🌶Boleh Skip Part Boncabe🌶
Niat hati bekerja menjadi guru bimbel untuk menambah pendapatannya, justru Rini berada di situasi rumit yang membuatnya terjebak pada duda dingin yang juga dosen di kampusnya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
"ingat, pernikahan ini hanya demi Adam. jangan harap ada cinta atau pun hubungan suami istri yang sebenarnya." Kalimat menusuk dari suami yang baru dinikahinya seketika membuatnya kecewa.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Meski tak dianggap bahkan kehadirannya seolah antara ada dan tiada dimata suaminya. Rini terus menjalankan tugasnya sebagai istri, kecuali hubungan ranjang.
Namun di suatu malam,
"Mas... tolong hentikan. Kamu sadar aku siapa?"
Pria itu terus menjamah seluruh tubuh Rini, bahkan semua pakain Rini telah disobek dan dibuang entah kemana.
"Aku tahu kamu istriku sekarang. Lakukan saja kewajibanmu untuk melayaniku" tak ada suara dengan kelembutan.
"Mash..." Rini merasakan sakit saat bagian intinya ditrobos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Memperbaiki yang Ku Rusak
Siang akan berganti sore, terlihat wajah lelah di mata Adam karena ia tak mau sedikitpun mengistirahatkan dirinya.
"Ma, sudah hampir sore. Mama bisa pulang untuk istirahat bersama Adam."
"Tapi nanti kamu sedirian, Rin"
"Mama tenang saja, Rini pasti tidak apa-apa."
"Tidak, Mama tidak akan pulang kalau RIni disini sendirian." Mama Bella menolak permintaan Rini.
Rini berusaha berfikir, "Aku akan meminta sahabatku kemari untuk menemaniku."
"Apa dia bisa menjagamu?"
"Dia sangat bisa diandalkan, Ma. Lagi pula aku tidak tega melihat Adam kelelahan."
"Baiklah, Mama akan menemui dokter dan akan pulang setelah sahabatmu datang."
"Iya, Ma. Aku akan memintanya segera kemari." Rini mengambil HP nya di dalam tas kecil yaang selalu ia bawa kemana-mana. Ia mengetikkan pesan kepada Amel.
Rini : Datanglah ke RS Bunda kamar VVIP 102.
Amel : Hey... Rini. Ada apa? jangan menakutiku? are you ok?
Rini : Datang saja. Aku butuh bantuanmu. SENDIRI
Amel : Bagaimana kalau aku bersama kak Brian?
Rini : SENDIRI. Jangan sampai ada yang tahu, bahkan Mas Dean sekalipun.
Rini meletakkan kembali Hp yang ia bawa. Dia beitu tidak tega melihat wajah kelelahan putranya.
"Adam, bisa mendekat ke Mama sebentar?" Rini memanggil putranya.
Adam mendekat, "Apa mama mau minum?"
"Tidak, nak. Mama hanya ingin bicara.Duduklah"
Adam duduk di samping ranjang, memeluk lengan Mamanya dengan erat.
"Mama mau minta tolong. Kakak Adam mau bantu Mama?"
Dengan pelan Adam menjawab, "Mau..."
"Sekarang Mama harus istirahat dulu di sini... bareng Adik bayi yang ada di perut Mama. Tapi Mama mau Kakak Adam pulang dulu sama Oma, ya?"
Adam menggeleng cepat, dan suaranya mulai bergetar, "Enggak mau... Adam mau sama Mama aja. Mama jangan tinggalin Adam..."
Rini membelai rambut Adam dan mengusap air matanya.
"Mama enggak ninggalin kok, sayang... Mama cuma harus sembuh dulu, biar bisa peluk Adam lagi, main bareng lagi..."
Dengan menangis kecil Adam berkata "Adam janji enggak nakal lagi... Mama jangan sakit... Maaf ya, Ma... Adam bikin Mama capek ya? Mama sakit gara-gara Adam ya?"
Rini memeluk Adam lembut, suaranya parau.
"Sayang... Mama sakit bukan karena Kakak. Bukan salah Kakak Adam, ya... Adam anak baik, sangat baik. Mama sayang banget sama Kakak Adam."
"Tapi tadi Mama kesakitan... Adam takut... Adam enggak mau Mama pergi dari Adam..."
"Husssh... enggak, sayang. Mama masih di sini, peluk Adam, lihat Adam. Tapi supaya Mama dan Adik bayi di perut cepat sembuh, Kakak bantu Mama ya... Jangan bilang Papa dulu, biar Papa gak sedih. Kita jaga rahasia kecil ini... boleh?"
Adam menarik napas berat dan masih terisak, "Boleh... Tapi Adam tetap boleh telepon Mama kan?"
"Tentu boleh. Kapanpun Kakak kangen, telepon Mama ya. Mama bakal selalu dengar. Mama sayang Kakak Adam... lebih dari apapun."
Adam memeluk Mama lebih erat. Hening. Hanya suara napas kecil yang berusaha kuat menahan tangis.
