Dituduh pembunuh suaminya. Diusir dari rumah dalam keadaan hamil besar. Mengalami ketuban pecah di tengah jalan saat hujan deras. Seakan nasib buruk tidak ingin lepas dari kehidupan Shanum. Bayi yang di nanti selama ini meninggal dan mayatnya harus ditebus dari rumah sakit.
Sementara itu, Sagara kelimpungan karena kedua anak kembarnya alergi susu formula. Dia bertemu dengan Shanum yang memiliki limpahan ASI.
Terjadi kontrak kerja sama antara Shanum dan Sagara dengan tebusan biaya rumah sakit dan gaji bulanan sebesar 20 juta.
Namun, suatu malam terjadi sesuatu yang tidak mereka harapkan. Sagara mengira Shanum adalah Sonia, istrinya yang kabur setelah melahirkan. Sagara melampiaskan hasratnya yang ditahan selama setelah tahun.
"Aku akan menikahi mu walau secara siri," ucap Sagara.
Akankah Shanum bertahan dalam pernikahan yang disembunyikan itu? Apa yang akan terjadi ketika Sonia datang kembali dan membawa rahasia besar yang mengguncang semua orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Di sisi stroller bayi kembar, Shanum berjalan pelan, sambil sesekali menunduk membetulkan selimut tipis yang menutupi Abyasa dan Arsyla. Sagara berjalan di sampingnya sambil mendorong stroller. Pria itu mengenakan kemeja putih bermotif dan kaca mata hitam.
Hari ini Sagara dan Shanum pergi ke mall bersama si kembar untuk pertama kalinya. Tubuh kedua bayi itu cepat bedar dan pakaian pun sudah mulai kekecilan.
“Kita cari toko keperluan bayi, Mas. Di sana biasanya lebih banyak pilihan,” ucap Shanum.
“Aku tidak tahu di lantai berapa toko itu,” balas Sagara. “Kita tanya sama resepsionis saja.“
Shanum belum pernah datang ke mall besar ini sebelumnya. Selama datang ke ibukota, dia belanja hanya di pasar untuk membeli segala kebutuhannya. Takut tersesat, dia memegang lengan suaminya.
Mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Namun, kebahagiaan itu hancur seketika ketika sebuah suara yang sangat familiar memecah ketenangan.
“Astaga, kamu bukannya si Shanum! Wanita yang kabur setelah membunuh suaminya sendiri,”
ujar seseorang dengan nada mencemooh.
Shanum tertegun. Suara itajam dan menyakitkan milik Bu Elia, ibu mertuanya dulu. Di samping wanita itu berdiri seorang perempuan muda berparas cantik dan berpakaian mewah, Alana, adik mendiang Alvin. Tatapan mereka menusuk seperti belati, menelanjangi setiap inci keberadaan Shanum di depan umum.
Shanum menunduk, jantungnya berdegup kencang. Tangannya yang tadi memegang lengan Sagara, jatuh terlepas dan gemetar. Napasnya tercekat seolah udara di sekitarnya menolak masuk. Semua luka lama tiba-tiba mengalir deras dalam ingatannya, hari ketika dia diusir, dituduh pembunuh, dan kehilangan segalanya.
“Ternyata kamu masih berani muncul di kota ini. Apa sekarang kerja jadi pengasuh anak orang kaya, hah?” tanya Alana sambil tersenyum sinis. “Cocok, sih. Muka polos, tapi hatinya busuk.”
Sagara menatap tajam ke arah Alana. Dia tidak suka mendengar kata-kata kasar seperti itu ditujukan kepada istri sirinya.
Shanum tak sanggup menjawab. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berlari, tetapi kedua bayi itu adalah tanggung jawabnya. Ia tak boleh terlihat lemah di depan mereka.
“Siapa laki-laki ini? Ternyata kamu benaran selingkuh, ya?!“ teriak Bu Elia dan memancing pengunjung yang berlalu lalang.
