Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?
Rama & Irna
Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?
Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan
Instagram Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Sultan
Suamiku Pria Tajir #8
Oleh Sept
Rate 18+
Nur Azizah bukan siapa-siapa, bukan kerabat atau pun orang yang berarti dalam hidup Arya. Ia hanya orang asing yang kebetulan Arya temui tanpa sengaja. Hanya gadis tak dikenal, dan tak sengaja ia tabrak pada suatu malam. Tapi saat ini, ketika melihat kondisi Nur sekarang, hati pria itu memanas. Arya mengepalkan tangan. Ia marah, siapa lagi yang sudah berbuat jahat pada gadis ini? Banyak pertanyaan yang mengantung dalam benak pria tersebut.
"Katakan, siapa?" tanya Arya dengan sorot mata tajam.
Arya mencengkram kedua pundak gadis itu. Ia menyalak marah, tapi bukan pada Nur. Ia kesal dan geram pada orang yang sudah membuat Nur seperti ini. Pria keji mana yang mau melakukan hal bejat pada gadis polos itu?
Nur terus saja menundukkan wajahnya, ia malah tersedu. Gadis itu larut dalam isak tangis, sedangkan sebelah tangannya terangkat untuk mengusap pipi yang sudah basah.
Arya menghela napas panjang, pria itu kemudian melepaskan jas yang ia kenakan. Tidak tega melihat penampilan Nur yang sekarang. Pria tersebut lantas memakaikannya tepat ke tubuh yang bergetar karena menahan tangis.
"Ikut denganku!" ajak Arya setelah memakaikan jas ke tubuh Nur.
Arya pun meraih lengan Nur dan gadis itu ikut ke mana Arya membawanya. Di dalam mobil, Nur sudah tidak menangis lagi. Dan pria itu mulai kembali mengintrogasi Nur yang nampak sedikit lebih tenang tersebut.
"Siapa pria keji itu? Apa aku mengenalnya?"
Nur mengangguk pelan. Masih nampak takut.
"Sial!" Arya mencengkram kemudi, menahan rasa geram yang sudah menjalar. Darahnya terasa mendidih. Entah mengapa, feeling Arya terlalu kuat. Ia sepertinya tahu biang keladi semua ini, ia pun sangat hafal, tetangga apartemennya. Siapa lagi kalau bukan si Leon, pria itu memang terkenal bar-bar.
Beberapa kali apartemennya didatangi polisi karena banyak laporan dari korban pelecehan di sebuah klab malam. Kasus terakhir adalah sebulan lalu. Dan Arya sangat malas, ketika beberapa polisi memintanya memberikan keterangan. Hanya karena tetangga, bukan berarti Arya tahu segalanya.
***
Tok tok tok
Di dalam kamar apartemennya, Leon sedang membelai Rena yang duduk dalam pangkuannya. Sebuah suara ketukan membuat Leon langsung masam.
"Siapa sih malem-malem?" gerutu Rena. Saat Rena akan bangun untuk membuka pintu, tangan Leon menahan tubuh itu.
"Sudah! Biarin aja!" ucap Leon santai sambil terus menatap layar lebar di depannya.
"Ada tamu."
"Aku bilang biarkan saja!" ujar Leon.
Tidak merasa curiga, wanita itu mengikuti titah Leon dengan tidak membuka pintu. Sementara di luar pintu apartemen Leon, Arya berdiri menahan geram. Satu tangannya memegangi pergelangan tangan Nur, satunya lagi mengepal menahan amara. Karena tidak kunjung dibuka, Arya lantas masuk ke apartemen miliknya sendiri. Hidungnya kembang kempis menahan emosi.
KLEK
Ia mengunci pintu dari dalam.
"Bersihkan tubuhmu dulu," ucapnya pada Nur yang hanya diam sejak tadi.
Setelah mengatakan itu, Arya langsung bergegas ke kamar. Pria itu menyalakan laptop dan memeriksa kamera CCTV. Saat vidio itu mulai diputar, tangan itu spontan mengepal dan mengebrak meja. Wajah Arya mulai mengeras. Daranya bergejolak, amarahnya sudah memuncak.
"Brengkes!"
Arya langsung bangkit dan berjalan keluar. Sedangkan Nur, gadis itu sudah berada di dalam kamarnya.
Tok tok tok
Arya terus saja mengetuk pintu apartemen Leon dengan paksa.
Di dalam kamar yang super berantakan, beberapa kaleng bekas minuman yang sudah kosong memenuhi nakas. Pakaian dalam yang berserakan di lantai, sedangkan di atas ranjang, terdapat dua tubuh yang saling beradu.
"Astaga! Siapa malem-malem bikin keributan?" gerutu Rena. Terlalu berisik, ia pun menepis tubuh Leon yang ada di atasalnya.
"Aku bilang biarkan!" sentak Leon. Dengan liar pria itu malah memciumi Rena tanpa ampun.
"Sayang, jangan kasar-kasar! Sakit!" pekik Rena.
Leon menyeringai, seolah tidak peduli apa kata kekasihnya. Pria itu juga tidak peduli dengan gedoran pintu di depan. Mungkin ia tahu itu adalah Arya. Dari pada berkelahi, lebih baik ia bertanding dengan partner ranjangnya.
***
Klek
Saat terdengar suara pintu terbuka, Nur yang semula sudah merebahkan diri, langsung duduk seketika. Gadis itu sudah siap siaga.
"Nur ... Nur!" panggil Arya.
Saat mendengar suara itu, hatinya langsung merasa lega. Nur cemas, dan mulai gampang panik.
"Iya, Tuan."
Nur membuka mata, dilihatnya Arya berdiri menatap ke arahnya.
"Ayo ke kantor polisi, sekarang!"
Merasa punya bukti kuat atas aksi penyerangan Leon, Arya merasa perlu melaporkan tindakan asusila tetangga apartemennya itu. Bila terus dibiarkan, ia takut. Leon akan terus mengejar Nur.
"Tapi, Tuan. Ini sudah sangat malam."
Arya langsung menghela napas panjang, pria itu menoleh ke tembok. Diliriknya jam dinding itu. Nur benar, sepertinya mereka ke kantor polisi besok pagi saja.
"Ya sudah, istirahatlah!" Arya berbalik, ia juga akan tidur.
***
Kantor polisi.
"Kau takut, Nur?" tanya Arya yang melihat kecemasan di wajah Nur saat mereka akan turun dari mobil.
Nur menoleh, ia menatap wajah Arya. Kemudian menggeleng pelan. Meskipun, aslinya ia bener-bener merasa takut. Tapi, ia menutupi rasa itu.
Sesuai ucapan Arya semalam, mereka akan membuat laporan. Arya akan menuntut Leon. Wajah Leon tertangkap jelas di kamera CCTV, setidaknya itu adalah bukti kuat untuk menyeret pria tersebut ke jeruji besi.
Setelah membuat laporan, kini mereka berdua meninggalkan kantor polisi. Sepanjang perjalanan, Arya nampak berpikir. Sangat beresiko bila Nur tetap tinggal di apartemen miliknya. Sesaat kemudian pria itu malah putar balik.
Mobil itu melaju menembus angin, membelah jalan menuju kawasan elite. Sebuah perumahan bergaya Eropa sudah terbentang di depan mereka.
Nur sekilas nampak heran, mengapa ia dibawa ke sebuah rumah yang sangat besar dan luas. Bahkan pagarnya bisa terbuka sendiri.
"Ayo turun, Nur. Sementara ini, kamu tinggal di sini."
Arya turun duluan, setelah itu disusul Nur yang menginjakkan kakinya dengan ragu.
"Rumah siapa, Tuan?" Kata-kata itu lolos begitu saja dari mulutnya. Mungkin karena saking penasaran. Siapa pemilik bangunan rumah yang seperti kediaman sultan tersebut.
"Rumahku!" jawab Arya sambil melangkah mendahului Nur yang mengekor di belakang tubuhnya.
"Selamat pagi, Tuan!" sapa pelayan yang langsung menyambut kedatangan Arya.
Beberapa pelayan datang dan menundukkan wajah mereka. Sedangkan Arya, pria itu terus melangkah masuk ke dalam.
"Ma ... Mama!" Bersambung.