Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Pagi dengan Sarapan yang Aneh
Tidur dengan seorang gadis,dan tidak melakukan apapun. Adrian menyugar kasar rambutnya, dirinya seperti baru pertama kali saja. Yaa...walaupun terakhir terjadi sudah bertahun-tahun yang lalu, namun ternyata berbeda rasanya. Maksudnya perasaan Adrian yang berbeda, rasanya seperti baru pertama kali ini.
Ohh, ****!! kamu bukan perjaka lagi Adrian, berhenti berpikir bodoh. Bahkan kamu sudah sering bercumbu dengan Laura meskipun tidak pernah ada adegan ranjang. Perlahan Adrian meremas dadanya, mencoba mencari apa yang berbeda dari kebersamaannya bersama Ara dan mantan kekasihnya Laura.
Laura, gadis berparas cantik itu selalu memulai lebih dulu menggoda Adrian, hingga lelaki itu tidak bisa menolaknya. Bagaimanapun Adrian lelaki normal, namun alarm dirinya selalu berbunyi ketika gadis itu menggoda untuk menidurinya, meskipun dia bisa mendapatkan yang lebih tapi baginya menggauli yang belum sah miliknya bukanlah prinsipnya.
Dan malam ini, ia malah terjebak disini. Bisa-bisanya lelaki ini meminta Ara untuk berbaring seranjang dengannya, padahal gadis itu sudah menawarkan diri tidur di sofa saja. Bahkan ia seperti tidak menyadari apa yang diperbuatnya.
Berusaha menenangkan degup jantungnya, Adrian keluar dari kamarnya. Tubuhnya yang sudah lebih sehat daripada tadi memilih untuk berbaring di sofa ruang kerjanya. Begini lebih baik, daripada pikirannya berjalan kemana-mana.
Lagipula Adrian mengingat apa status gadis yang berada di apartemennya saat ini. Tawanan, perlu digarisbawahi bahwa dia hanya tawanan dan tidak lebih dari itu. Membayar apa yang sudah dibawa kabur oleh orangtuanya adalah mustahil, dan berada dalam genggaman seorang Adrian selamanya adalah kemustahilan kedua.
Bagaimana bisa seperti itu, bukankah dengan identitas dan sepak terjang yang disandang seorang Adrian selama ini cukup untuk mengukuhkan bahwa dia bisa melakukan apapun kepada semua orang yang mengancam dan merugikan dirinya dan keluarganya.
Namun ini adalah kasus pertama dalam hidupnya. Jika selama ini yang dihadapinya tidak jauh dari mengancam, menculik dan membuat sengsara orang-orang yang jahat padanya maupun keluarganya dan selalu saja berakhir baik dalam artian masalah selesai. Tapi kali ini sepertinya tidak akan berjalan semulus itu.
Bahkan sebenarnya, rencana penculikan dan pemaksaan yang dilakukannya pada Ara tampak abu-abu. Karena Adrian hanya mengikuti nalurinya, berbuat sesuai moodnya dan sangat-sangat tidak jelas tujuan akhirnya.
Hanya memikirkannya saja membuat kepala Adrian pening. Dengan segera diraihnya selimut dan berusaha memejamkan matanya di empat jam terakhir menjelang jam enam pagi.
Kringgggg
Kringgggg
Sebuah alarm yang begitu nyaring mengejutkan tidur nyenyak Adrian, tanpa sadar ia meraih benda itu dan melemparnya ke sembarang tempat. Namun rupanya bunyi alarm tak juga berhenti, dengan mata yang masih mengantuk dan kesadaran yang kurang dari setengahnya ia bangkit berjalan kearah suara nyaring itu.
Ketemu! benda pipih hitam yang mengganggu itu berada di dekat kaki meja kerja Adrian, dan tanpa sadar krekkkkk.
Kaki jenjang dan kokoh lelaki itu menginjak seluruh bagian dari benda yang terlihat samar oleh mata Adrian yang belum sepenuhnya membuka. Bahkan Adrian menumpukan seluruh bobot tubuhnya saat berada diatasnya.
Sepersekian detik, kesadarannya mulai kembali.
Satu
Dua
Mata Adrian mengerjap, dan kemudian menatap ke arah sesuatu di dekat kaki meja kerjanya.
Hancur...
Meski masih berbentuk, ia yakin fungsinya tidak akan sama lagi.
