NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nur Aini

Caca terpaksa harus menikah dengan suami adiknya yang tengah terbaring sakit di salah satu kamar rumah sakit.

"Kak, aku mohon, menikahlah dengan abang Alden!" Ucap Lisa, sang adik di waktu terakhirnya.

Caca menggeleng tak setuju. Begitu juga dengan Alden. Tapi mendengar Lisa terus memohon dengan suara seraknya yang nyaris hilang dan dengan raut wajahnya yang menahan segala rasa sakitnya, Caca pun akhirnya menyetujui permohonan terakhir adiknya.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Yuk langsung saja intip serial novel terbaru Author!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Pilihannya hanya dua

Alden kembali dengan membawakan makanan untuk Caca. Seporsi ayam penyet dan juga jus alpukat.

"Makanlah."

Caca terdiam menatap makanan yang ada di depannya. Entah hanya kebetulan atau memang Alden tahu makanan dan minuman kesukaannya. Justru yang lebih masuk akal, mungkin Lisa pernah cerita pada suaminya ini tentang makanan dan minuman kesukaan Caca.

"Kenapa malah berbohong sama papa?" Tanya Caca yang belum menyentuh makanan itu.

"Berbohong apa?"

Alden menanggapi dengan datar dan terkesan sangat dingin.

"Kamu bilang sama papa aku sakit perut. Bukankah itu bohong?"

Alden masih tidak menanggapi. Dia malah pergi kekamar mandi untuk mandi.

"Ya Allah." Gumam Caca menahan kesal karena Alden tidak menanggapinya.

Kruuukkk

Suara cacing di perutnya memberontak karena lapar.

Mau tidak mau, Caca pun akhirnya menyantap seporsi ayam penyet kesukaannya karena perutnya sudah kosong dan menyebabkan cacing mengamuk.

Beberapa menit kemudian, Alden keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai baju tidurnya.

"Aku tidak punya baju untuk berganti. Dan dia tidak peduli sama sekali. Dasar egois.." Rutuk Caca dalam hatinya.

Alden mengambil bantal dan selimut dari dalam lemari khusus penyimpanan badcover, sprei dan juga bantal. Dibawanya selimut dan bantal itu ke sofa, lalu dia berbaring disana.

"Kenapa kamu tidur di sofa?" Tanya Caca yang duduk di kursi meja komputer sambil makan.

Bukannya menjawab, Alden malah memejamkan matanya dan menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuh hingga wajahnya.

Caca hanya bisa menghela napas melihat betapa dinginnya Alden padanya.

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan dari mempertahankan aku untuk tetap disini, Alden?! Aku tahu sulit bagimu menerima wanita lain disisimu terlalu cepat. Tapi aku juga tidak meminta untuk tetap disini. Aku bahkan ingin pergi.."

"Habiskan makananmu dan tidurlah." Sahut Alden memotong kalimat Caca.

"Ada piyama di kamar mandi. Piyama itu milik Lisa, aku rasa ukuran kalian sama." Lanjutnya tanpa membuka selimutnya.

Caca tambah bingung, setiap kali dia mengatakan ingin pergi, saat itu juga Alden akan berubah sikap padanya.

Lagi lagi, Caca harus bisa menahan rasa kesal dan berusaha untuk tetap bertahan dengan pernikahan ini demi Khalisa.

Dengan segera dia menghabiskan makanannya, lalu dia menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.

"Lisa.. kamu apa kabar, dek?" Gumamnya saat menatap piyama yang tergantung dengan hanger di sudut kamar mandi.

Melihat piyama itu membuat Caca membayangkan wajah cantik adiknya. Dipeluknya erat baju itu dan dia menangis terduduk dilantai.

Kenangan saat saat bermain tertawa bahagia bersama Khalisa membuat air matanya semakin deras menetes.

"Kakak rindu, dek.."

"Tidak ada yang menyayangi kakak seperti adek dan umi. Kalian terlalu cepat meninggalkan aku."

Tangis Caca pecah. Dia tidak lagi bisa menahan diri untuk terlihat baik baik saja, padahal dirinya rapuh. Dia butuh bahu untuk bersandar, dia butuh tangan yang mau memeluknya dengan tulus. Tapi, tidak akan ada lagi yang bisa seperti itu. Karena mereka telah pulang lebih dulu.

Diam diam, Alden mendengar tangisan Caca di kamar mandi. Dia duduk bersandar di pintu kamar mandi menemani Caca menangis. Tangannya memeluk erat bingkai foto istrinya yang juga sangat dia rindukan.

"Maafkan abang, dek. Maafkan abang.." Gumam Alden pelan nyaris berbisik pada foto Khalisa yang dipeluknya.

Jarum jam terus berputar, malam semakin larut. Dua insan itu masih berbalut dalam kesedihan. Sampai akhirnya Alden lah yang lebih dulu menyudahi sedihnya. Dia pun kembali ke sofa untuk melanjutkan tidurnya.

Tidak berselang lama, Caca pun keluar dari kamar mandi dengan masih memakai bajunya yang sejak siang dia pakai. Dia tidak mau mengenakan piyama milik almarhumah adiknya. Rasanya seakan dia benar benar ingin merebut semuanya dari sang adik. Padahal, Khalisa sendirilah yang memintanya untuk mengambil alih posisinya.

