. Dia hanya pura-pura tuli saja, Hanna tidak ingin ambil pusing hal begituan, menurutnya itu bukan urusan dia juga.

"Bang, enggak enak didengar Hanna," ucap Yuni.

Imran kemudian menarik lengan istrinya dan mengajaknya untuk pergi menjauh dari Hanna, dia sepertinya hendak membicarakan hal yang cukup penting dengan Yuni.

Melihat gelagat aneh Imran, timbullah rasa curiga di hati Hanna. Lekas dia mengikuti ke mana kakaknya dan Imran pergi, sekarang mereka berdiri di luar toko. Imran dan Yuni tidak menyadari kalau Hanna sedang menguping pembicaraan mereka.

"Yuni, kamu menyuruh Hanna kerja di sini tanpa persetujuan dari aku. Kamu kenapa sih bertindak seenak hati kamu?"

"Loh, kenapa emangnya, Bang? Hanna kan adik aku, itu artinya adik kamu juga, apa salahnya memberikan dia pekerjaan? Kan lebih baik, daripada kita gaji orang lain, lebih baik kan Hanna aja yang kita gaji." Yuni menatap heran suaminya, dia merasa sikap suaminya sudah agak berubah sekarang.

"Yun, kalau Hanna ada di sini, nanti semuanya harus kita yang tanggung. Kamu enggak sadar apa? Bang Arman aja masih sering ke sini, dia suka ngutang tapi enggak mau bayar. Yun, kalau boleh jujur, sebenarnya setelah kejadian hari itu, saat bang Arman bentak-bentak kamu, aku udah enggak sreg lagi sama dia. Aku bahkan enggak pengen mengetahui apa pun tentang hidupnya dia. Masa dia enggak ngehargai sedikit pun kamu sebagai adiknya. Dia sama sekali tidak menghargai kalian, tapi kalau lagi butuh, dia dengan wajah tanpa malu datang ke sini untuk minta bantuan sama kamu."

"Lalu, apa masalahnya dengan Hanna, Bang?"

"Yun, aku sudah janji sama ibu aku untuk memperkerjakan Dika di sini," jawab Imran.

"Lalu?"

"Ya... Kamu sudah bisa tebak sendiri dong sayang."

"Maksud kamu, aku harus nyuruh Hanna berhenti kerja sama kita, gitu? Supaya kamu bisa bawa Dika untuk kerja di toko kita?" tanya Yuni masih tidak yakin.

"Nah, itu maksud aku."

"Enggak bisa gitu dong, Bang. Hanna itu adik aku, dia udah kerja sama kita. Masa iya aku nyuruh dia keluar agar kamu bisa masukin anak saudara ibu kamu ke sini!" ucap Yuni tidak setuju.

"Yun, selama ini aku sudah berusaha jadi suami dan ipar yang baik. Aku tidak pernah sekalipun ikut campur dengan apa yang kamu lakukan, kamu kasih uang ke Hanna, apa aku pernah melarang kamu? Tidak kan? Sekarang giliran kamu yang harus ngalah sama aku---" Hanna segera memutar badannya dan kembali melanjutkan kegiatannya membersihkan barang di toko. Dia tidak ingin mendengar lebih lanjut lagi obrolan kakak dan iparnya itu.

"Ternyata seperti ini gambaran sikap bang Imran di belakang aku," desis Hanna sedih.

Dia sudah memutuskan untuk tidak akan pergi bekerja lagi esok harinya. Hari ini adalah hari terakhir dia kerja dengan kak Yuni, dia tidak menyalahkan siapa-siapa, ini semua terjadi karena keadaan.

"Hanna, kamu pasti bisa melewati ini semua, kamu pasti bisa! Kamu tidak sendiri, kamu masih punya ibu, jangan marah sama mereka. Kalian adalah darah daging yang terlahir dari ibu yang sama," batin Hanna, dia terus menyemangati dirinya sendiri.

--- 

--- 

Hanna terduduk lesu di sofa ruang tengah, saat itu ibunya sedang bergelut di dapur. Bu Erni sedang membuat sarapan pagi itu, namun Hanna hanya duduk saja tanpa ikut membantu. Pikirannya sangat terganggu dengan apa yang didengarnya kemarin, pembicaraan Yuni dan suaminya masih tidak bisa dia lupakan.

"Hann, sarapan udah siap, makan yuk!" ajak ibunya.

"Nanti aja, Bu." Hanna terlihat lesu.

"Emang kamu enggak kerja? Kamu yakin mau keluar dari toko kakak kamu, Hann? Kak Yuni kan bisa memperkerjakan kalian berdua."

"Enggak bisa, Bu. Kata bang Imran, mereka punya banyak tagihan yang harus dibayar tiap bulannya, mereka juga sedang membangun rumah, jadi butuh pengeluaran yang cukup banyak. Untuk saat ini mereka enggak bisa menggaji dua pekerja sekaligus," jelas Hanna.

Mendengar penjelasan anaknya, bu Erni hanya bisa menghela nafas berat.

"Ya sudahlah, Hann. Sebaiknya kamu di rumah aja, enggak usah kerja, temenin ibu di sini," ucap ibunya.

