NovelToon NovelToon
SECRETS

SECRETS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Roman-Angst Mafia / Trauma masa lalu
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Sam Lee

Irene, seorang gadis cantik yang gampang disukai pria manapun, tak sengaja bertemu Axelle, pria sederhana yang cukup dihindari orang-orang, entah karna apa. Sikapnya yang dingin dan tak tersentuh, membuat Irene tak bisa menahan diri untuk tak mendekatinya.

Axelle yang tak pernah didekati siapapun, langsung memiliki pikiran bahwa gadis ini memiliki tujuan tertentu, seperti mempermainkannya. Axelle berusaha untuk menghindarinya jika bertemu, menjauhinya seolah dia serangga, mendorongnya menjauh seolah dia orang jahat. Namun anehnya, gadis ini tak sekalipun marah. Dia terus mendekat, seolah tak ada yang bisa didekati selain dirinya.

Akankah Irene berhasil meluluhkan Axelle? Atau malah Axelle yang berhasil mengusir Irene untuk menjauh darinya? Atau bahkan keduanya memutuskan untuk melakukannya bersama setelah apa yang mereka lalui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terror

Terdengar bunyi bel dari rumah Irene, membuat Irene yang sedang membuat sarapan menghentikan kegiatannya. Irene menghela nafas, siapa sih? Masa bunga lagi?

Irene berjalan menuju pintu, lalu membukanya. Kan, benar, ada bunga mawar merah tergeletak di sana. Irene menengok kanan-kiri, tapi seperti biasa, tak ada apapun disana. Irene mengambil bunganya, lalu membawanya masuk.

"Siapa sih? Mana mungkin Kak Stuart, kerajinan amat..." Ujar Irene, kesal. "Serem juga sih, kalo kayak gini caranya..." Ujarnya, pelan. "Apa ini kerjaan stalker? Apa gw dalam bahaya? Ahh, kebanyakan nonton film begituan malah jadi parno sendiri..." Ujarnya, frustasi.

Irene terdiam, kala melihat sebuah kartu ucapan yang tadinya tak terlihat. Ia mengambil kartu ucapan itu, lalu membacanya.

"Selamat pagi, Bae Joohyun."

Irene menatap kartu itu tak berkedip, ia membaca kartu ucapan itu berulang-ulang. Hanya beberapa orang yang tau nama aslinya, ia ingat itu. Gak mungkin Joy dan Gisel mengiriminya bunga, dia pernah cerita ke mereka. Stuart? Ia yakin, pria itu tak tau nama aslinya, selain nama belakangnya. Lalu, siapa?

Irene berjalan menuju kamarnya, ia mengambil rangkaian bunga yang sengaja ia simpan itu. Ia mengambil salah satunya, lalu mencari kartu ucapan yang sepertinya memang disembunyikan keberadaannya.

"Semoga harimu menyenangkan, Bae Joohyun."

"Bagaimana kabarmu hari ini, Bae Joohyun?"

"Semoga hidupmu diberkati, Bae Joohyun."

Bruk!!

Irene terduduk, saat membaca satu persatu kartu ucapan dari bunga yang selama seminggu penuh itu dikirimkan padanya. Irene menatap bunga-bunga itu, ia masih memikirkan siapa sebenarnya sang pengirim bunga itu?!

Deg!!

Irene terdiam, masih ada orang yang mengetahui nama aslinya. Pria itu, pria yang katanya menemukan dompetnya yang hilang waktu itu. Mungkinkah dia pengirim bunganya? Lalu, untuk apa? Benarkah dia komplotan orang yang mengejar Axelle selama ini? Apa ia ketahuan?

Irene tersadar, kala ia mendengar suara dari arah dapurnya. Ia melupakan sarapan paginya, Irene segera bergegas keluar dari kamarnya. Hanya satu hal yang harus ia lakukan, ia harus memastikannya sendiri pada Axelle. Irene bergegas menyelesaikan semuanya, lalu ia berangkat ke kampus seperti biasanya.

"Loe liat Axelle?" Tanya Irene pada juniornya, tak sabaran.

"Axelle? Preman kampus itu? Nggak."

"Loe tau Axelle?"

Irene bertanya pada yang lain, tapi mereka memggelengkan kepalanya, entah benar-benar tak tau, entah memang tak mau tau.

"Loe tau Axelle di mana?"

Belum menyerah, Irene terus bertanya mengenai keberadaan Axelle pada setiap orang yang ditemuinya. Irene dengan tak segan bertanya pada orang-orang itu, padahal dia bukan type gadis yang gampang menyapa orang lain.

