HALIM
Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.
Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.
Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5: Gerbang Kuil Utara
Langit malam semakin gelap, dan angin dingin mulai mengalir menembus tulang. Halim mendaki dengan tekad yang tak tergoyahkan, meninggalkan penjaga yang baru saja memberikannya izin untuk melanjutkan perjalanan. Setiap langkahnya terasa semakin berat, namun semangatnya tetap menyala. Dia sudah cukup jauh untuk mundur.
Puncak gunung kini semakin dekat, dan di kejauhan, Halim bisa melihat struktur kuno yang menjulang tinggi dan itu adalah Kuil Utara. Bagian atas kuil itu terlihat seperti bagian dari batu yang sudah sangat tua, dengan ukiran-ukiran misterius yang terlihat seperti simbol-simbol kuno yang tidak diketahui. Ini bukan sekadar kuil biasa, pikir Halim. Ada sesuatu yang lebih besar yang tersembunyi di dalamnya.
Langkahnya semakin cepat saat mendekati gerbang kuil. Namun, ia tahu bahwa meskipun ia telah melewati penjaga pertama, mungkin masih ada banyak tantangan yang akan datang. Kuil ini tidak akan membiarkan siapa pun masuk tanpa ujian yang lebih besar.
Gerbang besar kuil terbuka dengan sendirinya begitu Halim mendekat, seolah memberi izin untuk melangkah. Dengan hati-hati, Halim melangkah masuk, memasuki lorong gelap yang hanya diterangi oleh cahaya redup dari lentera-lentera yang digantung di dinding batu. Udara di dalam kuil itu terasa berat, seolah mengandung rahasia yang sudah lama terkubur.
Tak ada suara lain selain langkah kakinya di atas lantai batu yang berdebu. Setiap sudut kuil ini tampak terlupakan, namun ada aura magis yang menyelimuti tempat ini. Halim tahu bahwa ia tidak sendirian di sini. Sesuatu sedang mengamatinya.
Ia melangkah lebih dalam, berusaha untuk tetap tenang meski suasana semakin menegangkan. Setelah beberapa menit berjalan, Halim tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan pilar-pilar batu yang tinggi menjulang. Di tengah ruangan itu, ada sebuah patung besar yang menggambarkan seorang pria dengan jubah panjang dan mata yang tertutup. Di depan patung, terdapat sebuah altar batu yang sepertinya sudah berusia ribuan tahun.
Halim berhenti, memandang patung itu dengan penuh rasa ingin tahu. Apakah ini bagian dari ujian? pikirnya. Ia mendekat ke altar dan melihat ada sebuah ukiran kecil di atasnya yang tampak seperti teka-teki.
..."Siapa yang berani datang ke sini?" suara berat itu bergema di dalam ruangan....
Halim menoleh, dari bayangan di sudut ruangan, muncul sosok yang tinggi besar, mengenakan jubah hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Wajahnya tertutup topeng, hanya mata merah menyala yang terlihat jelas, seperti api yang membara.
..."Namaku Halim," jawab Halim dengan mantap....
Meski ada sedikit rasa gugup yang mulai tumbuh di dalam dirinya.
..."Saya datang untuk mencari kebenaran. Untuk menemukan informasi mengenai Raja Iblis dan para jenderalnya."...
...Sosok itu mengangkat topengnya sedikit, memperlihatkan sepasang mata yang menyorot tajam. "Kebenaran? Kebenaran apa yang kamu cari petualang? Apa yang bisa membuatmu berani datang ke sini melawan takdir yang telah lama dikubur?"...
Halim menatap mata merah itu dengan tatapan yang sama tajamnya.
..."Saya datang untuk mencegah kehancuran yang mereka bawa. Saya tidak akan membiarkan dunia ini jatuh ke tangan yang salah." Aura dan Energi sihir dalam tubuh Halim seketika meningkat pesat walau sesaat....
...Sosok itu tersenyum tipis....
..."Ternyata kamu punya tekad yang kuat. Tapi tekadmu akan diuji di sini, di Kuil Utara. Kamu siap untuk menghadapi ujian yang akan datang?"...
Tanpa memberikan jawaban, sosok itu melangkah mundur dan menghilang ke dalam bayangan. Namun, seketika, ruangan itu mulai bergetar. Pilar-pilar batu di sekelilingnya menggema, dan tanah di bawahnya mulai retak.
Halim menyadari bahwa ia baru saja memasuki ujian yang sebenarnya.
Tiba-tiba, sebuah gambar muncul di hadapan Halim. Sebuah visi yang sangat jelas, seolah nyata. Ia melihat dirinya berdiri di depan rumah kecil di sebuah desa yang sudah lama terlupakan. Di dalam rumah itu, ada seorang wanita dan anak kecil, tampak bahagia meski hidup sederhana. Halim mengenali mereka. Mereka adalah orang-orang yang pernah ia bantu sebelumnya, orang-orang yang ia cintai.
Namun, dalam visi itu mereka dikelilingi oleh pasukan iblis yang brutal. Mereka terjatuh, dan Halim mendengar suara jeritan yang memilukan. Halim berlari untuk menyelamatkan mereka, tetapi setiap langkahnya terasa semakin berat, seperti ada yang menarik kakinya ke tanah.
..."Apa yang harus kulakukan?"...
Pikir Halim, merasakan kepanikan mulai merayap di dalam dirinya.
..."Apa yang akan aku lakukan jika mereka terluka? Jika mereka mati karena aku tidak bisa bertindak tepat waktu?"...
Gambar itu terus berubah. Halim melihat dirinya berdiri di hadapan Raja Iblis, yang matanya memancarkan api kebencian.
..."Kau tidak bisa menyelamatkan dunia ini Halim!" suara Raja Iblis bergema, mengisi seluruh ruang dengan suara gema yang kuat....
..."Kau akan gagal. Sama seperti yang lainnya."...
Halim terhuyung, hampir terjatuh, namun ia menggigit bibirnya dan berusaha menahan emosi.
..."Aku tidak akan menyerah," katanya dalam hati....
..."Aku tidak akan biarkan mereka menang."...
Tiba-tiba, sosok misterius yang ia temui sebelumnya muncul kembali, memberikan sebuah tepukan di bahu Halim.
..."Ujian ini bukan untuk menghancurkan mu, Halim. Ini adalah ujian untuk menguji kekuatan hatimu. Apa yang akan kamu lakukan ketika dihadapkan dengan keraguan yang datang dari dalam dirimu?"...
...Halim menatapnya dengan penuh tekad....
..."Aku akan terus maju. Tidak ada yang bisa menghentikanku."...
Dengan kata-kata itu, gambaran itu mulai memudar, dan Halim kembali ke kenyataan. Ruangan yang semula berguncang kini kembali tenang. Sosok penjaga itu hanya mengangguk pelan, seperti memberi penghormatan atas tekad Halim.
..."Ujian pertama telah berakhir," katanya....
..."Tapi perjalananmu belum selesai. Masih banyak yang harus kau hadapi sebelum kau bisa menemukan apa yang kamu cari."...
...Halim menarik napas panjang, merasa sedikit lelah namun lebih kuat dari sebelumnya. "Saya siap. Saya tidak akan berhenti."...
Gerbang Kuil Utara masih terbuka di depannya, menanti Halim untuk melanjutkan perjalanan yang lebih jauh, lebih dalam.
sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.
ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.