WANITA SIMPANAN SUAMIKU

WANITA SIMPANAN SUAMIKU

Chapter 1

"Mas.. Kok buru buru, enggak sarapan dulu?" tanyaku pada mas Ridwan yang baru saja lewat di belakangku, padahal aku sedang menyiapkan makanan yang sudah aku masak dari pagi tadi.

"Enggak Sar, mas buru buru nih. Ada meeting di kantor pagi ini, jadi mas gak bisa sarapan di rumah." jelasnya.

"Yah.. Padahal aku udah masak opor ayam kesukaan kamu loh mas, ya udah kalo gitu aku siapin bekel kamu dulu ya mas. Tunggu bentar!" jawabku buru buru berlari kecil ke dapur.

Memang biasanya aku selalu menyiapkan bekal suamiku saat dia sedang sarapan, jadi selesai sarapan selesai juga bekal yang sudah tertata rapi di atas meja makan untuk di bawa ke kantor.

"Enggak usah Sar, mas udah gak ada waktu lagi." sahutnya sedikit berteriak.

Aku yang sudah membuka kotak bekal makanpun menjadi kecewa mendengar jawaban dari suamiku, segera ku taruh wadah bekal makan itu di samping rice cooker lalu kembali ke meja makan untuk mengantar suamiku berangkat bekerja.

Ada sedikit rasa kecewa saat mas Ridwan menolak untuk membawa bekal yang sudah ku masakan untuknya, tapi ya sudah lah mungkin memang dia terburu buru tak ada waktu lagi untuk sekedar menungguku menyiapkan bekal untuknya.

"Ya udah mas kalo mas gak mau, hati hati ya mas kalo di jalan. Jangan ngebut ngebut, pelan pelan aja yang penting sampai ke tujuan dengan selamat. Salim dulu." ucapku mengulurkan tangan pada mas Ridwan.

"Iya iya." jawab mas Ridwan mengulurkan kembali tangannya padaku.

Ku temani mas Ridwan sampai di teras rumah, penampilannya hari ini seperti biasanya terlihat rapi dan gagah. Tak salah rasanya aku memilih mas Ridwan untuk menjadi suamiku, pria yang baik, sabar, pekerja keras, tak pernah menuntutku untuk ini itu meskipun pernikahan kami telah menginjak lima tahun belum di beri momongan, ia juga seorang laki laki yang memiliki paras tampan dan gagah. Aku selalu bangga memiliki suami yang nyaris sempurna di mataku, perlu orang lain ketahui jika selama lima tahun pernikahan mas Ridwan tidak pernah sekalipun memukulku saat marah.

Tin!

Mas Ridwan mengklakson mobil saat mobil yang ia kendarai mulai meninggalkan bagasi secara perlahan.

"Hati hati.." teriakku lagi sambil melambaikan tangan kananku.

"Iya.." mas Ridwan membuka pintu kaca mobilnya sembari melambaikan tangan.

Setelah mobil suamiku keluar dari gerbang, aku segera menutup gerbang. Tak lupa mengunci pintu rumah agar tidak ada orang masuk saat aku berberes pekerjaan rumah tangga yang biasa di lakoni oleh pasukan ibu ibu rumah di seluruh pemjuru dunia ini termasuk aku sendiri, lalu berjalan kembali ke dapur untuk mencuci piring dan beberapa alat dapur yang kotor setelah ku gunakan untuk memasak tadi.

Sesampainya di dapur, ku raih benda pipih berbentuk persegi empat milikku yang tergeletak di samping kotak makan tadi.

Jemariku dengan lihai membuka aplikasi berwarna hijau, di sana terdapat pesan dari sahabatku yang bernama Sinta. Semalam dia sudah berjanji padaku mengajak barengan ke Mall mencari kado unruk teman kami yang akan menikah besok, dengan santai ku baca dua pesan darinya yang sudah masuk beberapa menit lalu.

'Sar, maaf ya.. Hari ini kayanya aku nggak bisa keluar sama kamu, aku harus jemput mama di bandara. Dia mau datang dan menginap di rumah untuk beberapa hari, kalo aku tinggal keluar sama kamu nanti mamaku sendirian di rumah.' pesan terkirim pada pukul 06.47 wib.

