Saat keadilan sudah tumpul, saat hukum tak lagi mampu bekerja, maka dia akan menciptakan keadilannya sendiri.
Dikhianati, diusir dari rumah sendiri, hidupnya yang berat bertambah berat ketika ujian menimpa anak semata wayangnya.
Viona mencari keadilan, tapi hukum tak mampu berbicara. Ia diam seribu bahasa, menutup mata dan telinga rapat-rapat.
Viona tak memerlukan mereka untuk menghukum orang-orang jahat. Dia menghukum dengan caranya sendiri.
Bagaimana kisah balas dendam Viona, seorang ibu tunggal yang memiliki identitas tersembunyi itu?
Yuk, ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Plak!
Tamparan yang sama kerasnya seperti yang diberikan Rangga kembali mendarat di pipi Aditya. Bibirnya pecah hingga cairan merah merembes keluar. Sungguh hal yang tak pernah dia duga. Aditya menganga dengan mata melebar. Menatap sang ayah yang melotot marah padanya.
"Anak tak tahu diri! Kami selalu menuruti apa yang kau inginkan, tapi apa balasanmu? Kau ingin menjadi model, kami turuti. Sekarang, bagaimana caramu menyelesaikan masalah ini? Kau sudah mencoreng nama baik orang tuamu sendiri!" bentak sang ayah berapi-api.
Sementara ibunya menangis, harus menanggung malu karena perbuatan anak kesayangan mereka. Aditya menggeleng, ambruk di atas sofa dengan tubuh bergetar. Ketakutan yang sempat pergi kini kembali datang merundung hatinya.
"Perempuan itu ... perempuan itu yang telah melakukannya. Dia ... dia ingin membalas dendam padaku. Dia mendatangiku setiap malam, mengancam akan membunuhku. Hidupku tidak tenang, aku selalu dihantui rasa bersalah. Dia ... dia Merlia ... aku bersalah. Aku bersalah padanya ...." racau Aditya meringkuk di atas sofa.
Tangis sang ibu terhenti karena melihat tingkah aneh anaknya. Begitu pula laki-laki paruh baya itu, kemarahannya berganti rasa bingung menyaksikan Aditya yang mengalami halusinasi.
"Merlia?" ulang sang ayah dengan perasaan bingung.
"Jangan sebut nama itu! Jangan memanggilnya! Dia akan datang, dia akan datang. Dia mengancam akan membunuhku!" Aditya terus meracau tak jelas, semakin membuat kedua orang tuanya kebingungan.
"Siapa itu Merlia?" bisik sang ibu pada suaminya.
Laki-laki paruh baya itu menggelengkan kepala, menghela napas dan meminta istrinya untuk membawa Aditya ke kamar. Ia memanggil orang kepercayaannya untuk mencari tahu tentang siapa Merlia yang membuat anaknya mengalami trauma.
"Temukan hari ini juga, aku ingin mengetahui apa yang telah terjadi terhadap anakku," titahnya tegas.
"Merlia? Siapa sebenarnya dia? Kenapa Aditya begitu takut mendengar namanya saja?" Ia bertanya pada diri sendiri. Menatap langit-langit ruang tamu, membayangkan seorang gadis genit yang telah menyakiti hati anaknya.
Ting!
Sebuah pesan masuk ke ponselnya, pesan dari nomor asing yang tak dikenal. Sebuah pesan video yang ragu untuk dibuka, tapi penasaran.
Ya, Viona di sana. Meretas ponselnya dan mengirim video kejadian malam itu. Di mana Aditya menjadi salah satu pelaku pelecehan terhadap Merlia. Perlahan-lahan, dibukanya pesan tersebut.
Deg!
Adegan seorang gadis diseret adalah hal pertama yang dilihatnya. Ia belum melihat aksi bejat anaknya sehingga masih merasakan bingung dengan motif si pelaku yang mengirimkan pesan tersebut kepadanya. Sampai pada adegan bejat itu, wajah Aditya barulah muncul dan nama Merlia disebut di sana. Gadis itulah yang bernama Merlia.
