Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MUNGKIN KELELAHAN
Penjelasan demi penjelasan diterangkan dan dijabarkan oleh para senior di dalam ruang aula besar yang mampu menampung seluruh mahasiswa baru dari berbagai jurusan. Para mahasiswa tingkat atas kembali menggunakan jaket almamater sebagai penanda bahwa mereka adalah senior.
Mereka berdiri mengelilingi para mahasiswa baru yang sedang mendengarkan penjelasan. Kimberly duduk di bagian mahasiswa jurusan administrasi bisnis, sedangkan William di bagian manajemen bisnis. Kimberly bisa melihat bahwa William duduk bersebelahan dengan Viera. Iri? Tentu saja. Ia ingin berada di samping William, berbicara dengannya, bercanda dan selalu dekat dengannya.
Kimberly benar benar tidak konsentrasi dengan semua penjelasan yang diberikan oleh senior. Ia hanya terus memperhatikan bagaimana kedekatan antara William dengan Viera. Kegelisahan hati membuatnya mengetuk ngetukan pulpen ke atas meja yang menyambung ke kursi.
Tukk ... tukk ... tukk ... tukk ... tukk ...
Semua orang langsung menoleh ke arah asal suara. Namun, Kimberly sama sekali tidak menyadari akan hal itu. Ia terus saja mengetukkan pulpen ke atas meja. Sampai akhirnya, seorang senior yang berdiri tak jauh pun memanggilnya.
"Hei ... hei ...," seorang gadis yang duduk bersebelahan dengan Kimberly menggoyangkan bahunya.
"Ada apa?" tanya Kimberly.
"Itu, kamu dipanggil oleh senior," ucapnya sambil menunjuk ke arah senior yang memanggil Kimberly.
Kimberly menoleh dan tiba tiba saja jantungnya berdetak cepat, "Apa aku melakukan kesalahan?" batinnya.
Kimberly berdiri. Ia bisa merasakan semua mahasiswa baru melihat ke arahnya, membuatnya gelisah. Senior membawanya ke belakang dan mengajaknya masuk ke dalam suatu ruangan. Kimberly menunduk, ia takut.
"Kamu tahu apa kesalahanmu?" tanya Hanna.
Kimberly menggelengkan kepalanya.
"Jawab!! Kamu nggak punya mulut ya?"
"Saya tidak tahu, Kak," ucap Kimberly masih sambil menundukkan kepalanya.
"Sekarang kutanya padamu. Apa yang tadi sedang dijelaskan di depan?"
Deghhh .....
Jujur, Kimberly benar benar tidak tahu apa yang sedang dijelaskan di depan karena ia hanya fokus melihat ke arah William dan Viera. Sesekali ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Jadi, ia sama sekali tidak memperhatikan atau mendengar penjelasan di depan tadi.
"Maaf, Kak. Saya tidak tahu," jawabnya jujur.
"Tidak tahu?! Lalu kamu ngapain dari tadi, huh?!" suara Hanna mulai meninggi.
Kimberly tidak bisa menjawab. Tak mungkin ia mengatakan kalau ia sedang memperhatikan laki laki yang ia sukai. Ia hanya bisa menunduk, dan sebisa mungkin menahan agar air matanya tidak keluar.
"Karena kamu tidak bisa mengatakan apa yang sedang kamu kerjakan. Saya minta kamu tulis sebanyak 10 kali tentang penjelasan senior di depan tadi. Saya tidak mau tahu dari mana kamu akan mendapatkannya. Tapi besok pagi pagi, harus kamu serahkan pada saya. Mengerti?!!"
"Mengerti, Kak."
Pintu ruangan itu terbuka. Hanna pun akhirnya keluar karena ia diminta keluar oleh ketua acara tersebut.
"Kamu tidak apa apa, Kim?"
"Kakak pengawas ...," ucap Kimberly saat melihat ke arah seseorang yang duduk di sebelahnya.
"Apa kamu sedang ada masalah?" tanya Anthony.
Ntah karena suara Anthony yang begitu ramah, membuat air mata Kimberly akhirnya terjatuh. Ia tak bisa menahan kesedihannya. Ia mengusap air matanya cepat, tak ingin orang lain melihatnya menangis.
