Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasiahkan
Dari atas ketinggian Elis melihat pemandangan kota di bawah gedung. Ia berada di sana hanya untuk menemani Arjuna saja benar-benar membosankan.
"Aku akan kembali ke bawah. Jadi tolong buka pintunya." ujar Elis.
"Tapi kau tidak akan lari dan bertindak nekadkan?" tanya Arjuna memastikan.
"Ya, kau tenang saja. Aku hanya akan bekerja dengan baik."
"Awas saja jika berani macam-macam habis kau. Aku menempatkan banyak orang untuk mengawasimu." Arjuna kemudian membiarkan istrinya pergi dari ruangannya.
Sepanjang perjalanan Elis menuju tempatnnya di pantry semua orang wanita menatapnya tak suka terlebih para wanita yang seakan menganggap Elis sebagai musuh serta saingan mereka.
Dua orang wanita mendatangi Elis, saat Elis tengah mencuci gelas-gelas kotor.
"Heh, janda Udik apa yang kau kerjakan di ruangan pak Juna?" tanya salah satu orang bernama Naina.
"Kau mencoba menggoda pak Juna dengan tubuh sampahmu itu!" ujar wanita yang satunya yang bernama Riska. Sungguh jabatan dan pendidikan tinggi seseorng tidak menjamin atitud dan akhlak seseorang untu berkata lebih baik kepada orang lain.
"Ti-tidak. Mana mau Pak Juna denganku. Aku hanya office girl yang buruk rupa. Aku bukan selera pria seperti pak Bos." ujar Elis. Bukan Elis berniat menjilat atau apapun, tapi ia di manapun tak ingin mencari musuh niatnya bekerja hanya untuk mencari nafkah untuk anak anaknya.
"Baguslah jika kau tau diri." ujar Naina.
"Tentu saja aku tau diri, kalian bahkan lebih pantas bersaing, cantik dan modis jabatan kalian juga bagus. Jadi tidak usah menganggapku berlebihan, fokus saja akan mimpi kalian mendapatkan pak Bos, aku tidak tertarik sama sekali bersaing dengan kalian." ujar Elis sebelum berlalu.
"Benar juga apa yang di katakan Elis Nai. Mana mai pak bos dengan janda anak tiga juga dekil seperti Elis. Meskipun Bos duda kan dia tampan juga masih muda." Riska mengemukakan pendapatnya.
"Tapi menurut Asistennya Bos Juna masih memiliki istri Ris. Bagaimana donk kita harus percaya yang mana?" ujar Naina, ia tadi berkenalan dengan Asisten Arjuna dan menurut asistennya Arjuna masih memiliki istri.
"Tidak masalah. Aku iklas dunia akhirat menjadi istri mudanya, lagian dia sangat kaya." Riska tidak keberatan sama sekali jika harus menjadi madu dari istri Arjuna.
"Ya kau benar." timpal Naina.
.
"El. Kenapa lama sekali? Ya ampun kemana lipstikmu,? Jangan katakan jika bos duda itu ******* habis bibirmu?" Ita mencari warna merah yang ia oleskan di bibir temannya tadi.
Tuing ...
Elis menoyor bahu temannya. "Pikiranmu perlu di sucikan." ujar Ita.
"Tapi aku menyadari sesuatu El, wajah Pak Juna sangat mirip dengan wajah anak-anak mu ko bisa ya?"
"Jika aku mengatakan Pak Juna adalah ayah dari anak-anakku apa kau akan percaya?" tanya Elis kemudian.
"Hahahaha ..."
Ita tergelak sangat renyah. Ita merasa banyolan Elis sangatlah lucu sehingga ia tsk bisa menahan tawanya yang meluap ke udara. Ita bahkan memegangi perutnya saking lucunya gurawan yang di lobtarkan Elis temannys. Kedua sudut matanya juga meluarkan air mata.
"El. Aku tau Pak Juna sangat tampan dan merupakan pria idaman tapi mimpimu ketinghian, sunghuh mustahil jika di masa lalu Pak Juna adalah Suamimu." ucap Ita, ia kembali meletupkan namanya.
"Jika kau tidak percaya ya sudah." ujar Elis acuh. Tadinya ia ingin membagi rahasiahnya kepada temannya. Tapi sepertinya ia harus mengurungkan niatnya. Bukankah lebih baik jika tidak ada yang mengetahui statusnya akan lebih baik.
"Tapi sungguh loh. Pak Juna sangat mirip dengan anak-anakmu." Ita memang pernah bertemu dengan anak-anak Elis beberapa kali, sehingga dapat menyimpulkan hal itu. Wajah anak-anak Elis sangat dominan Ayahnya hanya rambut dan warna kulit yang menyerupai Elis.
Sebuah pesan baru masuk ke ponsel Elis, pesan dari nomor yang tidak di kenal yang mana orang itu adalah Arjuna.
"Kita makan bersama Ya." Ajak Arjuna. Elis tak menjawab ia segera memblokir nomor baru itu.
Tanpa di duga Arjuna menyuruh Asistennya untuk menghampiri Elis, menyuruh Elis untuk tidak membelokir nomornya.
"Nyonya El. Tuan memerintahkan Anda supaya membuka blokiran nomor Tuan. Jika tidak Tuan akan kemari sendiri dan mengatakannya langsung." Elis membolakan matanya. Arjuna itu benar-benar nekad sekali.
"Ya sebentar Tuan saya akan membuatkan anda kopi." Elis berkata itu dengan sengaja, ia tak ingin jika rahasianya jika Arjuna masih suaminya terbongkar. Lagi pula hubungan mereka sudah berakhir menurutnya.
"Jo. Nyonyamu itu benar-benar keras kepala." Kelur Arjuna kepada Tejo asistennya.
"Sabar Tuan. Taklukan kembali nyonya. Saya yakin nyonya masih mencintai Tuan." ujar Tejo menyemangati.
"Tapi hubunganku dan Nyonyamu harus kau rahasiahkan. Itu permintaannya."
Tego merupakan Asisten Arjuna sejak masih bekerja di kantor mamanya, sehingga Tejo mengetahui kondisi keluarga Arjuna.