Gadis yang tak terlihat wajahnya, yang menjadi korban kebejatan sang anak. Ia geram, emosi yang sudah menurun kembali memuncak.
"Pantas saja dia sering meracau, ternyata itu ulahnya sendiri. Anak sialan! Kau menghancurkan orang tua dan karirmu sendiri!" geramnya sembari meremas ponsel di tangan.
Serahkan anakmu ke polisi dan akui kesalahannya di muka umum, jika tak ingin video ini tersebar di media sosial sama seperti video-video anakmu yang lain. Dia telah menghancurkan hidupku, dia telah menghancurkan masa depanku. Bajingan!
Pesan itu masuk mengiringi pesan video tadi. Buru-buru ia menekan dial, tapi tak tersambung. Nomor asing itu sudah tidak aktif dan tak bisa dilacak lagi.
"Sial! Apa yang harus aku lakukan?" Ia gusar, memikirkan cara untuk dapat menyelesaikan masalah itu.
Dia memerintahkan orang-orangnya untuk menghapus video-video Aditya dari semua media sosial, tapi tak bisa. Video-video itu terus bertebaran semakin banyak saat mereka sudah berhasil menghapusnya. Hal tersebut membuat laki-laki itu frustasi.
Seseorang masuk dengan tergesa, wajahnya panik. Ia datang ke hadapan ayahnya Aditya.
"Ada banyak wartawan di luar sana, Pak. Mereka meminta Aditya untuk mengklarifikasi berita yang viral itu," ucapnya memberitahu ayah Aditya dengan napas tersengal.
Ia mendekat ke jendela, menyibak tirai dan melihat banyaknya pemburu berita di luar gerbang rumahnya.
"Jangan biarkan mereka masuk!" katanya seraya pergi menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamar anaknya berada. Bertepatan dengan sang istri yang keluar setelah menenangkan Aditya.
"Bagaimana anak itu?" tanyanya menahan geram.
"Dia menolak didekati, terus meracau tak jelas. Entah sebenarnya apa yang sedang terjadi padanya? Siapa itu Merlia?" ucap sang istri tak habis pikir.
"Sudahlah. Di luar banyak wartawan yang menunggu Aditya. Jangan sampai anak itu keluar," katanya diangguki dengan pasti oleh istrinya.
Sementara di kamar, Aditya sedang duduk meringkuk di atas ranjang. Menutupi tubuhnya yang bergetar dengan selimut. Matanya yang merah bergerak awas ke segala arah seolah-olah ada sesuatu yang patut untuk diwaspadai.
"Jangan mendekat! Jangan mendekat! Maafkan aku. Maafkan aku," racaunya pelan dan bergetar.
Tiba-tiba angin kencang berhembus menerbangkan tirai di kamarnya. Tanda kedatangan Merlia yang meneror dirinya. Suara tangisan yang lirih pun mulai terdengar di segala penjuru kamar.
Aditya menutup telinganya rapat-rapat tak ingin mendengar, tapi tetap saja masih terdengar dengan jelas.
"Kenapa kau masih bisa menikmati hidup? Kenapa kau masih baik-baik saja di rumah? Sementara aku harus menanggung malu untuk seumur hidupku. Aku kehilangan masa depanku, apa yang harus aku lakukan? Kau jahat! Kau bajingan! Kau pantas mati!" ucap suara tanpa wujud semakin membuat Aditya bergetar ketakutan.
"Tidak! Jangan bunuh aku, jangan bunuh aku. Maafkan aku, Merlia. Maafkan aku. Aku berjanji padamu akan menyerahkan diri ke polisi. Ya, aku berjanji padamu, tapi tolong berhenti meneror ku," ucap Aditya sambil berderai air mata.
