Anak Sultan Milik CEO

Malam menjelang, saat ini Fajira tengah menggosok pakaian yang sudah ia cuci tadi siang menggunakan mesin cuci baru hasil karya dari tangan putranya sendiri. Sementara pria kecil yang cerdas itu tengah mengotak atik ponsel milik bundanya.

"Bunda, Aji mau ikut lomba boleh?"

"lomba apa sayang?"

"ini, lomba cipta karya menggunakan mesin Bunda. Yang menang hadiahnya besar juara 1 dapat 10 juta. karya juga bisa mendapatkan hak paten. Ini tingkat nasional dan kebetulan di adakan di kota kita bunda"

"eh iya nak? betul kamu mau ikut sayang?"

"iya Bunda, Aji rasa mesin cuci antik bertenaga surya itu bisa ikut Bunda. Dan Aji juga yakin kita bisa menang" ucapnya antusias.

"kapan pendaftarannya sayang?"

"besok terakhir bunda. Boleh aku ikut?"

"boleh, tapi Bunda takutkan nanti mereka gak percaya kalau kamu yang membuatnya sayang"

"kenapa?" mata polosnya menyiratkan kekecewaan.

"hei pria tampan Bunda ini masih kecil, umur masih dua tahun, masa ia sudah bisa membuat hal yang hebat seperti itu. Walaupun kenyataannya kamu memang sudah pandai sayang. tapi kepandaian kamu itu di luar nalar manusia"

"terus gimana Bunda? Aji mau ikut" rengeknya

"hmm gimana ya? hmm Aji masih ingat apa saja komponen yang Aji gunakan dalam membuat mesin itu sayang?"

"ingat bunda"

"kalau memang Aji mau mendaftar, besok kita ke pasar dan membeli barang-barang untuk membuat mesin cuci itu. Nanti seandainya mereka tidak percaya dengan kemampuan kamu, kita bisa menunjukkannya di depan mereka. gimana?"

"boleh juga Bunda. Aji mendaftar ya"

"iya boleh sayang, nanti Bunda bantu. Apa ada batasan umurnya sayang?"

"hmm... gak ada Bunda, disini syaratnya karya orisinal hasil dari tangan sendiri, bukan dari tangan orang lain atau meniru karya orang lain. pendaftaran paling lambat besok jam 23.59"

"coba buka link pendaftarannya sayang"

Aji membuka link pendaftaran dan mengisi kolom-kolom data diri dan jenis lomba yang akan ia ikuti.

"Bunda, Apa bunda ada uang untuk membeli barang-barangnya besok?"

"berapa yang Aji butuhkan sayang?"

"kalau kita beli barang yang baru, mungkin habis sampai 600 ribu Bunda. Besok Aji ke tempat Uwak ya, lihat barang-barang yang masih bisa di pakai"

"cukup uang Bunda kalau segitu nak. Besok Bunda temani ya sayang"

"iya Bunda. Atau pakai tabungan Aji saja" Fajri bergerak mengambil tabungannya yang cukup berat itu dari dalam lemari.

"gak apa sayang, Bunda ada uang. Tabungan kamu simpan aja ya"

"gak apa Bunda sekalian mau hitung juga, tapi Aji mau menabung di bank"

"tunggu sebentar ya nak, baju Bunda tinggal satu lagi"

"oke bunda"

Fajri masih setia menunggu Bundanya selesai bekerja agar bisa menghitung isi celengan yang sudah di isi semenjak ia mendapatkan uang pertama kalinya sembari mengisi kolom-kolom pendaftaran lomba.

"Bunda sudah selesai. Yuk kita hitung"

"ayok bunda"

sreeet ....

Fajira memotong celengan plastik itu menggunakan pisau dengan hati-hati agar tidak melukai isi tabungan yang sangat berharga itu.

"ini gak ada uang receh nak?"

"gak ada Bunda, uang yang recehnya Aji masukkan ke dalam celengan lain"

"berarti ini kertas semua?"

"iya Bunda. yuk kita hitung"

Ketika membuka celengan itu betapa terkejutnya ia melihat isi tabungan Fajri. Uang pecahan seratus ribu dan lima puluh ribu saja yang ada di dalam tabung plastik itu.

"ini uang kamu semua sayang? kamu gak aneh-aneh kan?"

"gak lah Bunda, ini uang yang Aji tabung dari dulu. Kan orang banyak yang minta tolong memperbaiki barang-barangnya sama Aji separuhnya Aji kasih sama Bunda, separoh lagi Aji tabung gitu"

"Hah? yaudah yuk kita hitung dulu sayang"

Mereka mulai menghitung uang itu hingga selesai. Betapa terkejutnya Mereka ketika jumlah dari uang tabungan itu mencapai angka 11 juta rupiah.

"bu-bunda se-serius?" ucapnya kaget

"serius sayang"

"ini baru uang yang besar, belum yang kecil bunda" ucapnya masih dengan rasa kaget.

"uang kecil ada juga nak?" sentak Fajira.

"ada Bunda, pecahan 20 ribu"

"mau di hitung sekalian?"

"mau bunda" Aji kembali mengambil tiga buah celengannya yang sudah terasa berat itu dan berhasil membuat Fajira melongo, karna ia tidak pernah mengetahui jika Fajri memiliki celengan sebanyak itu.

"Aji kenapa gak kasih tau Bunda kalau kamu punya celengan sebanyak ini nak?"

"hehehe maaf Bunda, Aji ingin membelikan Bunda rumah, makanya Aji menabung banyak-banyak biar kita bisa memiliki rumah sendiri" Ucap Aji polos. Namun berhasil membuat Fajira berkaca-kaca.

"terima kasih sayang, nanti kita kumpulkan sama-sama ya" ucap Fajira membelai lembut kepala Aji.

"iya Bunda. Jangan nangis ya" Pria kecil itu memeluk Bundanya dengan erat dan menghapus air mata yang sudah meleleh di pipi Fajira.

"iya sayang. hmm bunda juga punya celengan. yuk kita hitung sekalian aja"

"boleh bunda" Fajri mengangguk

"wah celengan Bunda lebih besar" sambungnya berbinar ketika melihat celengan milik Bundanya.

"iya sayang Bunda juga gak mau kalah dong dari kamu. Tapi mungkin isinya lebih sedikit dari pada punya Aji. Sekalian aja nanti ya sayang kita menabung bersama"

"oke bunda"

Fajira membelah semua celengan itu dengan hati-hati, hingga pecahan uang itu menyeruak ke luar mendesak untuk segera di bebaskan dari sana.

"Ini banyak sayang"

"iya bunda" Fajri menatapnya dengan mata yang berbinar.

Ia bukan anak yang hobi belanja membeli kue kecil-kecil ketika mendapatkan uang. Tetapi ia lebih memilih meminta untuk di buatkan cemilan kepada Fajira. Sehingga uang yang ia dapatkan bisa di simpan dan di tabung ke dalam celengan. Walaupun sesekali ia juga menginginkan kue dari warung, tetapi ia hanya membeli sekedar melepas rasa penasarannya saja.

Mereka menghitung semua uang yang ada termasuk uang receh dalam tabungan Fajri hingga mencapai angka 30 juta. dan itu sukses membuat mereka memekik senang melihat banyak uang yang berhasil mereka hitung.

"wak banyaknya bunda" mata berbinar itu tidak bisa lagi di sembunyikan.

"iya sayang, besok kita masukkan ke dalam tabungan ya nak"

"iya Bunda. hmm apa kita gak beli motor aja Bunda biar gak susah kalau kemana-mana" usul Fajri.

"Aji serius sayang? benar uangnya gak papa kita beli motor?"

"gak papa Bunda, nanti uangnya kita cari lagi bareng-bareng"

"yaudah besok kita beli motor ya sayang, biar gak susah kalau kemana-mana"

"iya Bunda. yeei akhirnya kita punya motor" sorak Fajri senang dan melompat masuk ke pelukan Fajira.

"sekarang kita tidur lagi yuk. Besok bisa bangun pagi, kita ke bank dulu, habis itu beli motor, terus ke tempat uwak, baru kita ke pasar ya sayang"

"iya bunda. peluuuk" ucap Fajri dengan manja dan berhasil membuat Fajira terkikik gemas sambil memeluk putra kecilnya.

"semoga besok kita menang ya nak"

"iya bunda"

Mereka terlelap dengan saling memeluk satu sama lain, saling menghangatkan dan saling memiliki, karna mereka tidak lagi mempunyai sanak saudara tempat untuk mengadu.

Hanya tuhan yang tau bagaimana perjuangan hidup mereka yang harus menghadapi hinaan dan celaan dari orang-orang sekitar. Bagaimana mereka menatap jijik kepada keduanya dan hal yang lain. Beruntung Fajri tidak terlalu suka bermain dengan anak-anak yang lain sehingga ia tidak ambil pusing dengan apapun yang di lakukan oleh orang lain terhadapnya.

💖💖💖

TO BE CONTINUE

Hai readers maaf atas ketidak nyamanannya beberapa waktu lalu, hari ini Anak Sultan Milik CEO sudah Update lagi yak.

Terima kasih sudah mau membaca cerita ku. sayang kalian 🤗🤗