Anyelir Almera Galenka, tapi sudah sejak setahun yang lalu dia meninggalkan nama belakangnya. Wanita bertubuh tinggi dengan pinggang ramping yang kini tengah hamil 5 bulan itu rela menutupi identitasnya demi menikah dengan pria pujaan hatinya.
Gilang Pradipa seorang pria dari kalangan biasa, kakak tingkatnya waktu kuliah di kampus yang sama.
"Gilang, kapan kamu menikahi sahabatku. Katanya dia juga sedang hamil." Ucapan Kakaknya membuat Gilang melotot.
"Hussttt... Jangan bicara di sini."
"Kenapa kamu takut istrimu tahu? Bukankah itu akan lebih bagus, kalian tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi untuk menutupi hubungan kalian. Aku tidak mau ya, kamu hanya mempermainkan perasaan Zemira Adele. Kamu tahu, dia adalah perempuan terhormat yang punya keluarga terpandang. Jangan sampai orang tahu jika dia hamil di luar nikah."
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mendengar semua pembicaraan itu.
"Baiklah, aku akan ikuti permainan kalian. Kita lihat siapa pemenangnya."
UPDATE SETIAP HARI.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengatur Ulang Rencana
Anye yang saat ini berdiri di depan aula perusahaan terlihat berbeda dengan Anye sebelum-sebelumnya. Aura tegas dari wanita berkelas nan anggun membuat semua pasang mata menatap takjub juga segan.
"Saya sengaja mengumpulkan kalian semua, karena setelah hari ini akan ada perubahan besar untuk kalian. Perusahaan ini, akan saya tutup..."
Hening
Syok
Seluruh karyawan terpaku.
Jantung mereka mulai tidak aman.
"Maaf jika saya membuat terkejut. Karena ucapan saya belum selesai. Perusahaan ini memang saya tutup, tapi kalian semua akan ikut ke perusahaan utama milik saya. Lebih tepatnya milik orang tua yang telah sepenuhnya menjadi milik saya yang sah secara hukum."
"Bukan ditutup dengan arti sebenarnya, tapi pusat operasional ada di kantor pusat. Sedangkan di sini akan menjadi anak cabang perusahaan. Saya akan memilih dari kalian semua yang mempunyai dedikasi tinggi. Untuk menjadi penanggung jawab kantor cabang, managemen semua masih sama. Semua keputusan tertinggi ada pada saya sendiri. Tidak ada perwakilan."
Hari itu dunia akan tahu, jika putri tunggal Roy Galenka masih hidup dan sudah ada di hadapan mereka sejak lama. Untuk pertama kalinya, Anye memperkenalkan diri sebagai Anyelir Almera Galenka. Perusahaan yang dulu pernah diserahkan pada Gilang, kini pundak kepemimpinan ada pada pak Lukman Sanjaya. Sedangkan Anye di perusahaan pusat.
Rapat hari ini diadakan oleh Anye secara tertutup, tidak boleh merekam dalam bentuk apa pun. Karena akan dijadikan hadiah kejutan esok hari di pernikahan Gilang.
Anye juga telah merekrut tim audit independent yang bertugas mengawasi laju keluar masuk keuangan perusahaan. Menambah tim IT yang profesional dan juga menyingkirkan perabot lama.
Terutama di ruang CEO yang pernah menjadi tempat maksiat pezina. Anye tidak menjual, melainkan memberikan meja, kursi, sofa, dan lainnya kepada karyawan yang lebih membutuhkannya.
Tidak lupa, Anye memasang banyak foto keluarganya. Maksudnya keluarga Galenka. Di setiap sudut perusahaan miliknya. Anye hanya ingin dunia tahu, siapa wanita yang dikhianati suaminya.
Sedangkan di Villa, Zemi terlentang dengan senyuman di atas ranjang dengan tubuh polos tanpa busana.
"Gilang, apa kamu bahagia menikah denganku?" Tanya Zemi pada Gilang yang sedang fokus menjelajah goa.
"Ssshhhh..." Bukan jawaban kata, tapi lidah yang bermain yang menjawab.
"Ouuuhhh... Gilangghhh... Sudaahhh... hentikannhhh... Aahhh..." Pelepasan yang entah keberapa kalinya.
"Aku mencintaimu dan bayi kita. Kira-kira dia berjenis kelamin apa ya? Aku inginnya laki-laki, supaya bisa menjadi pewarisku." Ucap Gilang meraba perut Zemi.
"Entahlah nanti setelah acara pernikahan, ayo kita cek ke Dokter. Terakhir kali aku kontrol sebulan yang lalu." Ucap Zemi sambil meremas-remas rambut ikal Gilang.
"Pernikahan mewah impianku, terima kasih Gilang karena kamu telah mewujudkannya. Papa dan Mama akan datang, katanya mereka ikut bahagia karena aku menikah dengan seorang CEO. Ingat perjanjian kita." Ucap Zemi.
