Mimpi seorang Hasna adalah sembuh dari penyakit yang dia derita dan karena mimpinya itu membutuhkan banyak uang, Hasna pun pergi ke ibu kota untuk mencari uang disana, walau izin dari sang ayah tidak dia dapatkan.
Mungkin karena berangkat tanpa izin dari sang ayah, Hasna yang berada diibukota telah salah memilih kawan, dan berakhir dengan dia yang malu untuk pulang walau hanya bertemu keluarga apalagi sang Ayah yang dulu bersikeras melarangnya pergi.
Dan Kini Dunia Hasna semakin rumit manakala seseorang yang dia sukai hadir kembali dihidupnya, yang sudah tidak berharap akan mendapatkan pasangan, karena kesalahannya dulu yang membuatnya merasa tidak pantas untuk siapapun terutama Burhans yang begitu baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhijablah!!!
Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan diantara Hasna dan Hans mereka terdiam dengan pikiran masing-masing.
Hans terus melajukan motornya tanpa bertanya kemana jalan yang harus dia tempuh, karena dia memang sudah tahu jalan menuju rumah Hasna, sementara Hasna yang baru tahu jika Hans tahu jalan menuju rumahnya langsung memecah kesunyian diantara mereka dengan berkata disamping helm Hans tentunya sambil berteriak juga "Hans kamu tahu jalan kerumah aku dari siapa?"
"Tidak dari siapa-siapa" jawab Hans datar dan sungguh hal itu membuat Hasna yang berada dibelakang tubuh Hans ingin mendorong tubuh Hans karena rasa jengkel atas jawaban Hans itu.
"Dasar..." ucap Hasna dengan tangan yang terkepal menahan amarah.
"Ada apa?" ucap Hans yang melihat kepalan tangan Hasna.
"APA AKU TIDAK DENGAR..." teriak Hasna yang memang tidak mendengar ucapan Hans yang terbawa angin.
Hans yang memang malas berkata-kata langsung meraih sebelah tangan Hasna kedepan lalu meletakkannya diarea perut dan Hasna yang tidak menyukai hal itu langsung menarik tangannya namun entah mengapa semakin ditarik semakin kuat pula genggaman tangan Hans.
"Diamlah! kita bisa cemaka jika kau memberontak terus" ucap Hans berteriak tentunya dengan wajah yang terlihat bahagia karena kini dia bisa menggenggam tangan seorang Hasna yang sudah lama dia sukai.
Sementara Hasna yang mendengar ucapan Hasn langsung terdiam pasrah dengan posisi sebelah tangannya yang digenggaman Hans karena dia sadar jika dia terus memberontak pasti mereka akan celaka.
Hasna yang dari tadi fokus pada tangannya tidak sadar jika tubuhnya kini benar-benar menempel dipunggung Hans walau terhalang sebuah tas yang entah mengapa Hasna kini merasa jika tas itu tidak ada isinya.
Lama Hasna berpikir tentang apa yang terjadi dan firasat buruk mulai menguasainya, dia berfirasat jika Hans ingin berbuat jahat padanya disaat dia sedang butuh pertolongan, dan karena firasat itu dengan sekuat tenaga Hasna menarik tangannya dan berhasil, karena Hans memang melonggarkan genggaman tangannya.
Hasna yang sudah menarik tangannya langsung memukul-mukul punggung Hans sambil berteriak "Hentikan motornya... aku mau turun..."
Tidak ada respon dari Hans padahal dia memukul dengan tenaga dalam dan karena pikiran buruknya yang semakin parah, Hasna pun langsung menggigit bahu Hans dan hal itu membuat Hans menghentikan laju motornya mendadak.
"Kau sudah bosan hidup atau bagai mana? ini motor besar, kalau aku lepas kendali sedikit saja, sudah dipastikan kita akan berakhir dirumah sakit atau kuburan" marah Hans dan Hasna yang dimarahi, kini sudah turun dari motor Hans lalu dia berkata "Siapa suruh kau berpura-pura tidak mendengarkan permintaanku tadi."
"Permintaan yang mana?" sentak Hans yang kini melihat kearah Hasna yang sudah berada didepan nya yang masih berada diatas kuda besinya.
"Aku yang memintamu berhenti, dan kamu berpura-pura tidak mendengar,"
"Aku tidak berpura-pura, tidak mendengarkan permintaanmu yang itu" jelas Hans
"Jika tidak berpura-pura lantas apa namanya jika kau mendengar tapi tidak langsung berhenti " ucap Hasna tidak mau kalah.
"Terserah lah, oh iya sebaiknya kau mulai berhijab agar lebih mudah menutupi telingamu" ucap Han sebelum pergi meninggalkan Hasna.
Ya Hans menyuruh Hasna berhijab karena seharian ini Hasna terus memperbaiki letak rambutnya yang berada disebelah kanan, yang diperkirakan Hans jika hal itu dilakukan Hasna untuk menutupi telinganya yang disumpal kapas, dan Hans juga berpikir jika hal yang dilakukan Hasna itu untuk menahan bau yang akan keluar dari telinganya, karena terbukti saat didekat Hasna hari ini bau yang kemarin sangat menyengat tidak lagi tercium semenyengat kemarin.