Seseorang itu akan terasa berhaga, manakala dia sudah tak lagi ada.
Jika itu terjadi, hanya sesal yang kau punya.
Karena roda kehidupan akan terus berputar kedepan.
Masa lalu bagai mimpi yang tak bisa terulang.
Menggilas seluruh kenangan, menjadi rindu yang tak berkesudahan.
Jika ketulusan dan keluasan perasaanku tak cukup untuk mengubah perasaanmu, maka biarlah ku mengalah demi mewujudkan kebahagiaanmu bersamanya, kebahagiaan yang telah lama kau impikan. -Stella Marisa William-
Sungguh terlambat bagiku, menyadari betapa berharganya kehadiran mu, mengisi setiap kekosongan perasaanku, mengubah setiap sedihku menjadi tawa bahagia, maaf kan aku yang bodoh, maafkan aku yang telah menyia nyiakan perasaan tulusmu -Alexander Geraldy-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
Stella terbangun dini hari ketika suara tangis putra bungsunya menggema, dengan mata masih berat dan terasa pedih, Stella bangkit dan memindahkan Kevin ke box bayinya, kemudian menghampiri box bayi milik Andre, ditimangnya bayi tampannya tersebut, kemudian dia kembali memberikan Asinya untuk Andre putra bungsunya.
Yah, Stella dan Alex memiliki sepasang anak kembar laki laki, dengan demikian tugas Alex memberikan penerus keluarga sudah terlaksana.
...****************...
Jam tujuh Stella kembali terbangun, suara Alex terdengar dengan jelas di ruang tengah.
Setelah membersihkan diri, dilihatnya Andre tengah berdiri di ujung tempat tidurnya. begitu melihat kedatangan sang mommy, bayi kecil itu berceloteh bahagia.
"Bagaimana kalau kita mandi dulu?" ujarnya ketika Membawa Andre kepelukannya.
Andre seolah faham maksud dari kata kata mandi, dia pun berceloteh bahagia.
Stella mengisi bathtub dengan air hangat, sambil menunggu air cukup untuk berendam, satu persatu di lepasnya pakaian Andre, kemudian dibawanya bayi mungil itu ke dalam bathtub.
Andre sangat menikmati ketika sedang berendam di bathtub, perlu usaha ekstra keras jika ingin membawa bayi itu menghentikan aktivitas mandi nya.
Sesuai dugaan, Andre menangis keras ketika Stella membawanya keluar dari kamar mandi, bayi kecil itu bahkan tampak merajuk ketika Stella memakaikan minyak telon dan baju.
Akhirnya setelah beberapa saat berjuang dengan kerewelan yang nyaris terjadi setiap hari, Stella membawa Andre keluar kamar, disana Alex tengah menemani Kevin bermain.
Alex begitu menyayangi kedua putranya, setiap akhir pekan selalu dia habiskan untuk menemani kedua putra mahkotanya tersebut untuk bermain, bahkan Andre yang selalu rewel ketika mandi bersama mommy, justru sebaliknya jika dia mandi bersama Alex.
Stella membawa Andre bergabung bersama Alex dan Kevin.
Alex mendaratkan kecupan di pipi Stella, begitu istrinya ikut duduk di sampingnya.
Ibu dua anak itu tersipu malu mendapat perlakuan manis dari sang suami.
"Kenapa tak membangunkanku?" Tanya Stella.
"Justru Kevin yang membuatku tebangun dengan suara tangisnya,"
"Benarkah, rupanya aku tak mendengar apa apa," ujar Stella.
"Kulihat kamu sedang menyusui Andre, jadi aku tak tega membangunkanmu," Alex mengelus punggung tangan istrinya, tak bisa di pungkiri, sejak dahulu hingga sekarang, sikap pria itu selalu manis terhadap Stella, hal itulah yang membuat Stella begitu mencintai suaminya, bahkan dengan mudah, Stella melupakan perasaannya pada mantan kekasihnya dahulu.
"Mau sarapan? aku akan siapkan buah,"
"Iya, aku mau juice saja,"
"Baik lah, tunggu sebentar,"
Stella pun beranjak menuju dapur, "Apa nyonya mau sarapan sekarang?" Tanya bi Nela ART yang sejak setahun lalu membatunya.
"Tidak bi, nanti saja, bibi sarapanlah dulu,"
"Baik nyonya,"
Stella mulai memilih beberapa buah dari kulkas, kemudian mencucinya dengan air mengalir.
Karena Alex tidak suka juice yang di campur gula, jadi Stella menghancurkan buah tersebut menggunakan slow juicer, agar cairan buah yang dihasilkan benar benar maksimal dengan rasa asli buah tanpa pemanis tambahan.
Alex tersenyum melihat isi gelasnya, kali ini Stella memberinya juice dengan tiga warna berbeda dalam satu gelas, entah bagaimana caranya Stella membuat juice tersebut menjadi 3 lapisan warna berbeda.