Beberapa saat kemudian, sesosok tubuh muncul di jendela. Aditya semakin ketakutan. Dia adalah Viona, yang melangkah pelan mendekati ranjang. Viona menyeringai seram, terus berjalan pelan tanpa berkedip menatap Aditya yang sedang meringkuk ketakutan.
"Pergi! Jangan mendekat! Pergi!" teriak Aditya terdengar hingga keluar kamar.
Ibunya hendak menghampiri, tapi dicegah oleh sang ayah. Ia menggelengkan kepala dan meminta sang istri untuk tetap bersamanya karena ia pikir Aditya sedang berhalusinasi akibat perbuatannya.
****
Viona merangkak naik ke atas ranjang, tak mengindahkan jeritan Aditya yang memintanya untuk pergi.
"Bukankah kau suka saat Merlia tersiksa oleh perbuatanmu?" ucap Viona berbisik di telinga Aditya.
"Tidak! Siapa kau?" tanyanya gusar.
Viona menepuk-nepuk pipi Aditya dengan pelan.
"Aku Viona Amarita. Orang-orang mengenalku sebagai agen Vi yang menghukum tanpa pandang bulu. Aku tidak pernah berbelas kasih terhadap siapapun yang akan aku hukum. Kau sudah menghancurkan hidup anakku. Merlia! Nama yang akan selalu kau ingat bahkan sampai kau mati!" ungkap Viona dengan nada pelan berdesis.
Aditya membelalak, degup jantungnya memburu tak terkendali. Siapa yang tak mengenal nama besar agen Vi. Agen handal yang menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah.
"Tidak! Ampuni aku, maafkan aku. Aku benar-benar menyesal. Aku tidak tahu jika Merlia adalah anakmu. Tolong, ampuni aku!" mohon Aditya.
"Oh, apa kau memberi permohonan itu kepada anakku saat dia meratap dan menangis? Tidak!"
Viona bergerak, mencari kejantanan Aditya dan meremasnya dengan kuat.
"Argh!" Aditya menjerit kesakitan, suaranya yang menggema hingga keluar lagi-lagi tak digubris orang tuanya.
"Kau sudah menghancurkan masa depan anakku. Kau sudah membuatnya menanggung malu untuk seumur hidup. Kau pun harus mengalami hal yang sama, hiduplah dalam kecacatan. Untuk seumur hidupmu kau tidak akan pernah memiliki keturunan!" ucap Viona semakin keras mencengkeram benda itu.
Aditya kembali menjerit, suaranya terdengar hingga pada kumpulan para wartawan. Viona benar-benar menghancurkan kejantanannya. Ia menyeringai, tertawa kecil melihat Aditya yang lemas tak berdaya.
"Selamat menikmati hukuman mu. Jika aku jadi kau, aku akan lebih memilih melompat dari jendela itu dari pada harus menanggung malu untuk seumur hidupku!" ucap Viona seraya beranjak dari atas tubuh Aditya dan turun dari ranjang.
Ia menarik tubuh remaja itu, memaksanya untuk turun. Dalam keadaan lemas, Aditya memohon agar Viona melepaskannya. Hal itu tidak pernah terjadi. Viona menarik rambut Aditya, menyeretnya hingga mendekati jendela. Memaksa Aditya untuk berdiri tegak.
Keributan pun terjadi, para wartawan mengarahkan kamera mereka pada lantai dua rumah itu. Di mana Aditya sedang berdiri di balkon dengan ketakutan. Beberapa detik kemudian, ia terjun bebas dari balkon dan mendarat di atas kolam ikan. Kepalanya terbentur batu cukup keras hingga pecah. Darah merembes keluar memenuhi kolam. Aditya mati di bawah tatapan tajam Viona.
Tanpa diketahui siapapun, Viona pergi dari rumah tersebut.
"Aditya!" Jeritan sang ibu membuat Viona merasa puas. Seperti itulah dirinya ketika mendapati Merlia yang telah dilecehkan.
kyknya Peni yg terakhir.. buat jackpot bapaknya.. si mantan Viona..!! 👻👻👻