NovelToon NovelToon
Lu San: Makhluk Tertinggi

Lu San: Makhluk Tertinggi

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:532
Nilai: 5
Nama Author: Rumah pena

Apa yang kamu lakukan jika kamu tahu bahwa kau sebenarnya hanya seonggok pena yang ditulis oleh seorang creator, apa yang kau lakukan jika duniamu hanya sebuah kertas dan pena.

inilah kisah Lu San seorang makhluk tertinggi yang menyadari bahwa dia hanyalah sebuah pena yang dikendalikan oleh sang creator.

Dari perjalananya yang awalnya karena bosan karena sendirian hingga dia bisa menembus domain reality bahkan true reality.

seseorang yang mendambakan kebebasan dan kekuatan, tapi apakah Lu San bisa mendapatkan kebebasan dan mencapai true reality yang bahkan sang creator sendiri tidak dapat menyentuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15 – Cahaya Emas di Atas Segalanya

Halaman Putih mulai retak.

Cahaya emas yang menyelinap dari celah itu menyilaukan, seperti matahari yang membakar segala ilusi.

Lu San berdiri di tengah-tengah ruang tersebut, Pena Kosong tergenggam erat di tangan kanannya.

Ling Yue di sampingnya, tatapannya waspada, siap menulis ulang dunia kapan saja.

Di belakang mereka, Sang Kreator Pemberontak—pria berjubah hitam—berdiri diam, menatap langit yang perlahan terbuka.

“Akhirnya mereka datang...” gumam pria itu pelan, suaranya lebih seperti desahan putus asa ketimbang keyakinan.

Namun, di matanya, ada cahaya gila.

Antara harapan dan kehancuran, dia tidak lagi peduli.

Dari retakan itu, muncul tangan emas—bukan dari daging, bukan dari logam.

Tangan itu tersusun dari huruf-huruf bercahaya, bergerak seperti benang hidup yang merangkai makna baru.

Setiap jari adalah sebuah konsep:

Waktu

Eksistensi

Narasi

Takdir

Hapus

Tangan itu perlahan meraih batas Halaman Putih.

Dan, seketika, dunia yang baru saja diciptakan Lu San dan Ling Yue mulai bergetar, terhapus, dipaksa kembali ke kosong.

Lu San mengepalkan tangan, darah di pipinya menetes, tapi dia tak bergeming.

Ling Yue meliriknya.

“Kita... gak bisa lawan itu.”

Pria berjubah hitam terkekeh.

“Memang. Mereka adalah Kreator di atas Kreator. Mereka tidak menciptakan cerita, mereka menciptakan hukum realita.”

Namun, Lu San tidak menyerah.

Dia mengangkat Pena Kosong, menulis di udara:

“Tangan emas itu melemah dan mundur.”

Namun, tulisannya terbakar sebelum sempat selesai.

Cahaya emas melahap kata-katanya, seolah menertawakan usahanya.

“Tidak semudah itu, Ferguso,” ujar pria berjubah sambil mendesah.

“Tulisanmu hanya berlaku di halaman yang kamu pegang. Di hadapan mereka, Pena Kosong-mu adalah mainan.”

Lu San diam.

Tatapannya berpindah ke atas, menatap celah retakan itu.

Ada mata.

Sepasang mata emas, datar, tanpa emosi, tanpa penghakiman.

Bukan mata Tuhan. Bukan juga mata Iblis.

Itu... mata Editor.

Editor Realita

“Siapa mereka sebenarnya?” tanya Ling Yue dengan suara nyaris gemetar.

Pria berjubah itu menjawab pelan, “Editor Realita. Mereka tidak menciptakan, tidak membayangkan. Mereka hanya memeriksa, memverifikasi, dan menghapus.”

Tangan emas itu bergerak.

Satu jari menunjuk Lu San.

“Kesalahan. Anomali. Penghapusan dimulai.”

Sebuah suara bergema di ruang kosong itu.

Seperti algoritma yang menetapkan keputusan tanpa emosi, tanpa belas kasihan.

Lu San merasa tubuhnya bergetar.

Bukan oleh rasa takut, tapi oleh...

Pemutusan eksistensi.

Seluruh dirinya—jiwa, pikiran, bahkan esensinya sebagai karakter fiksi—mulai terurai.

Ling Yue berteriak.

Dia meraih tangan Lu San, dan mulai menulis cepat di udara dengan Pena Kosong-nya.

“Lu San tetap ada.”