Beberapa menit kemudian Amel datang dengan wajah paniknya langsung masuk dan menghampiri Rini hingga tak menyadari adanya Mama Bella dan Adam didalam ruangan itu.
"OMG Rini... Bagaimana bisa kamu begini... Jantungku rasanya mau copot. Kamu mau bikin aku mati muda? Aku belum kawin RIn... Jadi jangan bikin aku sport jantung."
"Ck, diam dulu. Kamu membuat anakku kaget."
"Ck, Mana ada. dia masih di perut."
"Bukan yang ini. Tuh, yang dibelakang kamu."
Amel menoleh dan menemuka Mama Amel dan Adam yang tersenyum padanya untuk menutupi kekagetan mereka.
"Tante titip menantu tante ya... Tolong dijaga baik-baik. Ini nomor tante" menyerahkan kartu nama "hubungi tante bila ada hal yang mendesak."
"I-iya tante, siap."
Mama Bella dan Adam pergi setelah berpamitan pada Rini. Suasana lebih sepi, Amel pun melancarkan aksinya untuk mengintrogasi Rini.
"Katakan padaku, ini ada apa?"
"huh.... Sebenarnya, intinya aku ingin menjauh dulu dari Mas Dean. Entah kenapa aku sangat kesal dengan Mas Dean, ditambah kejadian tadi pagi dan sikap-sikapnya yang tak bisa ku ceritakan, aku jadi semakin tak suka dan tak mau memikirkannya. Setiap aku teringat itu, Perutku akan kram, ah... sh... Sekarang perutku sedikit kram lagi."
"Ya tuhan... Apa aku harus panggilkan dokter?"
"Tidak perlu, aku akan mencoba menenangkan diri terlebih dahulu."
Setelah melihat raut wajah Rini yang sudah lebih baik, Amel menyelimutinya dan meminta Rini untuk beristirahat.
"Istirahatlah, aku yang akan menjagamu."
...****************...
Lain di rumah sakit, lain pula di rumah keluarga Ardhana. Dean sudah tiba di rumah. Setelah selesai bertemu client, Dean langsung pulang karena merasa sudah sore.
...POV DEAN...
"Kemana yang lain? Kenapa rumah sepi?" gumamku dalam hati karena tak menemukan anggota keluargaku.
Ku langkahkan kakiku menuju ke kamar, badanku terasa lengket setelah beraktifitas di luar. Ku putuskan untuk membersihkan diri, dan masuk kedalam kamarku. Kamar yang akhir-akhir ini membuatku sesak karena rasa bersalah.
D kamar ini banyak air mata yang Rini tumpahkan karenaku. Aku sadar aku menyakitinya, tapi aku sangat takut untuk mempercayainya.
Tidak sedikit pria yang menginginkan istriku. Aku menjadi ragu dan takut bila Rini menjadi seperti mantan istriku. Ku pandangi foto pernikahan yang terpasang di dekat ranjang kami.
"Sayang, aku sangat mencintaimu. Tapi rasa cinta ini semakin membuatku takut. Bagaimana bila kamu berpaling dariku? Bagaimana bila kamu meninggalkanku. Aku tidak bisa, sayang."
Ingin sekali kalimat itu ku ucapkan di depan Rini, tapi setiap aku menghadapinya, bibirku kelu.
Teringat bagaimana aku menyakitinya dengan kata-kata dan sikapku.
Teringat bagaimana aku merenggut kesuciannya dengan paksa. Ah, bagian ini membuatku semakin kesal dengan wanita yang datang menggangguku di kantor pagi tadi.
Harusnya malam itu aku sadar, wanita itu memberi obat perangsang di minumanku. Untungnya sekertarisku datang dan membantuku pulang.
Aku tak ingin karena pengaruh obat itu membuatku menghianati istriku. Aku tak mau membuatnya semakin terluka. Tapi harapanku saat itu tak terwujud. Justru aku semakin menyakiti istriku karena aku merenggut kesuciannya dengan paksa.
Rasa bersalahku saat itu semakin dalam, hingga akhirnya kuputuskan untuk pergi ke kantor sebelum dia bangun. Bahkan hari-hari setelahnya rasa bersalah itu masih ada. Ingin meminta maaf tapi rasa trauma dengan penghianatan membuatku tak bisa berkutik.
Tapi setelah melihat bagaimana Rini menangis dihadapanku dan menumpahkan segala sakitnya, aku tak mau lagi memendam ini semua. Aku ingin dia tahu bahwa aku mencintainya dan aku tak mau berpisah darinya.
Rasanya sesak mengingat kalimat perpisahan yang diucapkannya padaku. Aku akan memperbaiki semua.
Ya, aku bertekad untuk memperbaiki semua yang telah ku rusak.
bukan partner ranjang ?
ok ok kalau ketemu face to face ga sengaja kamu berani to the point langsung ngmng ke dia jangan lagi lagi berbuat seperti itu
good job ra
jangan Kya rea di Pendem sendiri nangis sendiri Weh ,jangan myek2 jadi wanita be strong
lanjut /Good/
kelihatannya bagus