NovelToon NovelToon
Retaknya Sebuah Kaca

Retaknya Sebuah Kaca

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:1M
Nilai: 4.6
Nama Author: Arrafa Aris

Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.

Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.

Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.

"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. RSK

Bukannya beristirahat atau menikmati liburnya, Close justru memilih ke kantor. Bayangan kebersamaan Azzura dan Yoga beberapa jam yang lalu membuatnya naik pitam juga jengkel.

"Pak, ini proposal dari klien kita tadi," kata Yoga seraya meletakkan proposal tersebut di atas meja .

"Hmm." Close meraih file itu lalu memeriksanya.

"Maaf Pak, jika saya lancang. Seharusnya Bapak beristirahat saja, apalagi Bapak baru saja menikah,” saran Yoga.

Close hanya bergeming tak menanggapi. Sedetik kemudian, ia memberi isyarat supaya Yoga meninggalkan ruangannya.

Yoga menunduk takjim. Namun, alisnya saling bertaut lalu bergumam dalam hati. 'Kok, dia nggak memakai cincin pernikahannya?'

.

.

.

Beberapa jam berlalu di kediaman Close ...

Azzura meringis ketika terbangun dari tidur. Memegang lengannya yang terasa nyeri akibat cengkeraman Close.

Ia melepas jilbab juga bajunya lalu melihat lengannya yang memar. Belum hilang sakit di kepala akibat benturan, kini ia kembali merasakan nyeri di lengan.

Azzura mengenakan kembali baju serta jilbabnya. Memindai ruangan yang ia tempati. Kosong dan tak ada apapun di situ termasuk kamar mandi.

Gadis itu menghela nafas kemudian berdiri. Memutar kunci kamar lalu keluar untuk mengamati keadaan di dalam rumah.

"Syukurlah di dekat dapur ini ada toilet, jadi aku nggak terlalu khawatir jika ingin mandi dan berwudhu."

Karena belum sempat bertanya password pintu rumah, ia memilih berbelanja online dan langsung membayar lewat M-banking.

Sambil menunggu, Azzura memilih melaksanakan shalat zhuhur meski sudah terlambat.

Beberapa jam kemudian ....

Pesanannya pun di antar langsung ke rumah itu. Setelah menerima barang belanjaannya, tak lupa ia berterima kasih pada kurir sekaligus memberikan sedikit tips.

Setelah hampir satu jam menata barang-barang di kamarnya, Azzura menghela nafas lega sekaligus beristirahat sejenak.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga," gumamnya lalu menyalakan kipas angin.

Tiga puluh menit berlalu ...

Setelah membersihkan kan diri, Azzura kini sudah bersiap-siap untuk ke rumah sakit. Setelah mengunci pintu kamarnya, ia pun segera menuju pintu utama.

Hanya dengan membayangkan wajah sang ibu, Azzura sudah merasa bahagia bahkan melupakan kesedihannya.

Sebelum benar-benar tiba di rumah sakit, ia singgah sebentar di salah satu restoran untuk membeli makanan. Setelah itu, ia kembali melanjutkan perjalanan hingga tiba di tempat tujuan.

Sambil membawa paper bag berisi box makanan, ia melangkah dengan penuh semangat menghampiri pintu kamar rawat ibunya.

"Ibu, Suster,” sapa Azzura dengan seulas senyum.

"Nona Azzura," sahut suster.

"Zu saja, jangan panggil Nona," kata Azzura.

"Baiklah," jawab suster Tiara.

"Oh ya, aku membawa makanan. Kita makan bareng ya," cetus Azzura lalu mengeluarkan box makanan itu dari dalam paper bag.

Bu Isma hanya tersenyum melihat tingkah putri semata wayangnya itu sambil tersenyum.

"Terima kasih ya, Zu," ucap suster Tiara.

"Sama-sama, Sus, maaf hanya nasi kotak," kata Zu.

"Nggak apa-apa Zu, bagiku ini sudah lebih dari cukup," sahut suster Tiara.

Ketiganya pun melanjutkan makan mereka di selingi obrolan kecil. Setelah selesai menyantap makanan itu, suster Tiara pun berpamitan dan akan digantikan dengan suster Naima.

"Zu, Ibu, aku pamit pulang, ya. Sebentar lagi ada suster Naima yang akan menggantikan," izin suster Tiara.

"Iya, sebelumnya makasih, ya dan ati-hati di jalan," pesan Azzura dan dijawab dengan anggukan oleh suster Tiara.

Sepeninggal suster Tiara, Azzura duduk di kursi samping bed pasien.

"Ibu, maaf, waktuku akan terbagi karena harus mengurus suamiku juga pekerjaanku. Tapi, aku janji setiap malam minggu akan menginap di sini."

"Nggak apa-apa, Nak. Ibu mengerti. Sesekali ajaklah suamimu ke sini," pinta bu Isma.

Azzura hanya mengangguk namum merasa miris.

"Zu, sebentar lagi magrib, pulanglah Nak."

"Nanti saja Bu. Aku masih ingin di sini," tolak Azzura seraya menyandarkan kepala di sisi ranjang.