"Aku tidak apa apa, Kak. Mungkin hanya kecapean karena semalam kurang tidur," ucap Kimberly berbohong.
"Apa kamu sudah mendapat hukuman dari Hanna?" tanya Anthony sambil sedikit tersenyum untuk mencairkan suasana.
Kimberly menganggukkan kepala, "Kak Hanna memintaku untuk menulis 10 kali tentang penjelasan hari ini dan memberikan padanya besok pagi pagi."
"Aku tidak bisa membantu untuk mengurangi hukumanmu, itu akan terlihat tidak adil bagi teman temanmu yang lain. Tapi aku akan membantumu membuat ringkasan hari ini. Kamu hanya perlu menyalinnya 10 kali. Bagaimana?"
"Kakak mau membantuku?"
"Kamu mau?"
"Ya Kak, aku mau. Maafkan aku sudah merepotkan kakak lagi kali ini," ucap Kimberly.
"Berikan padaku nomor ponselmu dan juga alamat emailmu. Nanti akan aku kirimkan ringkasannya."
Kimberly menyebutkan nomor ponselnya dan juga alamat emailnya. Ia berkali kali berterima kasih kepada Anthony. Kimberly berpikir, setidaknya ia masih mendapatkan kebaikan meskipun harinya sungguh tidak menyenangkan sama sekali.
Anthony tersenyum karena ia sudah berhasil mendapatkan nomor ponsel Kimberly. Ia akhirnya ikut keluar dari ruangan setelah Kimberly keluar.
Kimberly kembali duduk di kursinya, sambil sesekali menghapus air matanya yang masih tersisa di ujung matanya. William sempat memperhatikan Kimberly saat gadis itu kembali ke kursinya. Kimberly sendiri juga memperhatikan William dan membuat mata mereka bertemu.
Mata William seakan berbicara padanya, dan menanyakan bagaimana keadaannya. Kimberly hanya menggelengkan kepala untuk mengatakan bahwa ia tidak apa apa. Kimberly juga bisa melihat bahwa Viera tidak senang saat William memperhatikan dirinya, membuatnya semakin takut akan kehilangan William.
*****
Waktu menunjukkan pukul 12 siang. Setiap mahasiswa baru diberikan sebuah kotak makan yang berisikan makan siang mereka. Mereka diberikan waktu selama 30 menit untuk menghabiskan makanan tersebut dan membebaskan mereka untuk keluar dari ruangan.
Kimberly tetap duduk di tempatnya. Ia tidak ingin kemana mana, karena di sana ia bisa memperhatikan William dengan lebih dekat. Kimberly menyantap makan siangnya dengan perlahan. Memandang ke arah William yang sedang menikmati makan siang bersama Viera, membuat selera makannya hilang, menguap ntah kemana.
Kimberly hanya bisa menatap makan siang yang ada di hadapannya, sambil memainkannya.
"Kamu kenapa, Kim?"
Suara yang sangat ia rindukan sedari pagi kini terdengar begitu jelas. Kimberly menoleh ke arah asal suara, dan mendapati William sudah duduk di kursi depannya, menolehkan kepalanya ke belakang.
"Ayo dimakan, kalau tidak nanti kamu sakit. Apa jangan jangan kamu sedang sakit?"
"Ya, aku sakit. Sakit hati melihatmu bersama dengan Viera," batin Kimberly.
"Aku tidak apa apa. Mungkin kelelahan karena semalam aku tidak bisa tidur," jawabnya berbohong.
"Gara gara mau jadi mahasiswa ya, jadi nggak bisa tidur," ucap William sambil tertawa dan mengacak acak rambut Kimberly, "Kamu kayak anak kecil aja."
Kimberly hanya bisa tersenyum mendengar ucapan William. Ia pun menoleh ke arah Viera, karena sedari tadi ia merasa diperhatikan, dan benar saja, Viera sedang melihat ke arahnya dan William. Kimberly bisa merasakan bahwa Viera tidak menyukainya sama sekali.
"Wil, kembali ke tempat dudukmu. Sebentar lagi acara akan dimulai lagi," ucap Kimberly.
"Baiklah, aku ke sana dulu ya. Kamu cepat habiskan makananmu," Kimberly hanya bisa mengangguk.