Tentang seorang pria yang tidak diperlakukan adil oleh ayahnya. Tapi dia bisa membuktikan bahwa dia bisa sukses tanpa mengandalkan kekayaan orang tua, sayangnya dia harus kembali jatuh ketika wanita yang dia cintai pergi begitu saja tanpa adanya alasan, membuat dia menjadi casanova.
Suatu hari dia mengalami nasib sial sehingga dia harus menikah dengan seorang gadis yang tak dia cintai, dan membuat dia menjadi menantu yang sama sekali tidak diharapkan oleh mertuanya, seakan memandang rendah pada profesinya sebagai seorang aktor.
Dan Morgan akan membuktikan bahwa dia adalah seorang pria yang patut dibanggakan, terlepas dengan semua masa lalunya yang kelam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Delapan
"Kalau begitu aku harus mengembalikan ciuman kamu itu."
Zhoya membulatkan matanya begitu mendengar ucapan Morgan, dia ingin protes tapi tiba-tiba Morgan langsung menyambar bibirnya. Menautkan kedua bibir mereka. Morgan rasa dia harus mengembalikan ciuman Zhoya agar ciuman itu tidak lagi terbayang-bayang dipikirannya.
Ciuman itu begitu membuat Zhoya terhanyut, Morgan memang lihai sekali dalam masalah berciuman, namun Zhoya sadar dia tidak boleh terbuai dengan ciuman itu, dia segera mendorong Morgan sampai ciuman itu terlepas.
"Kak Morgan apaan sih, ini namanya pelecehan, mana ada seorang kakak berani mencium orang yang dia anggap adiknya sendiri!" Zhoya malah mengomel, dia mengelap bibirnya yang basah dengan tangannya.
Sikap Zhoya membuat Morgan kebingungan, gadis itu sepertinya benar-benar melupakan apa yang dia ucapkan semalam kalau Zhoya naksir dirinya, bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun diantara mereka.
Bukannya itu yang Morgan inginkan?
"Kamu yang memulai, kamu yang menciumku lebih dulu. Aku hanya ingin kita impas saja." Morgan tidak ingin kalah, dia masih mengunci tubuh Zhoya di dinding toilet.
Zhoya malah terkekeh, "Bilang saja kalau kak Morgan tidak bisa move on dari ciuman aku."
Morgan malah sewot, "Jangan GR, aku hanya ingin kita sama-sama melupakan ciuman itu. Sekarang aku sudah mengembalikan ciuman kamu, jadi anggap saja kita tidak pernah berciuman oke."
"Oke, biar nanti aku berciuman dengan calon pacarku saja." Zhoya mengedipkan matanya.
Morgan mengigit bibir bawahnya, segitu gampangnya Zhoya melupakan perasaan padanya, tapi dia rasa memang sangat bagus, memang harus seperti itu.
"Calon pacar? Emang ada...maksudnya emang kamu lagi pedekate sama seseorang?" Morgan mengatakannya dengan terbata-bata. Dia mundur dua langkah menjaga jarak dari Zhoya.
Zhoya malah terkekeh. "Ya ampun kak, aku ini cantik lho. Pasti banyak lah yang naksir aku."
Zhoya memilih pura-pura ceria saja di dekat Morgan, mungkin ucapan Morgan benar, dia hrus melupakan bahwa Zhoya pernah bilang cinta padanya, agar tidak canggung diantara mereka.
Morgan berdecak, "Ck, pacaran terus yang kamu pikirkan. Belajar yang benar, bukannya kamu ingin menjadi wanita karir?"
Morgan malah mengomeli Zhoya. Namun pandangannya malah ke bibir Zhoya, bibir Zhoya begitu tipis dan menggoda, Morgan memalingkan pandangannya ke arah lain.
Dasar bocil labil, bahkan dia gampang move on dalam hitungan jam. Tapi baguslah. Lebih baik hubungan aku dengan Zhoya memang seperti ini.
"Aku sih gampang, tinggal masuk saja ke perusahaan kalau mau kerja. Hmm... Ya sudah, aku pergi dulu ya kak. Kak Hana pasti lama sekali nunggu aku." Zhoya berpamitan pada Morgan, dia tidak bisa lama-lama berduaan dengan Morgan di dalam toilet.
Namun Morgan malah menahan lengan Zhoya. "Eh tunggu dulu, bocil. Bagaimana kalau nanti ada cewek datang ngejar aku lagi?"