*******

"Bu, aku pulang," bisik Azzura lalu mencium punggung tangan bu Isma kemudian meninggalkan kamar itu.

Saat melangkahkan kaki, Azzura merenung sambil menghela nafas. Membayangkan rumah Close saja ia langsung bergidik.

"Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku jika pulang jam segini," gumam Azzura lalu menatap jam dilayar ponselnya. "Ini bahkan sudah jam 22.30."

Brukk ...

Azzura menubruk seseorang sekaligus membuat langkahnya terhenti lalu mendongak.

"Ah, Pak dokter, maaf, aku nggak sengaja," ucapnya lirih sembari mengatupkan kedua tangan sebagai permintaan maaf.

"Nggak apa-apa," balas Pak dokter dengan seulas senyum. "Makanya kalau jalan fokus jangan melamun."

Azzura mengangguk pelan kemudian melanjutkan langkahnya.

********

Setibanya di rumah, dengan susah payah Azzura menelan ludah. Jantungnya berdegup kencang karena Close pulang lebih dulu.

Sebelum mengetuk pintu, Azzura menghirup udara sebanyak yang ia bisa demi memenuhi pasokan oksigen ke dalam paru-parunya.

Azzura mengernyit karena beberapa kali ia mengetuk pintu, benda itu tak kunjung dibuka.

Jelas saja pintu rumah tak kunjung dibuka. Karena sang suami sedang asik bercinta dengan kekasihnya.

Suara desa*han, lenguhan serta erangan terdengar saling bersahutan memenuhi kamar Close.

"Arrgghh, Sayang, kamu selalu membuatku merasa puas," bisik Close tepat di telinga Laura.

Tak lama berselang, keduanya saling berpandangan takala mendengar suara ketukan pintu.

"Sayang, itu pasti si gadis barista." Close menyeringai.

"Biar aku saja yang membuka pintu," cetus Laura dengan senyum penuh arti. "Biar dia tahu posisinya ada di mana?" Laura kemudian melilitkan handuk ke tubuh polosnya.

Sedangkan Azzura yang masih berada di depan pintu, masih bersabar menunggu. Begitu pintu terbuka, Azzura sangat terkejut karena yang membuka pintu adalah Laura.

Rambutnya acak-acakan, tanda jejak merah yang menghiasi leher serta dada gadis itu, sudah cukup membuktikan jika ia baru saja berhubungan intim.

Azzura tersenyum sinis sekaligus merasa jijik menatap Laura. Saat akan melangkah, gadis blasteran itu sengaja menghalangi langkah sang barista sehingga membuatnya tersandung lalu terjatuh.

"Apa masalahmu padaku, hah!!" bentak Azzura dengan perasaan geram.

"Azzura!!!" Suara bentakkan Close dari lantai dua terdengar seketika menggelegar di rumah itu. Ia segera menuruni tangga lalu menghampiri sang istri.

"Berani-beraninya kamu membentak Laura, hah!!" bentak Close lagi lalu menampar Azzura kemudian menarik rambutnya yang tertutup hijab.

Azzura meringis sambil menahan hijabnya yang tertarik.

"Sayang, dia juga sengaja menabrak kakiku," ucap Laura sekaligus memprovokasi Close.

"Bohong!! Justru kamu yang sengaja menghalangi jalanku!" Azzura merasa geram.

"Sudah tahu salah masih menyangkal!! Dasar perempuan nggak tahu diri!!!" Close mendorong Azzura dengan keras hingga kepalanya membentur tembok.

"Aakhh!!" Azzura merintih sekaligus merasakan kepalanya pusing. Tanpa banyak bicara, ia melangkah pelan sambil berpegangan pada tembok menuju kamar.

Sedangkan Close dan Laura hanya menatapnya dengan senyum sinis. Laura merasa puas melihat Azzura disakiti oleh suaminya sendiri di depan matanya.

"Sayang, ayo kita lanjut tidur saja," ajak Close seraya merangkul Laura menuju kamar.

Sedangkan Azzura yang kini berada di dalam kamarnya, hanya bisa meringis sambil menangis hingga tertidur.

...🌿----------------🌿...

Jangan lupa like, vote dan komen. Bantu like dan vote setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘😘

1
Tuti irfan
Luar biasa
Thewie
laki2 anjing gayanya menyesal,khilaf..keparat kau close. tutup ajalah kau kayak namamu
Juniati Juniati
😭😭😭😭
Thewie
kok ada bawang merahnya Thor 😭😭😭😭
ay Susie
piye tow kiiiihhhhh
Surati
bagus
Epifania R
biarkan saja dia sekalian masuk RSJ
Epifania R
semoga azzura bahagia
Epifania R
jangan mau zu
Epifania R
rasaakan
Epifania R
lanjut
Epifania R
siapa yang datang
Epifania R
makin penasaran
Epifania R
massa mau saingan sama anak sendiri
Epifania R
mau kemana zurra
Epifania R
😭😭😭😭😭
Epifania R
😭😭😭
Epifania R
maaf tiada guna
Epifania R
😭😭
Epifania R
taunya cuman menebak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!