Dia bukan kekasihku, sampai kapanpun dia sahabat baik dalam hidupku. -Andre Alexander Geraldy-
Dia bukan sekedar sahabat bagiku, dia juga cinta pertamaku. -Belinda Roger Smith-
Suatu hari mereka di hadapkan dalam situasi terbalik, Andre yang sekian lama menganggap Bella hanya sebagai sahabat, tiba tiba merasa gelisah, karena ada hal tak biasa yang ia rasakan.
Tak terima jika Bella yang dianggapnya hanya sahabat, serta selama ini mencintai Andre, tiba tiba memberikan kabar pertunangan.
Bahkan sebentar lagi menikah dengan Jonathan, pria yang sejak lama mencintai Bella.
Bagaimana rasanya jungkir balik dunia Andre, ketika akhirnya, ia menjadi suami Bella, namun wanita itu, menyimpan nama pria lain dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Perpisahan Menyakitkan, Part 1.
Perpisahan Menyakitkan, Part 1.
Andre yang menyadari kehadirannya tak diharapkan oleh Bella, segera berlari menyusul Bella, tujuannya hanya satu, yakni memohon untuk dimaafkan oleh Bella, rasanya Andre belum bisa tidur nyenyak jika Bella belum memberikan maaf nya.
“Bella …” teriak Andre, ia terus berlari untuk mensejajarkan langkah mereka.
Namun usaha Andre sia sia, karena walaupun langkah nya sudah sejajar, Bella tetap tak memberinya kesempatan bicara.
"Bell … aku mau bicara," bujuk Andre.
Nihil, tak ada reaksi, Bella benar benar tak ingin melihatnya, apalagi memberi Andre kesempatan untuk bicara.
Dengan tangannya, Andre menahan lengan Bella, karena hanya ini satu satunya cara agar Bella bersedia berhenti dan mendengarkan nya.
Bella yang merasa lengannya digenggam erat, terpaksa menghentikan langkahnya, mau tak mau ia menoleh menatap Andre, wajah pria itu tampak memandangnya dengan tatapan memelas penuh penyesalan, dan hampir saja Bella kembali luluh, tapi tidak, ia harus berhenti sampai disini, hidupnya terlalu berharga jika hanya di sia sia kan untuk menunggu dicintai oleh Andre.
"Aku mohon, dengarkan permohonan maafku," pinta Andre dengan bibir bergetar kala mengucapkannya, "aku sungguh menyesal telah menyakitimu, maafkan aku."
Menangis … yah seorang Andre yang tidak pernah cengeng, tiba tiba menangis di hadapan Bella.
Tak ingin terbawa perasaan, pelan pelan Bella berusaha melepaskan lengannya. "Lepaskan lenganku," pinta Bella, ketika Andre tak juga membiarkan lengannya terlepas.
"Tidak akan, sebelum kamu bersedia memaafkan aku."
"Aku maafkan,"
Sebaris senyuman menghiasi bibir Andre.
"Tapi menjauhlah dari hidupku," lanjut Bella dengan tatapan dingin.
"Kenapa?" Tanya Andre tak percaya.
"Karena seperti katamu, aku bukan siapa siapa bagimu, dan aku hanya seseorang yang kebetulan singgah dalam kehidupanmu, apa itu alasan yang cukup." Tak ada sedikitpun senyuman dari wajah Bella, wajah yang biasanya ceria dengan tawa menghiasi hari harinya, kini berganti dengan wajah yang dingin, dan datar tanpa ekspresi.
Andre menggeleng lemah, terkejut dengan perubahan Bella, "Kamu berubah, kamu bukan Bella ku yang dulu,"
Kalimat itu begitu sendu dan memperlihatkan keputusasaan, namun Bella tak lagi tersentuh oleh kalimat itu, baginya kalimat itu kini terdengar murahan di telinganya.
"Bella yang dulu sudah mati, kamu lah yang sudah membunuhnya dengan kejam," dengan kasar Bella menghempaskan genggaman Andre, "jangan pernah lagi menampakkan wajahmu di hadapanku," imbuhnya dengan nada tegas.
"Selamat tinggal."
Bella berjalan cepat menuju mobilnya, tak lama kemudian mobil itu berlalu meninggalkan sesuatu tak biasa dalam diri Andre, ternyata hatinya ikut hancur bersamaan dengan kepergian Bella, rasanya bahkan lebih sakit karena ditinggalkan Bella, daripada sakit karena mengetahui perselingkuhan mely.
Angin malam bertiup lembut, meninggalkan serpihan hati yang kini koyak, tak ada lagi tempat berpijak dan tempat untuk kembali pulang dengan segala permasalahan, yang ada hanyalah hampa, yang entah sampai kapan kembali terisi.
Sementara itu, nun jauh di tengah keramaian kota, Bella masih mengemudikan mobilnya, entah kemana arah tujuannya, pikirannya kosong, Bella masih belum mempercayai dirinya sendiri, ia berani berkata begitu berani di hadapan Andre, pria yang selalu menjadi nomor satu setelah daddy tentunya.
Mobilnya berhenti di pelataran old cafe, tempat ia dahulu menghabiskan waktu bersama Andre, alasannya sangat sederhana, karena keduanya memiliki selera yang sama, cafe ini memiliki menu coklat hangat favorit mereka.
Bella duduk di salah satu pojok cafe, entah kenapa ia datang ke tempat ini, padahal sudah sejak lama ia tak mendatangi tempat ini, terlalu menyakitkan jika datang ke tempat ini, karena jika ia datang sendiri, berarti ia sedang kecewa dan patah hati, siapa lagi penyebabnya jika bukan Andre.
Seorang pria muda mendekati meja tempat Bella duduk menyendiri.
"Lama tak melihatmu kemari nona Bell…" sapanya dengan senyum ramah.
Bella yang mengenali suara pria muda tersebut, langsung tersenyum, tanpa menoleh pun Bella tahu, jika pria itu adalah Jack, pegawai paruh waktu di cafe tersebut.
"Aku sibuk jack," jawab Bella.
"Jadi apa sekarang artinya kau tak sibuk, hingga sempat datang kemari." Jack bertanya.
"Sebenarnya sibuk juga sih, tapi tadi acaraku di batalkan, jadi aku mampir kemari."
"Acaramu batal, atau kamu sedang patah hati lagi??"
Mau tak mau Bella tertawa renyah, Jack selalu saja berhasil menggodanya.
"Baiklah akan aku bawakan kotak wasiat mu,"
"Ide bagus," sambut Bella, "kebetulan aku ingin memaki dan mengumpat seseorang."