“Benarkan, apa kataku dulu, Bu. Kalau wanita ini punya selingkuhan. Makanya bisa beli apa yang dia mau dan punya tabungan yang besar di bank tanpa sepengetahuan kita," lanjut Alana.
Shanum tersentak. Uang tabungan itu dia persiapkan untuk biaya lahiran dan syukuran. Sejak tahu dirinya hamil, dia rajin cari usaha lain membantu usaha temannya jualan online. Karena tidak akan bisa kalau mengandalkan hasil warung yang habis buat bayar cicilan motor dan kebutuhan rumah.
“Aku bukan wanita hina dan murahan yang mengkhianati suami. Mas Alvin tahu akan uang tabungan itu dan dari mana hasilnya," balas Shanum membela diri.
Prinsip Shanum dan Alvin dalam berumah tangga, tidak boleh ada yang disembunyikan. Jika ada masalah, bicarakan baik-baik dan cari solusi terbaik. Menyimpan rapat aib pasangan.
“Halah, aku tidak percaya! Aku tahu semua hal tentang Alvin. Dia selalu terbuka kepada ibunya," tukas Bu Elia dengan tatapan meremehkan Shanum. “Kamu sembunyikan uang itu karena dari hasil jual diri, kan?!"
Sagara yang sejak tadi diam, perlahan melepas kacamatanya. Tatapan dingin khasnya kini berubah menjadi tajam dan penuh amarah.
Langkahnya maju satu langkah ke depan, berdiri di antara Shanum dan kedua wanita itu.
“Tolong jaga ucapan Anda, Nyonya,” ucapnya tegas dengan suara rendah tapi menusuk.
“Wanita ini bekerja untuk saya. Dia bukan orang yang pantas dihina.”
Bu Elia menatapnya dari ujung kaki hingga kepala. “Oh, jadi kamu majikannya? Wah, luar biasa ya, pengasuh yang punya majikan setampan ini.”
Nada suaranya mengandung ejekan yang membuat darah Shanum mendidih, tapi ia masih menunduk, tak berani menatap siapa pun.
“Hati-hati, loh, Pak! Jangan sampai jatuh dalam godaannya, jika tidak ingin rumah tangganya hancur,” ucap Bu Elia dengan nada centil khas emak-emak.
“Saya tidak peduli apa yang pernah terjadi di masa lalunya,” balas Sagara dengan nada yang lebih dingin.
“Yang saya tahu, Shanum adalah wanita terhormat. Dia merawat anak-anak saya dengan kasih sayang yang tidak dimiliki siapa pun.”
Suara itu membuat Shanum menoleh perlahan. Tatapan Sagara teguh dan di balik ketegasan itu ada sesuatu yang menghangatkan hatinya. Yaitu sebuah pembelaan yang selama ini ia harapkan, tetapi tak pernah ia dapatkan dari siapa pun.
Namun, di sisi lain, hatinya juga remuk.
Sagara melindunginya, tetapi bukan sebagai suami, melainkan sebagai majikan. Status mereka harus disembunyikan. Dunia tetap menganggapnya hanya pengasuh biasa.
Bu Elia mendengus, lalu menatap Shanum dengan jijik.
“Kau memang pandai mencari tempat berlindung. Tapi ingat, dosa tidak akan hilang hanya karena disembunyikan di balik rumah orang kaya.”
Sagara mengepalkan tangan. “Cukup, Bu. Kalau Anda datang hanya untuk menghinanya, silakan pergi sebelum saya kehilangan kesabaran.”
Udara seolah menegang. Beberapa orang yang lewat mulai menoleh, berbisik-bisik kecil melihat konfrontasi itu. Bu Elia dan Alana saling berpandangan, lalu pergi sambil mendengus sinis.
***
Seperti nya Shanum yng bakal ketiban pulung nih 😠😠😠
Trus siapa yg menukar bayi Sonia dengan bayi Shanum ?