Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Bar, bukan cewek aneh-aneh
Barra kini berada di Bar, ia langsung memesan 1 gelas bir, lalu kemudian meneguknya hingga habis dan meminta lagi. Kemudian ia melamun begitu saja sembari memikirkan hal tadi.
Sejujurnya Barra amat jarang sekali terpancing dengan omongan Figo. Tapi entah mengapa semalam dirinya tidak bisa menahan diri.
Kalau di pikir-pikir sebelum masuk ke arena balap pun Barra sudah tidak enak. Ia memang emosi sejak pulang sekolah tadi.
"Lo salah tapi elo nggak mau ngaku salah. Oke, Lo mau hp gue kan? Silahkan ambil tuh hp. Lo adalah manusia paling menyusahkan, gue nggak pernah berdoa buat ketemu sama elo. Sekarang Lo keluar dari mobil gue!"
Ucapan itu terus terngiang-ngiang di kepala Barra. Tangannya mengepal menandakan bahwa dirinya tidak terima di katai seperti itu.
Barra tersenyum remeh, padahal Calista yang masuk di dalam hidupnya tapi malah dirinya yang di tuduh nyusahin. Seandainya Calista tidak sampai membuang kunci motornya pasti masalah tak akan sampai seperti ini.
Lagi pula Barra tidak sempat menghindari genangan Air tersebut waktu kejadian itu. Ia terlalu kencang saat mengendarai motornya.
Tapi perkataan itu justru membuat Barra memiliki perasaan aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Perasaan itu sangat susah di jelaskan hingga membuat Barra bingung sendiri harus apa sekarang. Perasaan itu seperti, ingin menjelaskan pada Calista bahwa dia adalah orang yang di butuhkan Calista. Hatinya terasa sangat kuat untuk terus menunjukkan pada Calista Bahwa dirinya adalah orang yang paling berguna.
Barra menghela nafasnya kasar, ia kembali meneguk bir yang ia pesan. Jadi, perasaan marah tadi tidak sepenuhnya tentang ucapan Figo namun ini semua sebagian menyangkut Calista.
Barra mengeluarkan ponsel dari sakunya. Itu bukan ponsel Barra, melainkan ponsel Calista. Lagi-lagi Barra tersenyum kecil melihat foto Calista ketika ponsel itu terbuka. Ya, meskipun tidak sampai terbuka sampai bisa masuk ke aplikasi lainnya, karena Barra tidak tau sandi ponsel tersebut.
Sesaat itu juga, Barra mencium aroma jeruk disekitarnya. Atensi Barra pun teralihkan. Ia Melihat sekelilingnya, menoleh kanan dan kiri. lalu di sebelah kiri ia mendapati wanita yang tengah berjalan membawa jus jeruk.
Oh, cuma orang lain!
Barra sedikit kecewa lalu kemudian ia kembali melihat ke ponsel tersebut dan ternyata ponsel itu mati. Barra berusaha untuk menyalakan ponsel itu dan ternyata tidak bisa. Mungkin baterinya habis.
Ah, sial!
Barra kembali memasukkan ponsel itu ke dalam sakunya. Lalu kemudian ia melihat sekitar kanan kirinya, seperti biasa disaat tidak enak ini Barra sangat menyukai wanita sexy.
Ia melihat wanita sexy berbaju merah sedang menatapnya. Barra pun mengedipkan sebelah matanya. Lalu wanita itu pun tersenyum dan mendekati Barra.
"Bolehkah duduk disini?" Tanya Wanita itu. Setalah Barra mengangguk, kemudian wanita itu duduk di samping Barra.
"Wajahmu banyak luka. Namun kau tetap terlihat tampan."
Barra hanya mengangguk, lalu kemudian ia mengelus pipi wanita tersebut. Ia hendak mencium wanita itu namun sebelah matanya menangkan seseorang yang membuatnya gundah itu.
Calista? Ngapain dia disini? Udah gue duga tuh anak ani-ani. Pasti mau main sama orang.
Barra pun tidak jadi untuk mencium wanita itu. Perasaan itu berubah lebih ingin tau tentang Calista. Untuk apa gadis itu kesini?
"Kenapa?"
"Gue ngerasa kotor, gue mau cuci muka dulu."
Wanita itu pun mengangguk. Lalu kemudian Barra pun masuk ke dalam toilet untuk mencuci wajahnya.
Tak butuh waktu lama, Barra pun keluar dari toilet. Ia tentu langsung mencari keberadaan Calista.