Caca merebahkan tubuhnya di kasur dengan menyelimuti seluruh tubuhnya kecuali wajahnya. Dengan terpaksa dia memejamkan matanya berharap bisa tertidur lelap.

Tidak terasa waktu terus berputar dan azan subuh berkumandang. Alden bangun lebih dulu. Dia tidak menghiraukan kehadiran Caca yang berbaring nyaman di ranjangnya. Dia melangkah menuju kamar mandi untuk berwudu.

Begitu Alden keluar dari kamar mandi, dia mengambil sarung, sajadah dan pecinya di lemari. Saat itu Caca terbangun. Yang pertama dilihatnya, Alden sedang bersiap untuk sholat.

Segera Caca bangkit dari tempat tidur melangkah menuju kamar mandi. Lalu, Caca pun juga sholat subuh tidak jauh dari Alden.

Dan seperti biasa Caca sholat tanpa mukena. Dia bahkan menjadikan ujung jilbabnya sebagai alas saat dia sujud. Dia atur ujung jilbabnya sebisa mungkin ketika sujud agar bisa menjadi alas sujudnya.

Mereka sholat di ruangan yang sama, tapi memilih sholat sendiri sendiri. Sejauh itulah jarak hati mereka berdua. Bahkan saat menghadap Tuhan pun mereka tidak mau bersama.

Alden yang lebih dulu selesai sholat melihat bagaimana Caca sholat. Saat itulah dia sadar, ternyata dia telah memperlakukan Caca dengan buruk.

Saat hendak sujud terakhir, Alden pun meletakkan sajadahnya tepat dihadapan Caca sehingga Caca bisa sujud beralaskan sajadah.

Perlakuan Alden membuat Caca terperangah. Alden yang sedingin kulkas seribu pintu itu ternyata juga bisa sedikit memberikan rasa hangat.

Usai Sholat Alden langsung duduk di meja kerjanya. Dia melakukan sesuatu dengan komputernya.

"Terimakasih!" Seru Caca sambil mengulurkan sajadah itu pada pemiliknya.

"Gunakan saja. Itu sajadahku, bukan sajadah Khalisa." Ucapnya datar.

Dengan berat hati Caca menarik kembali tangannya yang mengulurkan sajadah tapi tak digubris. Hatinya pun merasakan suatu perasaan aneh yang sulit dijelaskan mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Alden.

Dia mengerti, sepertinya Alden tahu tadi malam dirinya tidak memakai piyama milik Khalisa. Karena itulah kini Alden menegaskan bahwa sajadah itu bukan milik Khalisa agar dirinya tidak keberatan untuk memakainya.

"Nanti sore aku berangkat ke Bandung untuk urusan perusahaan. Mungkin selama lima hari aku disana." Ujar Alden kemudian.

"Kamu boleh menginap di rumah mama atau pun tetap tinggal di sini." Lanjut Alden saat tidak mendapat respon dari Caca.

"Boleh aku kembali kerja?" Tanya Caca ragu.

"Mmh."

"Kalau aku tinggal di apartemenku, boleh?"

"Rumah ini atau rumah mama." Ucapnya datar namun terdengar tegas.

"Aku tidak nyaman." Sahut Caca.

Alden menghentikan tangannya yang tadi mengetik di keyboard komputernya.

"Tinggal sendiri di apartemen tidak bagus untuk wanita yang sudah menikah." Ujar Alden ketus.

"Tapi tinggal di sini atau di rumah mama hanya akan membuatku menjadi bahan cacian, makian, siksaan dan hinaan!" Seru Caca kesal.

"Aku tahu."

"Kalau kamu tahu, harusnya kamu tidak memaksaku tinggal di sini atau rumah mama."

Alden menghela napas dalam, lalu dia menoleh untuk menatap wajah kesal Caca.

"Pilihannya hanya rumah mama atau tetap di sini." Ulangnya.

"Tapi.."

Alden sudah melangkah masuk ke kamar mandi. Dia menutup pintu kamar mandi sedikit kuat dan Caca tidak bisa melanjutkan ucapannya.

1
Sweet Girl
klo hamil.... anak Jack atau anak Sopir Taxi?
Sweet Girl
Mending kamu jotos jotosan dulu sama Jack, Den...
biar tu pala dapat pencerahan.
Izma Sukmawati
Luar biasa
Sweet Girl
Sepertinya nAsibmu bakal kembali ke asal Alvin...
Sweet Girl
Kesindir deh tu... yg mengatasnamakan suami...
Sweet Girl
emang otakmu ya Alden...
udah Tor... pisahkan aja Alden sama Caca...
Sweet Girl
Hah....???
Sweet Girl
Innaalillahi...
Sweet Girl
Nah luuuu
Sweet Girl
Baguslah... punya pikiran gitu...
Sweet Girl
Rasain lu Yuuuu
Sweet Girl
percuma... kamu labil...
Sweet Girl
Nah Khan...
Sweet Girl
Kamu aja Bodoh Den...
Sweet Girl
Papamu lebih pinter dr kamu Alden...
Nopy Wiwik
tinggal kisah Alden,
Sweet Girl
Pasti Lisa yang sudah mengatur semuanya.
Sweet Girl
bwahahahaha hati hati lhoooo dok... nanti tak laporin lhooo
Sweet Girl
Lhaaa Podo ae on...
Sweet Girl
Dasar.... Mak Lampir... entar beneran sakit lho Mak lampir....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!