Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beligian Malinois
"Apakah kau yang sudah membunuh kak Daven?" Asyh bertanya dengan mengumpulkan segala keberaniannya
Wajah Mr. As menjadi merah padam di balik topengnya.
Ia menekan pinggang Asyh agar semakin menempel kepadanya.
"Jangan pernah sebut nama pria lain dengan bibir indahmu ini!" Mr. As menekan setiap perkataannya.
"Kenapa kau harus membunuhnya? Aku rasa dia bahkan tidak mengenalmu." Asyh menolak rasa takutnya dan kembali bertanya.
"Sudah aku bilang jangan pernah menyebut dan bertanya tentang pria lain!" Mr. As mencengkram kuat dagu Asyh.
"Dia tidak salah apapun! Kenapa kau tega membunuh seseorang yang tidak bersalah kepadamu?" Asyh masih saja bertanya meski ia menahan sakit oada dagu hingga pipinya.
"Baik jika kau ingin tahu. Dia sudah berani mencoba menyentuhmu dan ingin menciummu. Maka dari itu dia harus binasa!" Mr. As menjawab sambil mengelus bibir mungil Asyh dengan jempolnya.
"Untuk apa kau harus membunuhnya hanya karena itu?" Asyh meninggikan suaranya.
Mr. As tersenyum meremehkan.
"Karena kau adalah milikku Asyh Xaezalista, kau milikku!" Mr. As juga meninggikan suaranya membuat Asyh memejamkan matanya.
Asyh berusaha melepaskan tangan Mr. As dari pinggangnya, namun kekuatannya masih kalah kuat.
"Jangan pernah menolakku!" Mr. As mengancam.
Mr. As yang sudah terbakar amarah pun nekat melepaskan topengnya.
"Sir Arlen? Kau? Em.."
Arlen langsung mengunci bibir Asyh dengan bibirnya.
"Em...le..pas.." Asyh memukul-mukul dada bidang Arlen namun Arlen justru semakin bergairah mengeksplor ke dalam mulut Asyh.
"Argh.." Arlen mengerang kesakitan saat Asyh memilih menggigit bibirnya dengan sangat kuat, bahkan tangan Arlen yang sedari tadi menahan tubuh Asyh pun terlepas begitu saja.
"KAU GILA ARLEN! KAU IBLIS!" Asyh membentak dan langsung berlari tanpa tahu kemana arah tujuannya.
"LARILAH! AKU INGIN LIHAT SEJAUH MANA KAU AKAN LARI DARI PULAU TAK BERPENGHUNI INI! HAHAHA.." Arlen juga beteriak disertai tawa menggelegar.
Arlen dibutakan oleh amarahnya tanpa memikirkan keselamatan Asyh.
Dengan santai ia berjalan masuk ke dalam kastil satu-satunya yang ada di pulau itu.
"Gadis bodoh! Untuk apa menangisi pria cabul seperti itu?" Arlen bergumam kesal sambil menenggak sebotol minuman keras langsung dari botolnya.
•••••••••••••
"PRIA GILA! JAHANAM! TIDAK PUNYA HATI! SIALAN! IBLIS!" Kata-kata umpatan terus keluar dari bibir Asyh sementara kakinya terus berlari hingga masuk ke dalam hutan.
"Ergghhh..krrrr.."
Asyh mendengar suara seperti erangan hewan buas.
Asyh memutuskan untuk berhenti berlari.
"Suara apa itu tadi? Aku dimana lagi ini?" Asyh bergumam sambil menghapus air matanya dan berputar pelan melihat sekelilingnya.
"Hutan? Kenapa bisa aku lari sampai ke hutan?" Asyh kembali bermonolog sendiri.
Asyh menarik cardigannya karena seketika ia merasa dingin dan mencekam.
"Bagaimana aku keluar dari sini?" Asyh kembali melangkah dengan pelan untuk mencari jalan keluar.
"Erghhhh...Krrrhhh.."
Asyh kembali mendengar suara erangan hewan buas.
"Si siapa disana? Jangan coba-coba menakutiku!" Asyh semakin erat mendekap tubuhnya sendiri.
"Erghhhh..arghhhh..."
Suara erangan hewan buas itu semakin terdengar jelas, bahkan sepertinya ramai.
Asyh mulai waspada dan semakin takut.
"Aahhhh..." Asyh menjerit kaget saat melihat ada lima ekor anjing jenis belgian malinois berukuran jumbo di depannya.
Anjing-anjing itu sepertinya sedang kelaparan. Ait liur mereka menetes deras dari mulut mereka, sangat menjijikkan.
"Tuhan, apa lagi ini?" Asyh mencoba menghindari ke-lima anjing itu.
"Aerrgghhh..erghhhh.." Kelima hewan berkaki empat itu semakin mendekati Asyh yang semakin menghindar.
Mereka bahkan mengendus dan menjilati kaki Asyh.