Zhoya menghela nafas, dia terpaksa harus menolong Morgan lagi. Dia harus berjalan di depan Morgan, memastikan tidak ada orang-orang yang mengenalinya. Padahal Morgan sudah memakai maskernya kembali.
"Aman kan?" Morgan berjalan menundukkan kepala mencubit sedikit baju Zhoya bagian belakang, bersembunyi di punggung gadis yang jauh lebih pendek darinya.
Mereka sudah keluar dari area toilet.
"Aman, mereka sudah pergi. Berjalannya biasa aja kak, yang ada orang-orang disekitar sini pada curiga. Udah pakai maker ini. Lagian kenapa juga gak bawa bodyguard?"
Morgan memutuskan untuk berjalan berdampingan dengan Zhoya, "Aku gak bebas kalau bawa bodyguard."
"Hmm... ya biar bisa bebas kan sama cewek-cewek?"
"Sekarang aku sudah berubah."
"Pasti demi kak Laura ya? Wah beruntung sekali Laura ini." Zhoya pura-pura terkekeh, padahal hatinya meringis.
Morgan diam saja, dia tidak menjawab pertanyaan dari Zhoya.
Tanpa sengaja Zhoya bertubrukan dengan seseorang, rupanya orang itu adalah Darwin.
"Oh maaf..." Zhoya dan Darwin mengatakannya hampir bersamaan.
Morgan ingin memarahi pria itu karena sudah menabrak Zhoya, namun dia baru ngeh ternyata pria itu adalah CEO dari CSTV.
"Zhoya?" Darwin nampak sumringah begitu melihat gadis yang pernah dia taksir ada dihadapannya.
Zhoya mengerutkan keningnya untuk mengingat siapa pria yang menyapanya itu, "Oh kak Darwin ya?"
"Iya." Senyuman Darwin luntur begitu melihat siapa yang ada di samping Zhoya.
Walaupun Morgan memakai masker, tapi Darwin tau pasti pria bermasker itu Morgan. Apa mungkin dugaan Joko itu benar bahwa Zhoya adalah calon istri Morgan?
"Bagaimana kabar kamu?" tanya Darwin pada Zhoya.
Baru saja Zhoya mau menjawab, tapi malah Morgan yang menjawab, "Kabar Zhoya sangat baik, Pak Darwin."
Darwin pura-pura tersenyum, "Wah kelihatannya kalian dekat sekali ya."
"Oh tidak, kita hanya dekat sebatas adik kakak." Zhoya langsung menjawab pertanyaan Darwin.
Morgan terperangah mendengar jawaban dari Zhoya.
"Hmm... ya sudah, bukannya kak Morgan ada acara, lebih baik kak Morgan pergi." Zhoya malah mengusir Morgan, membuat Morgan kesal.
Morgan baru teringat dengan Laura, Laura sudah lama menunggu dirinya. Dia terpaksa harus pergi. "Hmm... ya sudah aku pergi."
"Ya udah bye kakak." Zhoya melambaikan tangan pada Morgan.
Sementara Darwin menganggukkan kepala, dia rasa sepertinya ucapan Zhoya benar mungkin Morgan dan Zhoya hanya sebatas adik kakak, atau kenapa mereka berciuman? Dan mereka menginap di hotel? Apa Zhoya mengalami cinta sepihak karena yang mencium itu Zhoya sementara Morgan hanya diam. Dan masalah ke kamar hotel itu dia rasa mungkin Morgan hanya ingin menolong Zhoya.
Itu hanya baru dugaan, dia juga belum tau pasti ada hubungan apa antara Zhoya dan Morgan. Yang pasti dia akan berusaha untuk mendapatkan Zhoya.
"Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Sambil ngobrol-ngobrol." Ajak Darwin.
"Hmm... sayang sekali kak. Aku datang bersama kak Hana, pasti dia sedang nunggu aku. Nanti saja kapan-kapan ya." tolak Zhoya dengan halus.
"Oh baiklah, kalau begitu aku minta nomor kamu, boleh kan?"
Zhoya terpaksa memberikan nomor ponselnya, "08xxxxxxxx"
Sementara itu Morgan nampak kesal, Zhoya seperti mempermainkan dirinya, semalam dia blak-blakan bilang mencintainya. Paginya gadis itu menciumnya. Dan siangnya dia malah memilih jalan sama cowok lain.
"Hhh...Dasar bocah labil." Morgan mendengus kesal.
𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘢²𝘪𝘯
𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘰𝘤𝘪𝘭 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩
emang enak vin