seorang Alika Alexandra, jenius dari zaman modern. berpindah ke tubuh seorang putri yang di asingkan.
setelah bangun di tubuh putri Amelia anabela Allen itu dan mengetahui kisah tentang hidup sang gadis, ia bertekad untuk menjauh saja. melupakan tentang balas dendam. karena, balasan dendam terbaik nya, ialah hidup sukses dan baik tanpa pasongan dari orang lain.
lagi pula, tubuh ini adalah miliknya dan terserah dia mau bagaimana. tapi, perlu di garis bawahi, ia tidak akan mencari musuh, tapi kalau musuh datang, ia takkan lari.
lalu, bagaimana kisah nya nanti.? apakah ia akan berhasil dengan rencana hidupnya ? ikuti terus ya...🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. menangkap ikan (sudah revisi)
Saat mereka sedang asik mandi di air yang jernih itu. Tiba-tiba si hitam mengaum. Terdengar tidak menakutkan suara Auman itu oleh Amelia dan kedua pelayannya itu. Karena suara Auman baby harimau itu, Amelia mengarahkan pandangannya ke arah sumber suara. Tampaklah, si biru yang sedang berusaha menggigit se ekor Ikan yang lumayan besar itu, agar tak keluar dan masuk kembali ke dalam air. Sementara, si hitam yang ingin membantu, langsung mengaum untuk memberitahu Amelia.
"Oh.. astaga biru...!!" Teriak Amelia yang melihat baby harimau nya yang ikut terlempar bersama dengan ikan yang sedang klepek-klepek. Tanpa banyak bicara, Amelia pun langsung mendekat kearah kedua harimau kecilnya. Mengingat, kedua binatang itu masih berumur satu hari, ia takut, keduanya akan terluka. Ia langsung mengamankan ikan itu dan meletakkan nya di tempat yang aman. Setelah itu, ia mengangkat biru dan membolak-balikkan tubuh biru.
"Astaga biru, kamu tidak apa-apa kan..??" Ucapnya dengan khawatir sambil mengamati tubuh biru takut ada yang luka. Biru yang berada ditangan Amelia langsung mengerak-gerakkan tangan dan kakinya, seolah ingin mengatakan, aku tidak apa nona. Setelah itu, Amelia juga mengamati tubuh si hitam yang sedang menjilati tangan nya.
"Nona. Ikan yang ditangkap si biru sangat besar nona." Ujar Rubi mengamati ikan yang diletakkan oleh Amelia diatas keranjangnya Sisil. Ia tidak tau, kalau itu keranjang punya Sisil saking khawatir nya Amelia.
"Benar nona, ini sangat besar, dan aku rasa cukup untuk makan kita malam ini." Timpal Sisil. Amelia yang masih fokus pada kedua baby harimau nya, mengarahkan pandangannya ke arah ikan yang dikerumuni oleh Sisil dan ruby. Benar saja, ikan itu besarnya dua kali lipat dengan ikan biasanya.
"Apa kita menangkap ikan saja ya nona." Ujar Rubi kepada Amelia. Amelia sejenak berpikir.
"Aku Rasa juga begitu. Kalau begitu, tunggu apa lagi. Ayo.." ujar Amelia. Ia pun meletakkan kedua baby harimau itu agak jauh dari air.
"Kalian berdua duduk diam disini dan jangan kemana-mana. Tunggu aku kembali. Ya.." ujar Amelia kepada kedua binatang kecil dan imut itu.
Keduanya mengaum seolah menyetujui apa yang disampaikan oleh Amelia. Melihat itu, Amelia pun tersenyum, dan langsung meninggalkan keduanya. Ia bergabung bersama dengan Sisil dan Rubi yang sudah selesai membuat tombak dari kayu dan bambu. Setelah itu, mereka langsung beraksi.
syuutt
Satu tombak dilayangkan oleh Amelia dan mengenai dua ekor Ikan yang tidak kalah besar dari hasil tangkapan si biru. Namun, kedua pelayan itu tak mendapat kan satu ekor pun. Namun mereka cukup senang, karena sang nona begitu lihai dan cepat dalam hal ini.
"Aku rasa sudah cukup. Kita kembali ke gubuk, seperti nya hari sudah mulai sore." Ujar Amelia kepada keduanya.
"Baik nona." Setelah menangkap beberapa ikan yang ada di dalam danau itu, Amelia dan kedua pelayan itu pun langsung bergegas keluar dari dalam air dan membawa keranjang
masing-masing, kembali ke gubuk mereka.
***
sesampainya mereka digubuk reot itu. mereka langsung meletakkan bawaan mereka terlebih dahulu. Setelah itu, mereka langsung mengganti pakaian mereka, sebelum akhirnya memasak untuk makan malam mereka. Amelia juga mengeringkan si biru dan si hitam agar mereka juga nyaman. Setelah dibersihkan, kedua baby harimau itu pun tertidur di tempat tidur mereka. Setelah itu, Amelia pun keluar menemui kedua pelayan nya.