Namun, kalimat itu langsung diserang oleh tinta emas yang membentuk kata:

“Tidak Sah.”

Pena Kosong gemetar di tangan Ling Yue.

Tangannya berdarah, matanya berkaca-kaca.

“Kita harus—”

Pria berjubah hitam menginterupsi, “Bukan ‘kita’. Kau harus pergi sekarang!”

Dia mendorong Ling Yue dan Lu San ke arah yang berbeda, menuju sebuah celah kecil di ujung Halaman Putih.

“Di sana ada halaman kosong yang belum disentuh Editor. Tulis dunia kalian di sana! Sekarang!”

Lu San terdiam sesaat.

“Bagaimana denganmu?”

Pria berjubah itu tersenyum, untuk pertama kalinya tampak damai.

“Aku sudah menulis cukup cerita. Aku akan... menghapus diriku sendiri.”

Dia menoleh ke atas, ke tangan emas yang makin mendekat.

Lalu, ia membuka gulungan kertas terakhirnya.

“Aku tidak pernah ada.”

Tubuhnya menghilang dalam sekejap.

Tidak ada suara. Tidak ada rasa sakit.

Hanya tiada.

Lu San mengepalkan gigi.

Ling Yue menarik tangannya.

“Ayo!”

Mereka melompat ke dalam celah yang sempit itu.

Di sana, hanya ada kegelapan.

Namun, mereka tahu, ini adalah halaman kosong terakhir.

Begitu kaki mereka menyentuh "tanah", cahaya kecil mulai menyala.

Di tangan Lu San, Pena Kosong masih utuh.

Ling Yue menghela napas, kemudian mulai menulis dengan cepat.

“Dunia tanpa penghapus.”

“Tempat di mana narasi tidak diperiksa.”

Namun, kalimat itu mulai menghitam.

Cahaya emas dari langit Halaman Putih perlahan merembes ke sini juga.

“Mereka datang lagi,” kata Ling Yue, napasnya berat.

Lu San menatap pena di tangannya, lalu melemparkannya ke Ling Yue.

“Kau lanjutkan ceritanya.”

Ling Yue kaget.

“Kau mau ke mana?”

Lu San tersenyum tipis.

“Aku mau menulis dengan tubuhku sendiri.”

Dia berdiri di depan langit kosong itu, membuka tangannya.

Dalam pikirannya, dia menulis ulang dirinya sendiri.

Bukan sekadar karakter.

Bukan sekadar makhluk fiksi.

Dia menulis:

“Aku adalah Realita.”

Tubuhnya Menjadi Pena

Tinta hitam mengalir dari ujung jarinya.

Langit kosong itu menjadi halaman.

Tubuhnya adalah pena yang menuliskan realitas baru.

Tangan emas dari para Editor mencoba masuk, tapi mereka ditolak oleh kalimat baru yang terus mengalir:

“Di dunia ini, tidak ada Editor.”

“Tidak ada Penghapus.”

“Hanya Kisah yang Hidup.”

Ling Yue menyaksikan cahaya emas memudar.

Namun, Lu San...

Tubuhnya mencair, berubah menjadi kata-kata, menjadi teks yang menulis dirinya sendiri.

“Lu San!” teriak Ling Yue, air matanya mengalir deras.

Namun, dia tahu...

Lu San tidak mati.

Dia menjadi bagian dari Halaman Kosong Terakhir.

Dia adalah dunia itu sendiri sekarang.

Awal Dunia Baru

Seribu tahun berlalu.

Dunia itu terbentuk menjadi sesuatu yang bebas, tanpa Editor, tanpa Penghapus.

Ling Yue menjadi Penulis Pertama di sana, menciptakan kisah-kisah baru.

Namun, setiap kali dia menulis, selalu ada satu kalimat pertama yang tertulis otomatis:

“Dunia ini adalah Lu San.”

Dan di tengah kota pertama mereka, berdiri pohon besar, di mana daunnya adalah halaman kosong, siap ditulis siapa saja.

Namun...

Di balik bayangan pohon itu, ada mata emas yang menyala redup.

Mereka belum pergi.

Mereka menunggu celah.

Ling Yue tahu, perang belum berakhir.

Namun, kali ini...

Mereka tidak akan hanya bertahan.

Mereka akan melawan.

.......

Bersambung....

1
Pecinta Gratisan
novel pertama gk fi lanjut thor
Rumah Pena: belum ada niatan sih, mungkin kalau sempet aku lanjutin.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!