TAMAT SINGKAT 28 SEPTEMBER 2023
Nyata pahit yang Vanessa pernah alami adalah, tak diakui oleh ibu yang telah melahirkan dirinya.
Terlebih, kala Vanessa baru mengetahuinya; tahu bahwa sang ayah yang sangat dia cinta telah lama disakiti ibu cantiknya.
Kekesalan, dendam, amarah, rasa ingin membuktikan membuat gadis 17 tahun itu bertekad untuk merebut kekasih ibunya. "Hello, Calon Papa Tiri...."
"Oh Shitttttt! Aku tidak berniat menikahi mu, gadis kecil!" Rega Putra Rain.
Polow IG kooh... [ Pasha_Ayu14 ] karena di sana terdapat mini clip untuk beberapa nopel kooh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HOP Tujuh
Kursi meja makan tempat Vanessa duduk bersama ayahnya. Nasi goreng smoke chicken menu makan malam mereka, dan Arjuna yang memasaknya tentu saja.
Dering sebuah panggilan di ponsel Arjuna membuat Vanessa gegap gempita. "Pa, Pa, Mama nelpon! Angkat Pa, angkat!" antusnya.
Arjuna melebar senyum yang tanpa disadari begitu menunjukkan bahagianya. Untuk yang pertama kalinya Hilda mau menelepon nomor miliknya.
"Tuh kan, apa Anes bilang. Mama pasti merasa bersalah sama Anes. Makanya sekarang Mama telepon Papa, dia pasti mau minta maaf." Vanessa begitu antusias saat berasumsi dengan senyumnya.
Arjuna mengelus kepala putrinya lalu pergi sedikit menjauhi meja makan. Tentunya setelah berpamitan dengan Vanessa yang memang membiarkan papa dan mamanya saling merindu, ya... Begitu yang ada di pikiran Vanessa.
Tiga kali berdehem, Arjuna menarik napas dalam sebelum mengangkat panggilan telepon dari sang mantan istri yang hanya dia nikahi selama tujuh bulan saja.
"Iya Hil..."
📞 "Kamu menyuruh Vanessa memfitnah kekasih ku, hah?"
Arjuna tersentak hingga dadanya menjadi berdebar sekarang. "Fitnah?" Ini di luar dari ekspektasinya, kekasih, yang bahkan dia sendiri baru mengetahuinya.
📞 "Jangan berkelit!"
"Aku benar-benar tidak tahu, apa yang kau bicarakan ini..."
📞 "Vanessa datang membawa foto kekasih ku di kamar hotel. Dan aku yakin, kamu dalang di balik kenakalan Anes!" pangkas Hilda.
Dalam waktu yang singkat. Wajah berbunga Arjuna berubah sedu sedan. "Jadi tujuan mu menelepon hanya untuk menyalahkan aku?"
📞 "Tentu saja. Memang kau berharap apa dari ku? Kau mau aku kembali padamu?"
Arjuna mendengar tawa renyah yang mencemooh dari seberang sana. 📞"Ngaca! Kau saja tidak laku dengan orang lain, apa lagi dengan aku!"
"Sudah?" Tak mau berlama-lama tersakiti oleh kata-kata mantannya, Arjuna pamit. "Aku akan tutup." Seketika terdengar kembali tawa.
📞 "Kenapa, sakit hati sama omongan jujur aku hah? Makanya jadi orang tuh ngaca! Berharap tuh jangan ketinggian, Juna! Aku nggak mungkin mau balik ke kamu, meski ratusan kali kau memanfaatkan Anes untuk membujukku!"
"Memanfaatkan?" Arjuna terkekeh samar.
📞 "Kalau tidak, kau tidak mungkin menyuruh Anes terus datang ke sini! Dengan susunan drama murahan mu!"
"Dengar Hilda." Arjuna berhenti bicara dan tersenyum saat Vanessa menatapnya. Dia lantas mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau maksud. Yang ku tahu, Anes datang padamu karena dia merindukan mu. Dan lagi, kau harus dengar..., aku masih bertahan dengan status duda ku. Hanya karena Anes, asal kau tahu. Dia, hanya mau menjadi putri mu, dia tidak ingin ada ibu tiri!"
Tanpa menunggu jawaban dari Hilda Arjuna langsung mematikan panggilan secara sepihak.