"Nona, apa yang akan kita lakukan pada tanaman ini..??" Tanya Rubi. Jujur saja, ia masih bingung untuk memasak ubi itu ia sudah berdiri, dan sebenarnya akan memasaknya, namun ia masih ragu. Karena itu lah ia bertanya.. Amelia berjalan mendekat kearah mereka.
" Cuci terlebih dahulu, kemudian kupas kulitnya dan sisakan yang putih nya. Kemudian direbus. Dibakar juga bisa, tapi aku lebih suka direbus." Ujar Amelia memberikan arahan. Rubi yang sudah faham, langsung mengerjakan nya.
"Baiklah Nona. Segera dilaksanakan.." ujar Rubi kembali. Ia pun langsung berjalan menjauh dan melakukan apa yang ditunjukkan oleh Amelia. Sementara Sisil masih menunggu perintah dari Amelia untuk nya.
"Lalu, Nona. Aku bisa bantu apa..??" Ujar Sisil kepada Amelia. Amelia pun berpikir sejenak.
"Mmm... Boleh minta tolong. Tolong bersihkan ikan-ikan ini. Setelah itu, antarkan kepada ku kembali. Aku akan menyalakan api terlebih dahulu." Ujar Amelia langsung meminta tolong.
"Baik nona." Tanpa banyak tanya lagi. Ia pun langsung menyusul Rubi yang sudah lebih dulu pergi ke penampungan air. Setelah itu, Amelia merasa aman. Ia sengaja meminta tolong, agar keduanya menjauh dan ia dapat mencoba ruang dimensi itu.
Pasalnya, saat Amelia sedang mengeringkan tubuh kedua baby harimau, Alen yang ada didalam ruang dimensi bersuara. Mengatakan kalau ia dapat memenuhi kebutuhan hidup nya dari ruang dimensi. Amelia yang sudah mengetahui sebagian penjelasan dari ruangan itu pun langsung tertarik untuk mencoba.
"Baiklah. Aku akan mencoba manfaat dari ruang dimensi itu." Ujar Amelia dengan membalas telepati dari Alen. setelah itu, ia meletakkan kembali kedua baby harimau di tempat tidur mereka. Ia pun mulai mencari tempat yang aman dan mulai konsentrasi. Eh, tapi bagaimana cara masuknya ? Pikirannya padahal tadi sudah mau memfokuskan pikirannya.
[Fokus aja nona. Pikirkan, kalau nona ingin memasuki ruang dimensi] ujar Alen lagi melalui telepati. Mendengar itu, Amelia pun langsung melakukan nya.
Sring
Amelia pun langsung berpindah tempat, Amelia pun segera membuka matanya dan mendayu dirinya telah masuk, entah kenapa langsung melompat riang. Seolah ia baru saja memenangkan kompetisi.
"Wah.!! Ternyata bisa..!!" Seru Amelia lagi. Setelah itu, ia langsung bergegas dan mengambil beberapa bumbu masakan yang tersedia di ruang dimensi itu. Ia mengambil minyak goreng, cabe-cabean, perbawangan, garam penyedap rasa dan sebagainya. Namun ia tidak mengeluarkan beras dari sana. Ia takut, keduanya akan curiga. Sementara Alen, ia hanya memantau dari jauh sambil menggelengkan kepalanya.
"Hais, sebegitu senangnya dirimu nona, sampai tak menyapa.." ujarnya dari jarak jauh. Ia memilih untuk tidak mendekat, karena ia tau, sang nona pasti ingin buru-buru. Kalau ia mendekat, yang ada akan membuat mereka berdebat dan menyita waktu Amelia.
"Aku rasa sudah cukup. Lalu, bagaimana dengan beras ini ya.? Sebaiknya, biarkan saja dulu. Nanti aku cari cara untuk mengeluarkan nya. Takut nya, Rubi dan Sisil nanti curiga." Ujar Amelia.
"Oh.. Alen, terima kasih ya, nanti kita diskusi." Teriak Amelia yang tiba-tiba mengingat keberadaan bocah imut itu. Alen yang mendengar teriakkan sang nona, lagi-lagi hanya mampu menggelengkan kepalanya.
Setelah itu, Amelia kembali memfokuskan kembali pikiran nya, dan tak lama, ia telah kembali ke tempat nya semula. Ditangan sudah dipenuhi dengan beberapa tentengan. Tentu nya, itu bukan di plastik, karena Mereka belum mengenal yang namanya plastik.
untuk terus berkembang menjadi yg terbaik
ada rendang di jaman kerajaan (cakeeep)
makin kacau meeen....😆😆😆
keluar segera dari hutan dan memulai hidup dan bisnis yg baru di daerah lain.
walau itupun kesalahan kita, tapi seharusnya sebagai ortu bisa bijaksana dalam menyikapi.
Kutunggu part 2 nya🤍