Mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga seorang wanita yang bersama Sari Lestari, ia akhirnya harus menerima kenyataan pahit setelah mengetahui kebenaran jika suaminya telah menghianati bahtera rumah tangga yang sudah lima tahun mereka jalani. Suaminya berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri hingga hamil, yang membuat Ridwan suami Sari harus menikahi sahabat istrinya di belakang sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RANU RINJANI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Pagi ini, suasana dapur tampak ramai di iringi obrolan dan canda ibu. Ibu memang sudah berumur kepala lima, tapi jika soal selera humornya tak mau kalah dengan wanita yang seumuran denganku. Itu lah sebabnya aku bisa akrab dengan ibu mertuaku, memang selain ibu mertuaku ini baik beliau juga memiliki selera humor yang tinggi. Itu membuatku menjadi tidak ada batasan tembok di antara kami, hanya saja karena umur kami berbeda jauh dan beliau adalah ibu dari suamiku maka aku tetep sopan menghormati ibu kayaknya menantu menantu lain ke pada ibu mertuanya.
"Wes selesai, ndang di bawa ke ruang makan Sar. Ini tak bantu beres beres ini." ucap ibu memegang spatula dan wajan yang kotor setelah di buat masak oseng daging.
"Udah bu, nggak usah. Ibu ke meja makan aja, itu semua biar Sari yang bersihin. Ibu tinggal duduk manis aja, nggak usah repot repot." ucapku tak enak hati karena ibu sudah membantu ku memasak juga.
"Repot repot apanya to Sar Sar, wong ini emang udah tugas perempuan. Ibu tiap hari juga kaya gini di rumah, malah kadang ayahmu itu ikut bantuin ibu cuci piring." jelas ibu.
Beruntung sekali ibu memiliki suami seperti ayah, memang mas Ridwan sangat baik pada ku tapi jika untuk urusan dapur dia tidak pernah ikut turun tangan langsung seperti ayahnya. Biasanya jika aku sedang sakit atau sedang tak enak badan, mas Ridwan akan melarangku untuk memasak dan menyuruhku untuk pesan makanan saja di go food maupun membeli makanan di luar sendiri.
"Terima kasih ya bu, udah mau Sari repotin." ucapku pada ibu setelah menata makanan di meja makan.
"Iya Sar, sama sama. Ibu juga seneng kok bisa bantuin kamu masak sambil ngobrol ngobrol" jawab ibu yang sedang duduk di kursi bar dapur.
Aku tersenyum menatap ibu.
Tanganku mematikan kompor karena air di ketel sudah mendidih, lalu perlahan ku tuangkan separuh gelas kaca panjang untuk membuat susu dan teh. Sisanya akan ku beri air dingin agar tidak terlalu panas saat di minum.
"Suami kamu kok belum nongol nongol juga to Sar dari pagi? Apa jangan jangan dia telat bangun?" tanya ibu mas Ridwan saat aku menuangkan air dingin.
"Enggak kok bu, mas Ridwan emang biasa turun ke bawah kalo udah mau berangkat buat sarapan dulu kalo sempet." jawanku sembari tersenyum.
"Oalah, ibu kira telat bangun."
Baru saja aku dan ibu membicarakan saol mas Ridwan, tiba tiba terdengar suara suamiku itu sudah turun dari lantai atas.
"Sar.. Aku langsung berangkat ya?" teriak mas Ridwan terdengar jelas sampai ke dapur.
Memang mas Ridwan belum tau jika ayah dan ibunya datang ke rumah, karena ibu melarang aku menghubungi mas Ridwan saat dia belum pulang semalam. Mungkin saat mas Ridwan pulang semua orang sudah masuk ke kamar untuk tidur, jadi dia tidak tau jika orang tuanya berkunjung.
Sedangkan mobil milik ibu, sengaja ayah parkirkan di teras tetangga depan rumahku. Tetanggaku sudah ada setahun ini tidak pulang ke rumah depan itu karena harus menjaga orang tuanya yang sedang sakit, karena tetanggaku juga tau jika mertuaku sering berkunjung ke rumah akhirnya tetanggaku bilang parkirkan saja mobil mertuaku di teras rumahnya dari pada terparkir di pinggir jalan.
Ya, seperti itu lah ceritanya.
Mendengar ucapan mas Ridwan, ibu bergegas bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju meja makan.
"Ibu?" ucap mas Ridwan melongo saat tau ibunya keluar dari dapur.
"Kamu apa apaan sih Wan, istri kamu itu sudah capek capek masak dari subuh untuk buatin kamu makanan biar bisa sarapan tapi malah gak kamu makan. Apa kamu gak bisa hargain sedikit usaha istri kamu?" cecar ibu tanpa jeda.
"Bener Wan apa kata ibu kamu, ayah dulu juga sibuk seperti kamu. Tapi ayah selalu menyempatkan diri untuk sarapan dan makan malam di rumah, waktu bareng keluarga itu lebih penting Wan." ucap ayah mertuaku yang tiba tiba muncul dari ruang keluarga.
"Ayah sama ibu kapan ke sini? Apa tadi subuh? Kok gak bilang bilang sama Ridwan dulu kalo mau dateng ke sini?" mas Ridwan bertanya balik pada ke dua orang tuanya.
"Itu nggak penting! Sekarang cepet kamu sarapan dulu, ibu sama Sari udah capek capek masak malah kamu gak mau sarapan." ucap ibu mertuakundengan nada ketus, lalu menarik kursi untuk duduk sarapan.
"Iya iya bu, maaf." ucap mas Ridwan ikut duduk di kursi depan meja ibu.
Aku berjalan menuju ke dapur, mengambil kotak makan untuk membuatkan bekal makanan yang akan di bawa oleh suamiku.
"Sar, mau ngapain lagi kamu di dapur? Ayo ke sini, kita sarapan dulu." teriak ibu padaku.
"Iya bu, sebentar. Ini masih nyiapin bekel buat mas Ridwan." ucap ku sedikit berteriak.
"Nanti aja itu, Ridwan bisa nunggu kamu buat bekel. Ini kan masih jam setengah tujuh, masih banyak waktu Ridwan." ucap ibu lagi.
"Iya bu." ucapku sembari membawa tas kotak makan yang sudah siap dengan isi nasi dan lauk pauk di dalamnya.
"Ini ya mas bekelnya." ucapku tersenyum, lalu menarik kursi di samping mas Ridwan.
"Iya Sar, terima kasih." ucap mas Ridwan.
Aku mengangguk, lalu mengambil centong nasi untuk mengisi nasi di piringku yang masih kosong.
Alur cerita gk perlu hrs detail kali, tutup bekal ambil wadah, 🤗
jangan ngalah kmu sar yg tegas dikit dong sm penghiyanat
ishhh jijekkk
lihat tu tingkah simpanan anjing mu