Tak ada tiga detik, nomor Hilda kembali menghubungi. Dan lagi-lagi, Arjuna mengangkatnya. 📞 "Kamu berani menutup telepon ku?" teriakan Hilda terdengar pekak.
Arjuna yakin, Hilda masih Hilda yang dulu, yang merasa sangat cantik. Dan tidak pantas bersanding dengannya.
"Apa lagi? Kau belum puas menghina ku? Ok. Aku dengarkan sekarang," kata tegas Arjuna.
📞 "Jangan pernah bermimpi untuk kembali dengan ku, Juna. Aku menikah dengan mu. Hanya karena aku ingin Anes punya ayah, kau dengar Juna! Jadi lupakan niat untuk kembali dengan ku!"
Arjuna mengangguk meski percuma sebab tak tampak oleh si penelpon. "Dan terima kasih sudah memberikan Anes padaku. Kalau kau masih ingin mencaci maki ku, silahkan tulis dan kirim lewat chat saja. Aku masih sanggup membacanya."
Tak kuat lagi menahan diri. Arjuna kembali memutuskan panggilan Hilda. Cukup lama ia berdiri di sana dengan gemuruh napas yang kacau.
Sebelum beranjak ke ruang makan, dia hela napas dalam-dalam, berharap putrinya tak tahu menahu perilaku buruk ibu tercintanya yang membuat moodnya kacau saat ini.
Hilda sedari dulu tak pernah berubah, selalu saja menghina dirinya. Sudah berapa kali Hilda meludah di depannya, tapi cinta masih membuat dirinya bertahan sampai detik ini.
Bodoh bukan? Bukan, karena dia tak pernah berharap memiliki cinta buta itu.
"Gimana Pa? Mama mau minta maaf ke Anes kan? Dia nyesel udah buat Anes sedih kan?"
Benar, bagaimana pun Hilda, Vanessa tak pernah bisa berpikir buruk pada ibunya. Dan Arjuna tak mau Vanessa tahu akan keburukan Hilda. Tapi, dia masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh Hilda barusan.
Arjuna mengangguk. "Mama menyesal membuat mu sedih. Tapi, Mama juga mengadukan kenakalan mu. Tentang, kekasih Mama."
"Jadi dia bilang?" Vanessa kecewa. Disaat seperti ini, kenapa Hilda masih saja membahas Om menyebalkan itu.
"Sayang..."
Arjuna ingin mengatakan bahwa Hilda begitu membencinya. Percuma saja jika Vanessa berharap tinggi pada wanita itu. Tapi, jika dia jujur, ini akan menyakiti hati lembut putrinya tentu saja.
"Papa kenapa?" Vanessa mencecar raut wajah Arjuna yang sudah berubah sendu.
"Tidak...," geleng Arjuna lalu terpaksa harus tersenyum. "Sekarang kita lanjutkan makan."
Vanessa mengangguk. Lantas, keduanya berlanjut untuk sebentar saja karena tiba-tiba rasa penasaran Vanessa kembali tergelitik.
"Boleh Anes tanya?"
"Hmm..." Arjuna mengangguk.
"Apa alasan kalian bercerai? Kenapa Mama bisa pergi dari Papa sampai selama ini?"
Vanessa melihat lirikan tak biasa dari seorang Arjuna. Sepertinya ayahnya sedang tak ingin bicara, mungkin karena aduan kenakalan yang dia lakukan pada ibunya.
"Bisa kita lanjut makan dulu kan?" pinta Arjuna.
"Baiklah..." Vanessa berusaha mengubur dalam-dalam rasa ingin tahunya. Karena kini, tercetak gurat tak senang di wajah tampan ayahnya.
Arjuna bergeming sedikit menyesal membuat Vanessa berunjuk sedih. Bukan tidak ingin menjawab pertanyaan putri kesayangannya, tapi sangat tidak mungkin kalau dia mengatakan yang sebenarnya.
Tentang, bagaimana cara Hilda menghina dirinya selama pernikahan. Bahkan parahnya saat Hilda lari setelah putrinya lahir.
Alasan Hilda pergi hanya seputar. Tidak mau hidup bersama dengan lelaki penyandang kacamata tebal, cupu, culun, dan kutu buku yang tidak modis.
Vanessa juga akan lebih sakit hati jika tahu, bahwa dirinya dan Hilda memilikinya karena sebuah kesalahan. Ya, malam itu hanya kesalahan yang tidak direncanakan.