"Loe nyari Axelle?" Tanya seorang pria, membuat Irene yang hampir menyerah segera menoleh ke arahnya.

"Ya, dia dimana?"

"Gw lihat dia tadi di taman, mungkin masih di sana sekarang."

"Oh, ok, makasih..."

Irene segera berlari agar bisa menemui Axelle yang belum tentu masih disana, ia menemukannya, ia menemukan Axelle disana, tengah duduk dengan headset di telinganya.

"Akhirnya..."

Ia berdiri di hadapan Axelle yang tengah membaca buku, ia melihat wajah Axelle kembali penuh luka lebam. Apa yang semalam ia lakukan? Apa ia dikejar kembali? Beruntung sekali dia selalu lolos dari mereka, apa gw juga bisa seberuntung itu kalau mereka benar-benar ngincer gw?

Axelle menyadari kehadiran seseorang, ia menatap Irene yang berdiri di hadapannya. Axelle memutar matanya, lalu beranjak dari duduknya.

"Axelle..."

Axelle tak mendengar ucapan Irene, atau tak peduli, Irene tak tau. Ia menarik headset yang digunakan Axelle, membuat pria itu menoleh kearahnya.

"Maafin gw..." Ujar Irene, pelan.

Axelle tersenyum sinis, ia menarik headsetnya. "Pergi sana, gak usah gangguin gw!!" Ujarnya, ia kembali berjalan.

"Axelle, gw serius minta maaf sama loe!! Gw salah, gw terlalu ngatur, gw minta maaf. Gw lancang, gw kelewatan, gw keterlaluan, gw minta maaf..."

"Loe mau ngapain sih?"

"Kita perlu bicara, ini penting..."

"Kita lagi bicara..."

"Gw diteror..." Ujar Irene, membuat Axelle diam. "Ada yang ngirimin gw bunga tiap hari, gw kira itu dari seseorang yang gw kenal. Tapi gw nemuin kartu ucapan disana, ada nama asli gw, dia pake nama asli gw buat nyapa..."

"Apa?"

"Gw benar-benar yakin kalo hanya beberapa orang yang tau nama asli gw, tapi..."

"Apa yang terjadi?" Tanya Axelle sambil memegang lengan Irene, mendesaknya untuk bicara lebih jauh.

"Waktu itu, waktu gw keluar dari rumah loe, gw sadar dompet gw ilang..." Ujar Irene, pelan. "Terus ada cowok yang tiba-tiba nyamperin gw, dan nemuin dompet gw, katanya dompetnya jatuh, tapi dia manggil nama asli gw..."

"Itu artinya?"

"Dia liat kartu identitas gw, Al. Entah kenapa gw yakin dompet itu gak jatuh pagi itu, mungkin... Hiks, dia kenal gw, Al, gw takut..."

"Kenapa loe gak cerita sama gw? Kenapa baru sekarang loe bilang? Kenapa...?"

"Gw gak tau, gw gak ngeh sampe gw nemuin kartu ucapan itu." Ujar Irene, pelan. "Sekarang gw harus gimana? Gw gak bisa tinggal disana lagi, kan? Gw harus pindah kemana?"

Axelle menatap Irene yang menangis, tangannya ingin mengusap rambut Irene, tapi diurungkannya.

"Apa gw tinggal sama temen gw aja? Gw harus nginep di hotel? Harus..."

"Tenang, Irene!!" Ujar Axelle, nadanya terdengar lembut. "Loe gak boleh panik, loe harus tenang!!"

"Terus gw harus ngapain? Ini semua karna loe, andai aja gw gak ngikutin loe malam itu, andai aja gw gak tau siapa loe, andai aja gw gak penasaran sama loe, andai..."

Axelle menghela nafas, ia menunduk. "Loe gak boleh ke rumah temen loe, mereka bisa kena juga. Loe gak boleh berhubungan sama siapapun, itu bisa membahayakan mereka." Ujarnya, pelan. "Untuk sementara ini, loe tinggal sama gw aja. Di kampus, loe gak boleh sendirian. Loe gak boleh kemana-mana sendirian, loe harus sama temen loe..."

"Kenapa gw harus tinggal sama loe?"

"Karna... Mereka gak tau tempat tinggal gw, mereka juga gak akan ngusik tempat tinggal gw."

"Kenapa?"

"Bukan daerah teritorial mereka, jadi kita aman." Ujar Axelle, pelan. "Sekarang kita beresin rumah loe, sebelum mereka sadar, loe udah tau semuanya."

Irene mengangguk, ia menghapus air matanya. "Maaf, gak seharusnya gw nyalahin loe..."

"Gak papa, semuanya udah kayak gini."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!