"Tentu saja sayang, aku sudah menandatangi surat perpindahan kepemilikan perusahaan. Tunggu sampai Anye melahirkan, maka semua kekayaannya menjadi milik kita."
"Ayo kita keluar dari kamar, takutnya ada keluarga yang datang. Karena semua keluarga pihak Mama dari desa, sudah diberi undangan. Lalu, keluarga kamu juga datang?" Tanya Gilang memastikan semua beres.
"Semua keluarga besar Mama dan Papa, beserta para kolega bisnis. Semua sudah aku undang, makanya aku minta Villa yang luas."
Malam semakin larut, tapi suasana di sebuah Villa semakin ramai. Seluruh keluarga besar sudah sampai. Ingin menyaksikan pernikahan kedua Gilang. Yang mereka tahunya, Gilang sudah bercerai dengan Anye istri pertamanya. Dan perusahaan adalah hak Gilang sebagai pembagian harta gono gini. Mereka merasa bangga atas kesuksesan dan pencapaian dari seorang Gilang.
"Wah... Mewah sekali ya, pernikahan kedua Gilang. Tidak seperti pernikahan pertamanya dulu, sangat tidak modal."
"Namanya juga anak yatim piatu, tidak punya keluarga atau memang Anye anak haram yang dibuang. Jadi, tidak jelas asal usulnya. Ditanya siapa keluarganya, tidak pernah mau bicara jujur. Selalu berkilah."
"Benar itu, sekarang Gilang beruntung."
"Sudah jadi CEO dan calon istrinya ini putri tunggal pengusaha. Sudah pasti kehidupan mereka akan bahagia, karena memiliki banyak kekayaan."
"Sudah yuk kita istirahat, aku rasa semua makanan baru akan datang besok pagi. Karena makanan itu dipesan dari katering hotel."
Omongan para keluarga Gilang tanpa tahu jika besok terjadi badai.
Sementara itu di sebuah rumah besar, Anye sedang mengadakan pertemuan bersama Arrayan, Ratna juga Vano. Mereka tengah mempersiapkan banyak kejutan, untuk kado pernikahan mantan suaminya.
"Vano, apa orang-orangmu sudah berada di Villa?" Tanya Anye.
"Sudah, mereka semua sudah standby. Aku juga sudah mengirimkan banyak foto serta video." Jawab Vano.
"Suruh mereka mengedit menjadi satu tampilan layar seperti sebuah film. Aku ingin layat proyektor pernikahan mempertontonkan tayangan yang pastinya epik. Saking epiknya, akan membuat semua tamu undangan takjub dan terpesona."
"Jangan lupa bukti surat cerai milikku serta kepemilikan rumah dan perusahaan. Aku ingin mereka semua sadar siapa yang jadi benalu."
"Setelah urusanku selesai, baru masalah mas Ray kita angkat juga. Jadi tidak ada jeda waktu untuk mereka mengambil nafas panjang. Supaya seluruh keluarga Mama Ambar tahu, jika kedua anak kebanggaannya merupakan manusia-manusia kurang akhlak. Tapi jangan sentuh Gavin, kalau bisa mas Ray bawa dia pergi bersama kita." Ucap Anye.
"Kenapa dengan Gavin? Bukankah itu anak bungsu mantan ibu mertuamu?" Tanya Ratna tidak mengerti pikiran sahabatnya yang kadang terlalu baik.
"Aku merasa Gavin menyembunyikan sesuatu, tatapan matanya terakhir kali melihatku seolah menyiratkan sesuatu. Dia terlihat ingin bercerita tapi terlalu takut untuk membuka suara." Ucap Anye.
"Baik Honey, nanti kita tanyakan."
"Oh ya tentang apartemen itu, aku ingin Zemi tahu jika apartemennya masih belum aku jual. Tapi aku tidak ingin memberikannya pada mereka, aku justru ingin membuktikan jika apartemen itu dibeli oleh Gilang untuk Zemi menggunakan uang curian." Ucap Anye lagi.
"Jangan lupa kehamilan Gina harus dibuka di depan keluarganya juga."
Ucap Ratna menambahkan list rencana.
"Apa kamu mas Ray tahu siapa ayah bayi yang dikandung Gina?" Tanya Ratna semakin penasaran.
"Namanya Jeremy, pria itu tidak mau bertanggung jawab lantaran sakit hati karena dulu ditinggal Gina yang terobsesi menjadi istriku." Jawab Arrayan membuat Anye mencebikkan bibirnya.
"Kenapa, jangan bilang kamu cemburu?"
"Cemburu? Tidak aku tidak cemburu." Anye menjawab pertanyaan dari sahabatnya.
"Cemburu juga tidak apa Honey, itu artinya kamu sudah mencintaiku." Ucap santai Arrayan tersenyum menggoda.
"Sudahlah... Sekarang sudah malam, aku mau tidur dulu, karena jam 4 kita harus sudah berangkat." Ucap Anye mengalihkan pembicaraan, karena lagi-lagi jantungnya berdetak kencang.