"Thank you mya dear," Ucap Alex ketika menerima juice nya.
"Kenapa belum bersiap kerja?" Tanya Stella.
"Hari ini aku sengaja tidak ke kantor, ingin libur, hanya nanti sore ada janji dengan Klien,"
Stella mengangguk.
Dan Alex pun menepati janjinya, sepanjang Hari dia menghabiskan waktu liburnya bermain bersama kedua putra mahkotanya, bahkan Alex dengan sabar membuat kedua anaknya tertidur pulas dalam pelukannya.
Usai mandi sore, pria itu pun bersiap, kemeja non formal dan jeans menjadi pilihannya, "Kenapa pakai baju non formal?"
"Karena ini sudah diluar jam kantor, rasanya lebih nyaman pakai baju seperti ini," Alex beralasan.
Ting
Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel pria itu, sekilas Stella membaca nama pengirimnya, Anindita...
Deg ...
Tiba tiba perasaan tak enak menyeruak, mendadak ia merasa gelisah, dan rasa curiga tumbuh di hatinya.
Bahkan ketika Alex berpamitan, kemudian mencium keningnya, ia merasa tak rela lelaki itu keluar dari rumah, namun tak berani berucap.
Selama dua tahun usia pernikahan mereka, Stella merasa nyaman membagi kisah nya pada Alex, namun sebaliknya Alex sangat tertutup, jarang sekali bercerita tentang dirinya, apa yang dia rasakan atau apa yang dia inginkan.
Hampir tengah malam, ketika Alex kembali kerumah, dengan wajah kusut, dan penampilan yang sudah acak acakan, tak tercium bau alkohol seperti hari sebelumnya, namun Stella bisa menebak bahwa pria itu sedang dalam masalah berat.
Alex meletakkan ponsel, jam tangan dan kunci mobil nya begitu saja di walk in closet, kemudian merangkak naik ke tempat tidur tanpa mengganti pakaiannya.
Sikap Alex membuat Stella semakin gelisah, firasatnya kali ini mengatakan Alex sedang tak baik baik saja.
Stella yang hanya pura pura tidur, menunggu beberapa saat sampai suara nafas Alex naik turun teratur.
Setelah dirasa aman, Stella pun bangkit menuju walk in closet, entah sedang beruntung atau kebetulan, ponsel suaminya masih dalam kondisi terbuka.
Dengan perasaan berdebar, Stella membuka aplikasi pesan di ponsel Alex, tepat sekali dugaannya, nama Anindita ada di baris pertama chat, Kedua telapak tangan Stella bergetar hebat, namun dia memberanikan diri membuka pesan tersebut.
Aku sudah sudah tiba -Anindita-
Tunggu sayang, 20 menit lagi aku tiba -Alex-
Kini bukan hanya tangan Stella yang bergetar hebat, namun seluruh tubuhnya pun mendadak lunglai terduduk di lantai, air matanya mulai berlomba turun dari kelopak matanya, sakit sungguh hatinya sakit bagai di tusuk dengan ribuan jarum, cinta yang selama ini ia siram ternyata tak mendapat balasan.
Selama dua tahun usia pernikahan, tak sekalipun Stella maupun Alex saling mengucap kata cinta, rasa cinta yang Stella miliki pun, hanya ia simpan untuk dirinya sendiri, karena Stella berpikir Alex memiliki perasaan yang sama, mengingat bagaimana selama ini pria itu selalu bersikap manis terhadapnya.
Stella masih terduduk di sudut Walk in closet.
Dengan tekad dan keberanian besar, Stella kembali melanjutkan membaca chat suaminya dengan wanita bernama Anindita tersebut, semakin di baca hati Stella semakin hancur, setiap kata sayang dan cinta yang dia baca, membuat pecahan hatinya terasa berubah menjadi serpihan hingga berakhir menjadi debu.
Melihat riwayat Chat sepasang kekasih tersebut, barulah Stella menyadari bahwa keduanya sudah berhubungan jauh sebelum Alex menikahi Stella.
Rupanya gadis itulah yang selama ini dicintai suaminya, gadis itu pula yang menjadi alasan Alex sering melompat keluar pagar asrama.
Sakit hati, marah, sedih, kecewa, itulah yang kini Stella rasakan, ternyata mencintai dengan setulus hati sungguh menyakitkan baginya, tak pernah terbayangkan olehnya, bahwa sikap manis Alex selama ini, hanya untuk menutupi hubungan gelapnya dengan sang kekasih.
Stella melangkahkan kakinya ke kamar mandi, kemudian menyalakan shower dan membiarkan seluruh tubuhnya basah oleh air dingin, Stella menangis tanpa suara, menumpahkan segala rasa sedih dan kecewanya, hingga entah berapa lama dia membiarkan tubuhnya dihajar dinginnya air, kini ia mulai menggigil, namun tak dihiraukannya, rasanya ini tak seberapa dibandingkan rasa sakit yang tengah ia derita.