Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.
Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.
Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.
Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?
*
Ig: aca0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di tempat acara, Erlan turun lebih dulu lalu membukakan pintu mobil untuk Siena.
Cih! Pencitraan! Siena memutar bola matanya kesal, kenapa pula Erlan harus bersikap seperti suami idaman dan sepertinya dia berhasil menanam image seperti itu pada semua orang, terbukti dengan pekikan histeris sekelompok perempuan yang melihat kearah mereka.
Erlan juga mengulurkan tangan, dan lagi-lagi Siena dengan amat terpaksa menyambut uluran tangan itu. Keduanya berjalan masuk ke dalam dengan bergandengan tangan, seperti pasangan serasi yang baru saja mendapatkan penghargaan tahunan.
Wartawan dari berbagai media mengarahkan kamera pada mereka berdua, mengambil gambar yang nantinya akan mereka beri judul berita dengan judul aneh yang terkadang membuat Siena bergidik ngeri membacanya.
Siena mengedarkan netra nya ke sekeliling ruangan, sudah banyak tamu yang hadir dari berbagai kalangan pebisnis. Mata Siena terpaku pada satu objek pada meja di dekat panggung, Bella ada disana.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Erlan melirik sekilas wajah istrinya yang berubah pucat, pun genggaman pada tangannya yang terasa kuat.
"Eh!" Siena tersentak, memaksa bibirnya untuk tersenyum lalu menjawab, "Aku tidak apa-apa."
"Kak Sie!" Nicole datang dengan senyum lebar di wajahnya, gadis cantik itu memakai gaun biru mewah dan jangan lupakan tas keluaran terbarunya. Nicole memiliki hobi mengoleksi tas branded.
"Hai, kak Erlan." Nicole juga menyapa Erlan.
"Hai, Nico, bagaimana sekolahmu?" Tanya Erlan, ketiganya duduk di salah satu meja yang masih kosong.
"Seperti biasa, Minggu depan aku akan mengikuti olimpiade matematika." Cerita Nicole bangga. Siena sekarang sudah tahu kalau Nicole sangat menyukai matematika, lebih dari dia menyukai tas branded.
Jika ada seseorang yang membuat Siena takjub, maka orang itu adalah Nicole. Semua pada diri gadis itu menarik dan tidak bisa di pungkiri Siena mulai menyayangi Nicole, layaknya kasih sayang seorang kakak pada adiknya.
" Wah, seperti dugaanku kau memang mengagumkan. Jika berhasil meraih peringkat pertama, aku akan membelikan kau tas keluaran terbaru." Erlan sedikit mencondongkan kepalanya kearah Nicole, berbisik, " Tas edisi khusus Harrs group."
Siena yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas, Erlan bisa mengobrol santai dengan Nicole tetapi pria itu berubah jadi makhluk paling menyebalkan jika bersama Siena. Mana pernah Erlan mengobrol dengan ekspresif bersamanya, Erlan selalu memasang wajah datar dan berbicara dengan nada dingin
Saat mengobrol dengan Nicole, Erlan memang masih memasang wajah datar tetapi nada bicara yang jauh lebih hangat.
"Benarkah? Kalau begitu aku pasti akan mendapatkannya." Ucap Nicole penuh tekad, matanya berbinar mendengar kata edisi khusus.
Siena membiarkan adik dan suaminya mengobrol tanpa ada niatan untuk nimbrung. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri, netra nya tidak bisa berhenti memperhatikan Bella yang terlihat sangat bahagia, bersama teman-temannya. Juga ada Bara dan Nadine, sesekali mereka tertawa.
Dendam dalam diri Siena kembali datang, ia sudah pernah mencoba untuk menguburnya namun melihat Bella dan Bara hari ini, ia tahu bahwa ia memang tidak bisa berdamai dengan mereka. Tangan Siena tanpa sadar menggenggam erat gelas minuman,
"Kak,"
"Kak Sie!"
" Ada apa, Nico?" Siena buru-buru menetralkan ekspresi wajahnya. Ia menghembuskan nafas pelan, berharap dapat mengurangi api amarah yang hampir membakar dadanya.
"Kakak kenal mereka?" Tanya Nicole menunjuk kearah meja bara dengan dagu.