Ia melihat Calista sedang di Bar membuat minuman untuk beberapa tamu. Barra semakin dibuat penasaran. Apakah Calista kerja paruh waktu disini? Lalu Barra juga melihat ada Deolinda temannya kemarin. Namun Barra tidak tau siapa nama dari temannya itu.
Barra terus memperhatikan Calista dari jarak jauh. Banyak orang yang menyukai Calista. Barra sendiri tersenyum-senyum menatap Calista. So cute.
Hingga Calista akhirnya menenteng tas Selempangnya itu. Barra pun penasaran, sejak sedari tadi Calista tidak menemui siapa pun. Barra masih nggak percaya kalau Calista bukan ani-ani. Tapi, perasaan apa ini? Barra merasa senang dengan kabar yang dia lihat sendiri itu.
Calista berpamitan dengan Deolinda. "Linda, gue pulang dulu ya. Udah jam 11 malem. Mama nyariin."
"Iya hati-hati. Makasih ya, udah nemenin." Kata Deolinda.
"Elo jangan lupa tidur besok kan sekolah."
"Siap."
Jadi, Calista itu menemani Deolinda yang dimana kakak perempuannya itu memiliki Bar yang sangat terkenal di kota jakarta ini. Karena sangat terkenal, banyak pengunjung yang datang sehingga beberapa karyawan pun kuwalahan.
Kakak Deolinda bernama Jovita. Yang dimana terkadang Jovita meminta bantuan adiknya untuk bekerja di bar. Hal itu juga di bantu Calista. Tentu Calista mendapatkan bayaran atas pekerjaan yang dia lakukan. Dan Jovita pastikan adiknya itu tidak pulang lebih dari jam 12.
Saat Calista keluar dari bar tersebut, tiba-tiba seseorang muncul di depannya membuat Calista terkejut.
"Lo mau pulang?"
"Anj--" umpat Calista tertahan. Ia menatap judes pada orang di depannya. "Ngapain Lo disini?" Tanya Calista.
"Gue yang harusnya nanya, Lo ngapain disini? Jadi ani-ani? Kalau gue, semua orang juga tau kalau gue sering kesini." Ucap Barra
Calista hanya tersenyum miring menatap sinis Barra. "Ya berarti ani-ani nya elo kan? Bukan gue? Lo yang sering kesini!"
"Gue nggak pernah lihat elo!" Bantah Barra
Memang kenyataannya seperti itu.
"Ya berarti gue jarang kesini. Eh, asal Lo tau gue disini kerja bukan ani-ani kayak elo. Bye cowok sinting!" Kata Calista hendak pergi namun tangannya di tahan oleh Barra membuat Calista geram.
"Apa lagi sih!" Sentak Calista risih. Padahal dirinya sudah mengingatkan pada Barra agar tidak mengganggunya.
"Lo miskin banget sampai nyari duit segala." Ucap Barra meremehkan. Callista tidak merasa rendah terhadap cowok sombong di sampingnya itu.
"Hahaha semiskin miskinnya gue, gue nggak pernah ambil hp orang!" Ucap Calista membuat Barra tertegun. Sial, gadis ini selalu bisa mengalahkannya dalam hal apapun.
"Awas gue mau pulang!" Kata Calista menarik tangannya yang di cekal oleh Barra.
"Pulang bareng gue!"
"Ogah!"
"Lo yang pulang sama gue, atau gue ikut elo pulang?" Tanya Barra membuat Calista Frustasi.
"Shit! Cowok gila Lo!" Kata Calista akhirnya dia mengalah membuat Barra tersenyum menang.
Barra pun membawa Calista untuk menaiki motornya. Sedangkan lagi-lagi Calista tadi berangkat bersama Deolinda menggunakan taxi.
Barra pun membawa Calista keluar dari area bar tersebut. Kini perasaannya sungguh penasaran. Ia pun menghentikan motornya di pinggir jalan yang dimana itu ada taman.
"Ngapain berhenti?" Tanya Calista.
"Kasih gue nomor hp elo?"
"Buat apaan sih! Lo kan udah punya hp gue!"
"Percuma kalau nggak bisa hubungin elo!"
Calista pun memberikan nomor ponselnya. Entah apa yang akan di lakukan cowok aneh ini.
"Jangan coba-coba blokir nomor gue!" Ucap Barra Kemudian kembali menjalankan motornya.
Ah, sial! Padahal Calista baru saja mau memblokir nomor Barra saat sampai di rumah!