'Kamu cari kado sendiri gak apa apa kan? Aku cari sendiri aja sambil nemenin mama jalan jalan ke mall nanti malam, sekalian mau nyenengin mama biar bisa belanja banyak.' pesan terkirim pada pukul 06.49 wib.

Kenapa semuanya mengecewakan hatiku hari ini? Suamiku tidak mau sarapan dengan alasan tidak ada waktu padahal aku sudah bangun dari subuh untuk berbelanja ke pasar karena tak pinya stok ayam, lalu Sinta mendadak tidak bisa menemaniku keluar mencari kado.

"Huuuuuffftt..."

Aku menarik nafas dalam dalam, ya sudah lah mau gimana lagi. Toh tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginanku bukan?

Aku segera menekan tulisan ketik pesan di aplikasi hijau tersebut untuk membalas pesan Sinta.

'Oh, ya udah Sin kalo gitu. Ngak apa apa kok, have fun bareng mama ya. Salam juga buat mama!' tulisku pada pesan singkat aplikasi berwarna hijau yang langsung bercentang dua pada pukul 07.04.

Baru saja ku klik tombol play pada aplikasi music, tiba tiba sebuah pesan masuk dari Sinta.

'Oke besti!' jawabnya, tepat pada pukul 07.05.

Segera ku letakan ponselku di tempat penyimpanan bumbu bumbu dapur agar tidak terkena cipratan air dari wastafel.

Setelah selesai mencuci piring dan alat alat masak lainnya, aku berjalan menuju ke meja makan. Aku akan sarapan dulu sebelum melakukan pekerjaan rumah lainnya seperti biasanya, segera ku raih piring putih dan sendok yang sudah ku siapkan di meja makan untuk mas Ridwan tadi. Lalu ku isi piringku dengan nasi, ku lihat tampilan oporku hari ini sangat lezat menggoda. Di atas potongan ayam dan kuah kuning opor ku taburi potongan bawang merah, bau rempah dari opor ini juga tercium enak karena masih sedikit berasap karena baru matang.

"Kasian sekali mas Ridwan tak bisa mencicipi enaknya opor ini karena harus meeting sepagi ini, sampai sampai tidak sempat menunggu bekal. Apa enaknya nanti siang ku bawakan saja ya, bekal dari rumah biar dia bisa makan siang sama opor." ucapku pada diriku sendiri setelah memasukan sesendok nasi pada mulutku.

Ting!

Suara ponselku berbunyi.

Aku segera meraih benda pipih berbentuk persegi panjang itu yang sudah menyala layarnya dan terdapat nama My Husband bertanda love merah di belakangnya, di sana terpanjang jelas pesan masuk aplikasi hijau itu adalah pesan dari suamiku.

'Sar, hari ini mas lembur kayanya. Banyak banget kerjaan soalnya. Jadi gak usah nunggu mas buat makan malam, kamu tidur duluan aja ya.'

Isi pesan yang baru saja aku baca, aku mengerutkan dahiku. Ku lihat jam pada atas layar ponselku, jam masih menunjukan pukul 07.17. Apa mas Ridwan sudah sampai di kantor dalam waktu kurang dari 20 menit? Pikirku.

Padahal jarak rumah kami dan kantor biasa di tempuh mas Ridwan sekitar 30-40 menit perjalanan, tergantung macet atau tidaknya. Mas Ridwan biasa berangkat pukul 7.15 dari rumah, sedang jam kerjanya masuk pukul 08.00 wib.

"Ah, mungkin hari ini jalannya tidak sepadat biasanya jadi mas Ridwan bisa sedikit mengebut." gumanku tanpa ingin mengotori fikiranku negan fikiran yang negatif.

'Pulang jam berapa mas?' balasku pada pesan yang di kirim mas Ridwan.

Ku letakan kembali ponselku, lalu melanjutkan makan opor yang masih hangat dan lezat ini.

Terpopuler

Comments

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Assalamualaikum aq hadir ya, pasti ceritanya bagus

2023-07-11

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

aku mampir thor

2023-06-12

0

Nurasiah Marpaung

Nurasiah Marpaung

lanjut

2023-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!