"Ah, enggak. Mereka terlihat bahagia," balas Siena tidak lagi melihat Bella, ia beralih menatap Nicole lalu baru sadar kalau sekarang Erlan sudah tidak ada. Kemana dia?
" Kak Erlan bergabung bersama paman Aston dan papa," ujar Nicole.
" Aku tidak mencarinya,"
"Yakin?" Nicole menarik turunkan alisnya, menggoda sang kakak.
" Iyaa..." Sahut Siena malas.
Nicole tiba-tiba mendekat, mendekatkan mulutnya ke telinga Siena, "perempuan yang tadi kakak perhatikan adalah anak dari dokter Leonardo, dokter terbaik di salah satu rumah sakit milik kak Erlan,"
Jantung Siena berpacu cepat, Leonardo adalah nama ayahnya di kehidupan pertama dan memang berprofesi sebagai dokter.
" Beberapa waktu lalu anak keduanya meninggal bunuh diri di sekolah kak." Nicole melanjutkan ceritanya. Siena hanya tersenyum tipis, jelas yang dimaksud Nicole adalah dirinya, Senandung rembulan yang malang.
"Sudahlah, tidak baik menggosip disini. Sebentar lagi acara peresmian nya akan dimulai." ujar Siena mengalihkan pembicaraan.
" Kak Sie, tidak seru, ah!" Dengus Nicole namun tetap menurut, gadis itu tidak lagi mengeluarkan suara, ia fokus menatap panggung dimana sudah ada MC yang berdiri disana.
"Boleh duduk disini?" Tanya Nando yang tiba-tiba saja sudah duduk di depan Siena yang membuatnya langsung melotot.
Kenapa dia bisa ada disini sih? Akhir-akhir ini kenapa aku sering bertemu dia? Tanya Siena heran dalam hatinya.
"LO!" Nicole berteriak seraya menunjuk Nando, jangan lupakan wajahnya yang memerah dan gigi bergemeletukan.
Teriakan itu tentu saja menarik perhatian semua orang, termasuk Erlan dan juga keluarga Siena.
" Sstt...jangan teriak-teriak!" Bisik Siena sambil mencubit pelan pinggang Nicole.
" Hai, Nicole," sapa Nando tersenyum miring.
Nado juga kenal Nicole? Siena menatap Kedua secara bergantian, adiknya kelihatan sangat marah.
" Ayo kita pulang kak," Nicole berdiri seraya menarik tangan Siena.
" Tapi kan acaranya belum dimulai," kata Siena tidak enak jika meninggalkan acara begitu saja.
"Kak Sie! Kenapa kakak sesantai ini ketemu dia?" Nicole menatap kakaknya tidak percaya.
Alis Siena bertaut bingung, jika tidak seperti sekarang lantas seperti apa harusnya Siena saat bertemu Nando? Kenapa semua orang panik jika ia bertemu Nando, padahal dari yang Siena lihat, pria itu tampan dan ramah. Nando juga sepertinya pria baik-baik.
" Ada apa ribut-ribut disini?" Tanya Erlan, tadinya ia sedang membicarakan beberapa hal dengan Aston namun melihat Nando mendekati Siena membuat Erlan tidak senang. Erlan langsung menghampiri istri dan adik iparnya.
"Kak Erlan, ayo kita pulang! Kita harus pulang!" Desak Nicole.
"Kenapa pulang?" Tanya Erlan bingung, tak lupa ia memberikan tatapan tajam penuh peringatan kepada Nando.
Nando hanya tersenyum tipis dan tidak terganggu sama sekali.
"Erlan,"
Siena mendengus jengkel, sepertinya pemeran drama hari ini akan bertambah. Cindy baru saja datang dengan dress seksinya, wanita itu langsung berdiri di samping Erlan.
Siena menatap mereka malas, ia tidak cemburu, hanya malas saja jika harus kembali terlibat masalah dengan Cindy.
Kebetulan untuk kesekian kalinya, Siena, Cindy dan Nando, ada apa diantara mereka?
...***...
Yang udah baca cerita ini wajib Like, komen dan vote. Sebagai pembaca yang baik memberikan like dapat menambah semangat Author. Jadi, ayo Like, komen dan vote agar Author semangat nulis.
Oh, iya...meskipun terlambat selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan yaa...
bye-bye 👋👋