"Bu, bang Andi juga tiduran di rumah. Dia jarang bahkan terkesan malas untuk bekerja, seharusnya setelah punya istri dan anak, dia lebih---"

"Hann, jangan keras-keras! Nanti abang kamu denger." Bu Erni segera membekap mulut Hanna dengan tangannya, sembari matanya terus memperhatikan kamar Andi yang berada di dekat tangga menuju lantai dua.

"Ish, Ibu." Hanna segera menepiskan tangan ibunya.

"Kalau ngomong ya lihat tempat dong, Hann."

"Bu, kenapa sih kita harus hidup kayak gini? Hanna capek, Bu," keluh Hanna.

Hanna sangat kesal dengan tingkah laku orang di disekelilingnya, dia ingin melampiaskan kekesalannya itu, tapi tidak tahu pada siapa. Saat itu, Mei yang baru saja habis menjemur pakaian di halaman depan masuk sambil membawa ember yang sudah kosong.

"Hann, hari ini kamu mau ikut kakak ke kebun enggak?" tanya Mei.

"Jam segini aja bang Andi masih belum bangun, Kak. Gimana mau pergi," jawab Hanna dengan hati dongkol.

"Nanti biar aku yang bangunin, Hanna," ucap Mei, dia meletakkan ember kosong itu di dekat meja dapur, lalu masuk ke kamarnya untuk membangunkan Andi.

"Kehidupan macam apa ini?" seolah bertanya pada dirinya sendiri, Hanna menatap ibunya dengan tatapan kesal.

"Sabar, Hanna."

"Ibu sendiri bisa sabar enggak?" Hanna balik bertanya, dia bahkan langsung meninggalkan ibunya tanpa menunggu ibunya menjawab, Hanna masuk lagi ke dalam kamarnya, dia sudah tidak selera untuk sarapan.

Sesampainya di dalam kamar, dia kembali teringat dengan ucapan Imran. Hanna sadar kalau sebenarnya Imran ingin menyindirnya kemarin.

"Memang benar, tidak sewajarnya aku terlalu menaruh harapan sama kak Yuni. Dia memang kakak aku, tapi dia tidak punya lagi tanggung jawab terhadap aku dan ibu, dia sudah menjadi istri orang, dia memiliki kehidupannya sendiri sekarang. Lain halnya sama bang Andi dan bang Arman, mereka berdua walaupun sudah nikah tetap harus berbakti pada ibu. Namun, yang ku temukan dari mereka berdua bukanlah kebaktian, melainkan beban untuk ibu. Ya, dua abangku cuma memberikan beban pada ibu. Mereka sudah memiliki istri masing-masing, tapi masih saja menggantungkan hidupnya sama ibu," lirih Hanna. Tangannya begitu cekatan menuliskan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya. Kata-kata yang berasal dari lubuk hatinya paling dalam, pena dan lembaran buku telah menjadi sahabatnya sejak lama. Menurut Hanna, hanya mereka yang bisa diajak bercerita.

"Hann, dicariin kak Yuni," ucap Mei dengan suara cukup keras.

"Lagi males keluar, Kak. Suruh aja dia ke kamar aku," balas Hanna. Hanna buru-buru menyimpan kembali diary itu di atas meja.

 

1
* bunda alin *
dan indah pada waktu nya 🥰
P 417 0
semoga kita semua selalu di berikan kesehatan ,kebhagiaan dan keberkahan/Pray//Pray/
P 417 0
hmmm.bner2 di tamatin/Sleep//Sleep/
P 417 0
perasaan yg mbulet/Drowsy/
* bunda alin *
tap tap tap ..
P 417 0
tamat/Sleep/
* bunda alin *
tegang bgt ,, 😱
P 417 0
/Drowsy//Drowsy/tuh kan akibatnya klo terlalu baik
P 417 0
/Proud//Proud//Proud/hmmm bner2 polos
P 417 0: ntah/Silent/
🥑⃟Riana~: apanya yg polos/Sweat/
total 2 replies
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/rekomendasi yg bgus
P 417 0
ajaran yg baik bkl jdi baik hasilnya/Smile/
* bunda alin *
malang nya Hanna,,, selalu di hinggapi hal yg tdk terduga
ayo donk .. kapan Hanna bisa bahagia ... 💜
P 417 0
hmmmm .berarti ada dalng lain juga/Speechless/
🥑⃟Riana~: Anda/Shame/
P 417 0: sapa🙄
total 4 replies
P 417 0
oooo.ternyata bgas /Sleep//Sleep/
🥑⃟Riana~: hooh 🤧
total 1 replies
P 417 0
sapa sih sebnernya/Drowsy//Drowsy/
P 417 0
ooh tk kira abis gitu aja/Facepalm//Facepalm/
P 417 0
sepertinya obrolan di atas sedikit kurang mnurt aku/Silent/
🥑⃟Riana~: Harus ditambah lagi? kamu aja yg nambah kk/Sweat/
total 1 replies
* bunda alin *
tq sdh up ,, next thor
P 417 0
kita udah berapa tahun ya🤣🤣🤣🤣
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/klo ngliat di reel mngkin lbh seru kali ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!