Dengan sekuat tenaga Asyh bangkit berdiri dan secepat kilat Asyh berlari meski ia tidak yakin akan selamat.
"Jangan sekarang Tuhan! Jangan seperti ini! Nenek masih membutuhkanku!" Asyh membatin dan terus berlari sementara ke-lima anjing buas itu ikut mengejar Asyh.
"Auurgghh..ourggghhh.." Ke-lima anjing buas itu melolong bergantian seolah senang karena sebentar lagi akan mendapatkan santapan lezat.
Asyh terus berlari tanpa ujung. Semakin ia berlari, semakin masuk ke dalam hutan lebat dan mencekam dengan deretan pepohonan yang menjulang tinggi.
"Siapapun tolong aku! Aku mohon!" Asyh meminta dalam hatinya sesekali menghapus air matanya karena membuatnya susah melihat jalan gelap di depannya.
BUKKK
Asyh menabrak sebuah pohon besar di depannya hingga ia terpental cukup kuat dan jatuh terjerembab.
Kesadaran Asyh mulai berkurang karena hantaman keras di kepalanya.
Asyh bahkan bisa merasakan ada cairan hangat mengalir dari atas keningnya.
"Tuhan, jika memang ini akhirnya, jaga nenekku! Hapus ingatannya tentang diriku agar ia tidak perlu terus menunggu keoulanganku." Asyh berdoa di dalam hati sementara matanya perlahan tapi pasti mulai terpejam.
"Arrghhh.....ourghhhh...." Ke-lima anjing buas itu kini tepat berada di hadapan Asyh yang sudah tidak sadarkan diri dan mengerang seolah bahagia.
"Hakhhkhhh.." Satu anjing menggigit pergelangan kaki Asyh dengan kasar dan hendak menyeret Asyh pergi.
BUKKKK BUKKK
Arlen tiba-tiba datang dan menendang ke-lima anjing buas itu.
Secepat mungkin Arlen memainkan sebuah alat musik okarina dengan melodi khusus dan membuat ke-lima anjing buas itu mundur perlahan dan langsung berlari meninggalkan Arlen.
"Asyh, kau tidak apa-apa?" Arlen menepuk pelan pipi Asyh.
Sayangnya Asyh tidak menjawab apapun karena memang ia sudah pingsan.
"Bodoh! Kau bodoh Arlen!" Arlen memaki dirinya sendiri.
Arlen melihat kepala dan kaki Asyh mengeluarkan darah segar.
Tanpa ingin menunggu lebih lama, Arlen segera menggendong Asyh masuk ke dalam mobil offroad nya dan mendudukkan Asyh dengan berhati-hati.
Arlen segera mengendarai mobil offroad nya dengan lihai dan kembali ke kastilnya.
Hanya butuh waktu lima belas menit, Arlen kini sampai di kastilnya.
Dengan sigap, Arlen menggendong Asyh turun dari mobilnya dan masuk ke dalam kastilnya langsung menuju ke kamarnya.
Arlen membaringkan Asyh dengan berhati-hati.
Tanpa menunggu dan perasaan tidak nyaman, Arlen langsung membuka celana panjang yang dikenakan Asyh karena memang sudah sobek akibat gigitan anjing tadi.
"Shit!" Arlen mengumpat kasar saat melihat kaki jenjang yang begitu indah terpampang jelas di depannya.
Arlen menggeleng untuk mengusir pikiran kotornya.
Ia kemudian mengambil baskom kecil berisi air hangat lalu membersihkan bekas darah di wajah Asyh dan juga kaki Asyh.
Setelah itu, tidak lupa ia membersihkan luka Asyh dengan Alkohol khusus kemudian mengobati luka dikepala dan kaki Asyh dengan telaten.
Setelah selesai, ia melilitkan perban di kaki Asyh dan juga di kepala Asyh.
Setelah semuanya selesai, Arlen mengambil sehelai celana hotpants dari dalam lemari dan memakaikannya kepada Asyh.
Arlen memang sudah menyiapkan semuanya sebelum membawa Asyh ke pulau pribadinya, rencana ingin menikmati waktu berdua dengan Asyh malah justru membuat Asyh terluka karena kebodohannya.
"Nenek..maafin Asyh.." Asyh mengigau dalam keadaan tak sadar.
Arlen meraih tangan Asyh dan menggenggamnya erat.
"Maafkan aku sudah membuatmu ketakutan dan terluka. Aku mohon, cukup menurut padaku dan semuanya akan baik-baik saja." Arlen bergumam pelan dan terus mencium tangan Asyh yang berada di dalam genggamannya.
"Nenek.." Asyh masih saja mengigau.
"Apa aku harus mencari dan membawa neneknya ke sini? Apa dengan begitu, dia bisa tersentuh dan mau membuka hatinya untukku?" Arlen membatin bingung.
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel