"Uang lima puluh ribu masih kurang untuk kebutuhan kita, Mas. Bukannya Aku tidak bersyukur atas pemberian dari mu dan rezeki kita hari ini. Tetapi itu memanglah kenyataannya." kata Zea, dia wanita berusia 25 tahun yang sudah memiliki dua anak, istri dari Andam pria yang sudah berusia 37 tahun ini.
"Apa katamu?" geram Andam. "Lima puluh ribu masih kurang? Padahal Aku setiap hari selalu memberi kamu uang Zea, memangnya uang yang kemarin Kamu kemana'kan, Hah!" tanya Andam, dia kesal pada Zea karena menurutnya dia sangatlah boros menggunakan uang.
Setiap hari dikasih uang masa selalu habis, kalau bukan boros, apa itu namanya? Setiap hari padahal Andam sudah mati-matian bekerja menjadi pedagang buah dipasar pagi, tentu saja dia kesal karena Zea selalu mengeluh uangnya habis.
"Mas, Aku sudah katakan! Uang yang setiap hari Kamu kasih untukku belum cukup untuk kebutuhan kita! Kamu mendengar tidak sih!" teriak Zea, dia sudah lelah memberitahukan pada suami tentang hal ini.
penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZTS 26
Pukul 19:00.
Setelah berjalan berhari-hari menuju kota akhirnya Zea telah sampai didesa dekat kontrakan yang dia huni dulu. Dengan penampilan yang kumal dan kotor Zea duduk disana dengan nafas berlarian.
"Akhirnya aku sampai disini lagi, semoga aku bisa cepat-cepat bertemu mas Andam dan anak-anak." lirih Zea masih dengan mengatur nafasnya.
Setelah beberapa menit rasa letihnya sedikit berkurang Zea kembali menyusuri jalan dan menuju rumah kontrakan milik pak Demin. Begitu sampai disana, Zea mengetuk pintu.
"Mas, aku pulang." katanya. Tidak berselang lama terdengar suara pintu terbuka dari dalam.
"Maaf, cari siapa ya mbak?" tanya seorang ibu setengah baya yang keluar dari dalam rumah kontrakan tersebut.
Zea sedikit bingung melihat ibu tersebut. "Loh, ibu siapa ya? Saya cari suami dan anak-anak saya. Mereka dulu tinggal disini." katanya.
Ibu tersebut menatap Zea dengan sinis. "Maaf mbak, saya tidak tahu." katanya lalu kembali masuk ke dalam kontrakan dan menutup pintunya sedikit kencang.
Zea menggeleng melihat tingkah ibu tersebut. Zea pun berinisiatif pergi dari sana tetapi, baru berjalan beberapa langkah saja dihadapannya sudah ada bu Minah yang menatapnya tidak kalah sinis dengan kedua tangan terlipat didada.
Zea pun terperanjat dan langsung lebih mendekat lagi. "Bu Minah, aku minta maaf, Bu. Aku banyak salah sama Ibu. Aku minta maaf karena kesalahanku dimasa lalu." Zea menggapai dan menggenggam telapak tangan Minah. Namun, Minah menghempaskannya dengan kasar.
"Untuk apa lagi kamu datang ke sini, hah! Sudah baik kamu pergi dari sini dan aku bisa tenang karena tidak ada yang menggoda suamiku lagi." ucap Minah dengan rasa benci.
Zea menggeleng dengan tatapan sendu. "Maaf Bu, aku memang salah tapi aku tidak pernah menggoda suami ibu. Justru suami ibu lah yang berniat buruk padaku. Aku ke sini hanya ingin bertemu suami dan anak-anakku tidak ada maksud lain." kata Zea dengan jujur sekaligus bersedih. "Apa bu Minah tahu dimana mereka sekarang, Bu?" tanya Zea serius.
Minah melengos dan berdecih lalu pergi begitu saja tanpa menghiraukan pertanyaan Zea.
Zea menghela napas kasar, dia tahu Minah sangat membencinya karena kejadian dimasa lalu dan wajar saja jika dia seperti itu. Tapi faktanya Zea memang tidak menggoda suaminya.
"Tuhan, tolong pertemukanku dengan suami dan anak-anakku. Aku sangat merindukan mereka, aku ingin meminta maaf padanya. Selama ini aku banyak melakukan kesalahan pada mereka." Zea berseru lirih dengan rasa sedih dan tak tentu arah, dia kembali berjalan untuk mencari keberadaan keluarga kecilnya.
...----------------...
Minah masuk ke dalam rumah dengan sewot.
"Itu, wanita yang gagal kamu ci.cipi sudah pulang! Dia mencari suaminya, kamu bantuin sana!" teriak Minah kesal sambil membanting pintu kamar hingga kaca jendela rumah bergetar. Minah masuk ke dalam kamar.
Pak Fatur yang sedang membaca koran disofa yang tidak jauh dari Minah berjingkat kaget dan menoleh Minah yang sudah tak terlihat dibalik pintu kamar.
"Maksudnya Zea pulang ke sini?" gumam pak Fatur, dia menutup korannya dan langsung sedikit berlari menuju jendela rumah. Dia mengintip disana, tetapi tidak ada Zea.
"Aku selidiki ah," Pak Fatur keluar rumah tanpa mengeluarkan suara berisik. Setelahnya dia mendorong motor miliknya sedikit jauh dari rumah supaya Minah tidak tahu jika dia pergi.
Pak Fatur menjalankan motornya dan mulai mencari keberadaan Zea, apakah benar yang dikatakan Minah jika Zea sudah pulang? Setelah beberapa meter berkendara Pak Fatur melihat sosok wanita berjalan sendirian dipinggir jalan dan kebetulan tempat ini sepi.
Pak Fatur mengamati postur tu.buh wani.ta tersebut, dan yah, ternyata benar dia adalah Zea Alaska. Wanita yang pernah dia sawer pada masa itu. Pak Fatur tersenyum arti dia melajukan motor dan menghadang tepat dihadapannya Zea.
"Astaghfirullah ... !" Zea terkejut melihat ada motor berhenti dadakan dihadapannya. Dia pun berhenti demi melihat siapa yang datang.
Begitu pemotor tersebut mendekatinya, Zea terkejut bukan main. "P-pa-pak Fatur!" seru Zea, dia meneguk ludah dan mendadak gemetar. Bayangan dimana pria dihadapannya dulu akan mele.ceh.kannya terlintas seketika. Satu kata yang Zea rasakan saat ini takut. Takut dile.ceh.kan lagi dan takut semakin dibenci Minah lagi.
"Hallo, Zea. Sudah lama ya kita tidak bertemu," Fatur menjawil dagu Zea dengan telunjuknya.
"Tolong jangan mendekat! Aku tidak ingin bu Minah lebih membenciku lagi karena kelakuan tidak terpuji Anda." Zea bergerak mundur tetapi Pak Fatur terus mendekat padanya.
"Ha ... Ha ... Ha ... Zea-Zea. Kamu tahu? Aku sangat membencimu karena kamu pergi dengan pria lain selain aku. Aku tertarik padamu Zea, padahal hampir setiap manggung aku selalu memberimu uang. Nyatanya kamu buta dan tidak pernah melihat caraku menyampaikan perasaanku!" Pak Fatur emosi mengingat dia sudah banyak menghabiskan uang demi Zea tetapi dia justru diacuhkan dan Zea memilih pergi dengan pria bermobil mewah itu.
Zea mencerna pengakuan Pak Fatur dan dia melotot setelah mengingatnya. "J-jadi pria bermasker itu pak Fatur!?"
Pak Fatur menelengkan sedikit kepalanya dan menatap Zea dengan sinis. "Kamu pikir siapa, hah! Dasar wani.ta mura.han, rasakan ini!" Pak Fatur menam.par pipi kanan, kiri Zea berkali-kali sangat keras.
"Akh ...! Tolooong ...! Sakit Pak, jangan...!" Zea mencoba menghindar tetapi tenaga pak Fatur begitu kuat. Satu tangan pak Fatur menahan bahunya dan tangan yang satunya lagi menam.parnya berkali-kali.
Sakit, panas, perih dan takut yang kini Zea rasakan. Mengapa hidupnya menjadi setragis ini? Apakah ini karma karena Zea telah menyia-nyiakan suami dan anak-anak serta menyembunyikan kema.tian Jihan? Jika iya, tolong pertemukan kembali Zea dengan semua orang yang pernah dia lukai sengaja maupun tanpa sengaja. Zea ingin meminta maaf dengan tulus.
Pak Fatur menampar Zea dengan membabi buta. Dia kesal, jengkel serta marah karena menurutnya Zea mempermainkan perasaannya. Hingga Zea napasnya tersendat Pak Fatur barulah menyudahi aksi tercelanya.
"Itu hukuman karena kamu menyakiti hatiku Ze! Itu hukuman yang tidak seberapa dari ku. Padahal aku rela bekerja siang malam demi memberikan uang sawer untuk mu bahkan Minah tak pernah ku kasih uang lagi demi kamu. Tapi kamu malah memilih pria kaya itu, dasar wani.ta mu.rah!"
"Maaf Pak, aku tidak tahu itu Bapak. Tapi, aku tidak memiliki rasa apapun pada Bapak. Tolong jangan sakiti aku." jawab Zea tidak jelas dan napasnya tersendat.
"Lebih baik kamu tiada saja." Pak Fatur men.ce.kik Zea dan Zea tak sadarkan diri.
kesel dengan Zea yg mau saja diajak makan di apartemen lelaki, lebih kesel juga dengan Kendra.😡😡