'Ah...****...bagaimana aku tidak sadar kalau itu adalah bunyi alarm ponsel gadis itu'. Adrian merutuk pada dirinya sendiri.
Lelaki itu mengulurkan tangannya memungut ponsel Ara, kemudian memasukkannya ke dalam tempat sampah di ruang kerjanya.
Ceklek
Bunyi seseorang membuka pintu. Seketika pandangan mereka bertemu. Terbitlah segaris senyum pada bibir gadis itu.
Ara tampak rapi dan menarik mengenakan stelan jas celana panjang dengan rambut yang masih tergerai di samping kiri dan kanan bahu gadis itu. Baju itu nampak pas membungkus tubuhnya yang tidak begitu berisi.
Sesaat mata Adrian memindai, melihat lurus dari atas hingga bawah kemudian kembali lagi keatas menatap tepat ke dalam manik hitam mata gadis itu. Dan yang paling menyebalkan, tidak ada ekspresi berarti dari lelaki itu.
"Mas, sarapan pagi sudah siap, atau mau mandi dulu" suara Ara memecah keheningan diantara mereka.
"Aku tidak terbiasa sarapan berat, biasanya hanya sandwich dan jus" Adrian menanggapi tawaran Ara dengan sedikit menyindir.
"Mmm begitu, maaf aku tidak tahu mas, aku memasak nasi goreng tadi pagi" mengulas senyum bersalahnya yang tidak bertanya dulu sebelumnya sarapan apa yang diinginkan lelaki itu.
"Dan.."
"Dan?"
"Segelas susu kedelai hangat" gadis itu menjepit bibirnya. Apa yang ditawarkannya sama sekali tidak masuk kriteria Adrian. Bahkan mendengarnya saja mungkin enggan.
Adrian tidak menanggapi, dan juga tanpa berkata-kata lagi langsung keluar melewati Ara.
Lelaki itu tersenyum kecut, di sepanjang langkah kakinya menuju kamar bayangan nasi goreng dan susu kedelai, betapa dua menu makanan itu terdengar sangat aneh di telinga Adrian. Pun tidak ada kecocokan, padu padan yang buruk. Bukankah nasi goreng lebih cocok dengan segelas teh hangat atau jeruk hangat, tapi mengapa justru susu hangat, dan terbuat dari kedelai pula. Rasanya ingin muntah memikirkannya.
Gadis itu sejenak mematung, bagaimana cara membuat sandwich? yang ia tahu sandwich itu terbuat dari dua lapis roti tawar yang diisi sayuran dan telur atau daging. Tapi lebih detailnya ia tidak pernah tahu. Ara menarik kedua sudut bibirnya. Baiklah bukankan ada youtube, dia teman paling pintar semua orang.
Segera dimasukkannya nasi goreng ke dalam kotak bekal makan siangnya, pun segelas susu kedelai yang sudah ia tuang ke dalam gelas. Tidak ada yang tersisa, daripada tidak ada yang memakan. Begini lebih baik, akan ia bagi bekal makan siangnya pada teman kantornya.
Melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, tepat pukul enam lebih limabelas menit, perjalanan ke kantor memakan waktu setengah jam.
Disambarnya tas dan kotak makan yang sudah siap, kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Adrian.
Tok tok
Diulangnya sekali lagi.
Tok tok
"Ya.." terdengar suara sahutan dari dalam kamar.
"Aku berangkat duluan ya mas" Ara masih terpaku di depan pintu. Namun tak ada jawaban lagi dari dalam. Demi apa tadi dia malah rela menunggu jawaban Adrian yang ternyata tidak sesuai ekspektasinya.
Ara mendengkus, kemudian segera melangkahkan kakinya meninggalkan apartemen Adrian dipuncak lantai 41 'Orion apartment'.
Sementara itu di dalam kamar apartemen lantai yang sama, lelaki itu hanya memandang lurus pintu kamarnya setelah mendengar Ara berpamitan kepadanya.
Apakah ini akan bertahan? dulu Andina juga seperti itu. Setiap kali keluar rumah kemanapun selalu berpamitan dengannya, namun hal itu memudar seiring waktu. Dan bahkan perasaan cinta Andina pun ikut tergerus.
Apakah wanita selalu seperti ini? manis pada awalnya, namun lama-lama akan bosan dan malah cuek.
Ahhh, mengapa juga ia harus capek memikirkan apa yang dilakukan gadis itu.
Dia orang asing Adrian, hanya ORANG ASING!
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