NovelToon NovelToon
Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Bepergian untuk menjadi kaya / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:836
Nilai: 5
Nama Author: Savana Liora

​Satu surat pemecatan. Satu undangan pernikahan mantan. Dan satu warung makan yang hampir mati.

​Hidup Maya di Jakarta hancur dalam semalam. Jabatan manajer yang ia kejar mati-matian hilang begitu saja, tepat saat ia memergoki tunangannya berselingkuh dengan teman lama sekaligus rekan sekantornya. Tidak ada pilihan lain selain pulang ke kampung halaman—sebuah langkah yang dianggap "kekalahan total" oleh orang-orang di kampungnya.

​Di kampung, ia tidak disambut pelukan hangat, melainkan tumpukan utang dan warung makan ibunya yang sepi pelanggan. Maya diremehkan, dianggap sebagai "produk gagal" yang hanya bisa menghabiskan nasi.

​Namun, Maya tidak pulang untuk menyerah.

​Berbekal pisau dapur dan insting bisnisnya, Maya memutuskan untuk mengubah warung kumuh itu menjadi katering kelas atas.

​​Hingga suatu hari, sebuah pesanan besar datang. Pesanan katering untuk acara pernikahan paling megah di kota itu. Pernikahan mantan tunangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Liora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

​Bab 10: Kontrak Kerja Sama yang Menggiurkan

​​"Bapak nggak lepas tangannya?"

​Suara Maya lirih, hampir teredam oleh deru mesin mobil Adit yang menjauh. Arlan tersentak. Dia baru sadar jemarinya masih melingkar kokoh di bahu Maya, seolah sedang melindungi barang pecah belah yang paling berharga di dunia.

​Arlan berdehem, menarik tangannya dengan canggung. "Maaf. Saya hanya tidak suka melihat laki-laki itu merasa menang setelah menghina mitra saya."

​"Terima kasih," Maya menunduk, mencoba menyembunyikan rona merah di pipinya. Dia merapikan kemejanya yang sedikit kusut. "Tapi kenapa balik lagi? Ada yang ketinggalan?"

​"Ini," Arlan mengeluarkan sebuah map kulit berwarna cokelat tua dari balik jasnya. "Draf kontrak kerja sama jangka panjang. Dirgantara Utama Group butuh penyedia makan siang tetap untuk tiga kantor cabang di wilayah ini. Saya rasa, kateringmu paling cocok."

​Mata Maya membelalak. Dua puluh juta tadi saja sudah terasa seperti mimpi, apalagi kontrak jangka panjang. Tapi belum sempat dia bersorak, Arlan sudah mengangkat telunjuknya.

​"Ada syaratnya, Maya. Saya tidak memberikan kontrak ini cuma-cuma."

​"Apa syaratnya? Bayar komisi?" tanya Maya waspada.

​Arlan menggeleng tipis. "Bulan depan ada Festival Bumi Lestari. Kompetisi kuliner tahunan tingkat kabupaten. Kamu harus ikut, dan kamu harus menang juara satu. Saya butuh bukti legal bahwa makanan yang masuk ke perut karyawan saya adalah kualitas terbaik di provinsi ini. Kalau menang, kontrak ini langsung sah. Kalau kalah... kita lupakan saja rencana ini."

​"Juara satu? Itu kompetisi bergengsi, Arlan. Banyak restoran besar yang ikut," Maya menelan ludah.

​"Saya tahu. Makanya saya pilih kamu," Arlan menatapnya dalam. "Dan satu lagi..."

​Arlan tiba-tiba mengeluarkan saputangan sutranya lagi. Tanpa aba-aba, dia membungkuk sedikit dan mengusap setitik noda putih sisa air cucian beras yang menempel di ujung kemeja Maya. Jarak mereka begitu dekat sampai Maya bisa mencium aroma parfum kayu cendana yang mahal dari tubuh Arlan.

​Maya terpaku, nafasnya tertahan. "Arlan, aku bisa sendiri..."

​"Sudah bersih," potong Arlan pendek, lalu kembali berdiri tegak. "Pikirkan tawarannya. Besok saya kirim asisten saya untuk jemput jawabanmu."

​Tanpa menunggu balasan, Arlan masuk ke mobilnya dan melesat pergi. Maya berdiri di teras dengan jantung yang masih berdisko. Dia menatap map di tangannya, lalu beralih ke noda di bajunya yang sudah bersih.

​"Gila... laki-laki itu beneran gila," gumam Maya.

​Dia baru saja hendak masuk ke rumah ketika ponselnya bergetar di saku. Nomor asing. Maya menggeser tombol hijau.

​"Halo?"

​"Gimana, May? Enak rasanya dirangkul CEO?"

​Suara tawa melengking itu membuat bulu kuduk Maya merinding. Siska.

​Maya mempererat cengkeramannya pada ponsel. "Siska? Kamu tahu dari mana nomor aku?"

​"Aduh Maya, jangan katro deh. Apa sih yang nggak aku tahu? Termasuk soal kontrak katering yang baru saja ditawarin Arlan ke kamu," Siska tertawa meremehkan.

​"Kamu mata-matai Arlan?"

​"Nggak perlu capek-capek. Salah satu manajer di Dirgantara Utama itu temen deketku. Berita kamu bawa gerobak sayur ke kantor itu sudah jadi bahan ketawaan di grup kolega kami, tahu nggak?" Siska menjeda kalimatnya, suaranya berubah menjadi bisikan yang tajam. "Denger ya, May. Jangan mimpi bisa menang di Festival Bumi Lestari. Kamu nggak tahu ya kalau perusahaan keluargaku, Pratama Food, adalah sponsor utama festival itu?"

​Maya tertegun. Darahnya mendidih. "Jadi itu alasan kamu kirim undangan cuci piring? Biar aku nggak ikut lomba?"

​"Itu cuma saran ramah. Tapi karena kamu keras kepala mau main di liga besar, oke... aku janjikan satu hal. Aku bakal pastikan kamu nggak akan dapat satupun supplier bahan makanan di kota ini. Kamu mau masak apa kalau nggak ada bahan? Masak batu?"

​"Kita lihat saja nanti, Siska," tantang Maya, suaranya bergetar karena emosi.

​"Oh, kita akan lihat, Sayang. Selamat bersiap-siap jadi pecundang untuk kedua kalinya. Bye!"

​Klik.

​Sambungan terputus. Maya menatap layar ponselnya yang gelap. Dia menyadari sekarang, Siska punya mata-mata di mana-mana, bahkan di dalam kantor Arlan sendiri. Jalannya menuju kesuksesan ternyata dipenuhi lubang yang sengaja digali oleh wanita ular itu.

1
Ma Em
Semangat Maya semoga masalah yg Maya alami cepat selesai dan usaha kateringnya tambah sukses .
Savana Liora: terimakasih udah mampir ya kk
total 1 replies
macha
kak semangat💪💪
Savana Liora: hi kak. makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!