NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 3

Warisan Mutiara Hitam 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:54k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 3)

Gerbang dimensi di atas Pulau Tulang Naga telah terbuka, menyingkap "Dunia Terbalik" peninggalan ahli Ranah Transformasi Dewa. Langit menjadi lautan, dan istana emas menjuntai dari angkasa.

Chen Kai, kini menyamar sebagai "Tuan Muda Ye" yang arogan. Berbekal Fragmen Mutiara Hitam, ia memiliki keunggulan mutlak di medan yang melanggar hukum fisika ini. Namun, ia tidak sendirian.

Aliansi Dagang Laut Selatan, Sekte Hiu Besi, dan seorang monster tua Ranah Jiwa Baru Lahir memburu Inti Makam demi keabadian. Di tengah serangan Penjaga Makam dan intrik mematikan, Chen Kai harus memainkan catur berdarah: mempertahankan identitas palsunya, menaklukkan "Istana Terbalik", dan mengungkap asal-usul Mutiara Hitam sebelum para dewa yang tidur terbangun.

Ini bukan lagi perburuan harta. Ini adalah perang penaklukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seleksi Darah di Hutan Batu

Angin laut membawa aroma garam dan keputusasaan ke tepi Hutan Batu.

Di lantai bawah Makam Kuno—zona penyangga yang terdiri dari pulau-pulau terapung dan pilar batu raksasa—ribuan manusia telah berkumpul. Mereka datang dari segala penjuru Kepulauan Hantu. Ada bajak laut yang kapalnya hancur, budak tambang yang melarikan diri, mantan murid sekte yang diasingkan karena berlatih ilmu sesat, hingga pembunuh bayaran yang buron.

Wajah-wajah mereka kotor, penuh luka, dan memancarkan aura ganas. Mereka adalah  "Sampah" dari dunia kultivasi. Orang-orang yang tidak diinginkan oleh siapa pun.

Namun hari ini, mereka memiliki tujuan.

Di atas sebuah pilar batu tinggi yang menghadap ke kerumunan itu, Luo Sha berdiri tegak. Zirah peraknya memantulkan cahaya suram dari matahari buatan. Di belakangnya, dua Automaton Logam Dewa berdiri diam seperti patung kematian, tombak mereka memancarkan aura yang membuat kerumunan di bawah menahan napas.

"Dengar, sampah!"

Suara Luo Sha, diperkuat oleh Qi, meledak seperti guntur di telinga ribuan orang itu. Tidak ada yang berani membalas. Aura Inti Emas Tahap Menengah yang tajam dari Luo Sha, ditambah dengan reputasi mengerikan "Raja Hitam", cukup untuk mendiamkan monster paling gila sekalipun.

"Dunia luar membuang kalian," lanjut Luo Sha dingin. "Sekte-sekte besar memburu kalian. Bagi mereka, kalian hanyalah tikus got yang menunggu untuk diinjak."

Banyak tangan mengepal di kerumunan. Gigi gemeretak. Kebenaran itu menyakitkan.

"Tapi di sini, di Sekte Mutiara Hitam, kami tidak peduli masa lalu kalian," kata Luo Sha. "Kami tidak peduli siapa yang kalian bunuh, atau siapa yang kalian khianati. Kami hanya peduli pada satu hal: Kekuatan."

Luo Sha menunjuk ke arah hutan pilar batu yang gelap dan berkabut di belakangnya. Hutan itu membentang sejauh sepuluh mil, berakhir di kaki Tangga Giok Bintang yang menuju ke Istana Terbalik di langit.

"Aturannya sederhana. Lewati Hutan Batu ini. Capai kaki tangga itu sebelum matahari buatan terbenam."

"Di dalam hutan itu, ada sisa-sisa monster penjaga makam. Ada jebakan gravitasi. Dan tentu saja..." Luo Sha menyeringai kejam di balik topengnya. "...ada kalian satu sama lain."

"Hanya seratus orang pertama yang sampai di tangga yang akan diterima. Sisanya? Mati atau pergi."

Kerumunan tersentak.

"Seratus?!" teriak seorang pria kekar dengan satu mata. "Ada tiga ribu orang di sini! Kau menyuruh kami saling bunuh?!"

"Aku tidak menyuruh kalian saling bunuh," jawab Luo Sha datar. "Aku menyuruh kalian bertahan hidup. Jika kau harus membunuh untuk bertahan hidup, maka itulah takdirmu."

Luo Sha mengangkat tangannya. Sebuah bola api merah melesat ke langit dan meledak.

"MULAI!"

ROAAARRR!

Seperti bendungan yang jebol, tiga ribu kultivator liar itu menyerbu masuk ke dalam Hutan Batu. Tidak ada strategi, tidak ada formasi. Hanya gelombang manusia yang didorong oleh keserakahan dan ketakutan.

Di Dalam Hutan Batu.

Baru lima menit seleksi dimulai, bau darah sudah menyengat hidung.

"Minggir! Ini jalanku!"

Seorang kultivator pedang menebas punggung orang di depannya tanpa ragu. Orang itu jatuh menjerit, hanya untuk diinjak-injak oleh puluhan orang di belakangnya hingga menjadi bubur daging.

Namun, ancaman sesungguhnya bukan sesama manusia.

KRAK... BOOM!

Sebuah pilar batu di samping jalur utama tiba-tiba hidup. Itu adalah Golem Batu, sisa penjaga makam yang belum dihancurkan Chen Kai. Golem itu mengayunkan tinju sebesar rumah.

SPLAT!

Lima kultivator langsung gepeng.

"Monster! Lari!"

Kepanikan melanda. Jalur utama menjadi macet. Orang-orang saling dorong ke arah mulut monster.

Di tengah kekacauan itu, ada beberapa individu yang menonjol.

Seorang pemuda kurus dengan pakaian compang-camping bergerak lincah di antara bayang-bayang pilar. Ia tidak membawa senjata, tapi jari-jarinya panjang dan hitam seperti cakar besi.

Namanya Gui, seorang yatim piatu yang dibesarkan di lubang ular.

Gui tidak berlari di jalur utama. Ia melompat dari satu pilar ke pilar lain seperti monyet. Saat seorang kultivator lain mencoba menyerangnya dengan kapak, Gui hanya memiringkan kepala, lalu menancapkan jarinya ke tenggorokan penyerang itu dengan gerakan secepat kilat.

Crut.

Gui mencabut jarinya, menjilat darah yang menempel, dan melanjutkan lari. Matanya kosong, hanya terfokus pada tangga di ujung hutan.

Di sisi lain hutan, seorang wanita dengan jubah hijau robek berjalan santai. Di sekelilingnya, kultivator lain jatuh berbusa mulut, wajah mereka ungu.

Ia adalah Mei Lin, mantan murid sekte alkimia yang diusir karena bereksperimen pada manusia.

"Bodoh sekali," gumam Mei Lin sambil melangkahi mayat yang baru saja mati terkena racun sarafnya yang tidak berbau. "Kalian berlari sampai paru-paru pecah, padahal angin di sini berhembus ke arah kalian."

Ia menyebarkan bubuk racun mengikuti arah angin, membersihkan jalurnya tanpa harus mengangkat senjata.

Di Balkon Istana Terbalik.

Chen Kai berdiri dengan tangan di belakang punggung, menatap ke bawah. Matanya yang memiliki pupil jarum jam emas (Mata Waktu) bisa melihat menembus kabut dan pepohonan batu.

Ia melihat semuanya.

Ia melihat pembantaian di jalur utama. Ia melihat kelicikan Mei Lin. Ia melihat kebuasan Gui.

"Bagaimana menurutmu, Tuan?" tanya Luo Sha yang baru saja kembali ke sisi Chen Kai.

"Kualitasnya lebih baik dari dugaan," kata Chen Kai. "Kebencian adalah pupuk yang baik untuk kekuatan."

Mata Chen Kai tertuju pada satu titik pertempuran di sektor timur hutan.

Di sana, seorang pria bertubuh raksasa—tingginya hampir dua setengah meter—sedang dikepung oleh sepuluh orang. Pria itu tidak membawa senjata. Ia bertelanjang dada, memperlihatkan kulitnya yang berwarna tembaga dan penuh bekas cambukan.

Itu adalah budak gladiator yang kabur.

"Mati kau, Raksasa!" Sepuluh orang itu menyerang serentak dengan pedang dan tombak.

Pria raksasa itu, Tie Niu, tidak menghindar. Ia membiarkan senjata-senjata itu menghantam tubuhnya.

TING! TING!

Suara logam beradu terdengar. Kulit tembaganya tidak bisa ditembus oleh senjata tingkat rendah!

"Hanya itu?" suara Tie Niu berat dan dalam.

Ia menangkap dua penyerang dengan tangan kosong, lalu membenturkan kepala mereka satu sama lain seperti memecahkan kelapa.

KRAK!

Ia kemudian mengambil mayat salah satu penyerang itu dan menggunakannya sebagai gada untuk menyapu delapan orang sisanya.

"Brutal," komentar Luo Sha. "Dia memiliki bakat Tubuh Vajra Alami. Sangat langka."

"Dia akan menjadi tameng yang bagus untuk pasukan kita," Chen Kai mengangguk setuju.

Namun, perhatian Chen Kai segera beralih ke sosok lain. Seseorang yang sejak tadi tidak membunuh siapa pun, tapi sudah berada paling dekat dengan garis finis.

Seorang pemuda berpakaian sarjana lusuh yang memegang kipas lipat. Ia berjalan di jalur yang paling berbahaya—jalur yang penuh dengan Retakan Gravitasi yang tidak stabil.

Setiap kali ada anomali gravitasi muncul, pemuda itu seolah sudah mengetahuinya satu detik sebelumnya. Ia melangkah ke kiri, menunduk, atau melompat kecil dengan gerakan yang sangat efisien dan minim tenaga.

"Dia..." Chen Kai menyipitkan mata. "Dia tidak punya kultivasi tempur yang tinggi. Paling hanya Inti Emas Awal yang baru tembus. Tapi persepsinya..."

"Itu Zhuge Ming," kata Luo Sha, memeriksa gulungan data yang dikumpulkan mata-matanya. "Mantan ahli strategi militer dari kerajaan mortal yang dihancurkan oleh kultivator. Konon dia bisa menghitung probabilitas kematian."

"Menarik," Chen Kai tersenyum. "Otot, Racun, Kecepatan, dan Otak. Sepertinya kita akan mendapatkan panen yang bagus."

Waktu berlalu. Matahari buatan mulai meredup, menandakan batas waktu hampir habis.

Di kaki Tangga Giok Bintang, Luo Sha turun kembali untuk menyambut para pemenang.

Seratus orang pertama mulai berdatangan. Sebagian besar berlumuran darah, napas mereka seperti orang yang hampir mati.

Tie Niu si raksasa sampai duluan, menyeret kaki kanannya yang terluka oleh jebakan. Gui si pembunuh sampai kedua, menjilati luka di lengannya. Mei Lin sampai ketiga dengan senyum manis yang mengerikan. Zhuge Ming sampai keempat tanpa setetes pun darah di bajunya, hanya keringat.

Dan di belakang mereka, sembilan puluh enam orang lainnya menyusul, masing-masing dengan cerita horor mereka sendiri.

Luo Sha menatap mereka. Tiga ribu orang masuk. Hanya seratus yang keluar.

"Selamat," kata Luo Sha dingin. "Kalian hidup."

Tiba-tiba, tekanan spiritual yang agung turun dari langit.

Chen Kai melayang turun dari Istana Terbalik, jubah hitamnya berkibar. Ia mendarat di hadapan seratus orang itu tanpa suara, namun kehadirannya membuat mereka semua—bahkan Tie Niu yang buas—secara naluriah menundukkan kepala.

Ini adalah aura seorang Raja.

"Mulai hari ini, kalian bukan lagi sampah," kata Chen Kai. Suaranya tidak keras, tapi setiap kata terukir di jiwa mereka.

"Kalian adalah Legiun Bayangan. Pedangku. Perisai ku."

Chen Kai mengangkat tangannya. Ratusan botol pil obat dan senjata tingkat tinggi melayang keluar dari gudang penyimpanannya, mendarat di tangan masing-masing orang.

"Sembuhkan diri kalian. Makanlah. Dan bersiaplah."

"Karena musuh yang akan kita hadapi nanti..." Chen Kai menatap ke arah utara, ke arah di mana Sekte Naga Teratai sedang berkumpul. "...jauh lebih mengerikan daripada hutan batu ini."

"Hidup Raja Hitam!" teriak Tie Niu tiba-tiba, mengangkat tinjunya ke udara.

"HIDUP RAJA HITAM!" Seratus suara bergabung menjadi satu raungan yang mengguncang makam.

Di hari itu, fondasi militer Sekte Mutiara Hitam telah diletakkan. Bukan dengan emas atau janji manis, tapi dengan darah dan besi.

1
Nanik S
Ikut saja Ujian Alkemis
saniscara patriawuha.
gasssss pollllll
Nanik S
Kai.... kenapa lupa sama Ling'er di mana Adikmu
Nanik S
Tidur saja Sang Raja Kecil
Nanik S
Ternyata Musuh Long Tian... bagus Kai dialah Penghianat
udenk
cakeeep
Nanik S
Gerbang pembantaian
Nanik S
Harusnya ambil 1000 orang
Nanik S
Cuuuuus
Nanik S
Aku tidur... lelah
Evi Sirajuddin
Lanjut Thor 👍
Nanik S
Jangan pulang untuk tumbal Istana Sekte Mutiara Jitam
Evi Sirajuddin
yeayyy lanjut 💪
bogel
luar biasa
Evi Sirajuddin
Wow..TDK terbayang Thor kekuatan Chen kai saat BS menemukan fragmen berikutnya 💪💪
Nanik S
💪💪💪
Nanik S
Mantap Pol
Evi Sirajuddin
Lanjut Thor 👍💪
Evi Sirajuddin
Yeayyy sudah sampai di season 3
berlibur sambil membaca karya author 👍💪💪
Nanik S
Kai... apa tidak ingat Chen Ling
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!