Sweet Alexsandra, seorang gadis yang memiliki sifat dingin. Ia dipaksa untuk menikahi seorang lelaki kejam demi keuntungan bisnis orang tuanya. Perusahaan lelaki itu begitu sulit ditaklukkan. Sehingga gadis itu digunakan sebagai alat. Sweet harus rela melepaskan segala mimpinya. Menjadi seorang istri dari lelaki yang sama sekali tidak menganggap dirinya ada. Lelaki yang selalu menganggapnya sebagai pecinta harta.
Hidup tanpa cinta sudah menjadi hal lumrah baginya. Mungkinkah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Seharusnya Sweet tahu bahwa dirinya diambang kehancuran. Tentu saja, karena hidupnya kini berada dalam tangan lelaki kejam. Gadis itu besar dalam lingkungan yang keras, kini hidupnya akan terus dikelilingi kekerasan yang nyata. Ingin rasanya ia menjerit dan berlari sejauh mungkin. Semua itu percuma, ia tak dapat lepas dari belenggu yang terus mengikatnya. Menjalani hidup dengan ikhlas merupakan pilihannya. Ia tak akan mengeluh atau pun protes. Tuhan akan selalu ada untuknya.
"Mom, Dad. Hari ini kalian ikut sarapan?" tanya Sweet setelah terdiam sebentar. Ia merasa heran pada kedua orang tuanya. Biasanya pagi-pagi buta rumah sudah sepi. Namun, kali ini sedikit berbeda.
"Yes, Sweety. Duduklah," sahut Charlote menarik kursi untuk Sweet.
"Thank you, Mom." Ucapnya seraya duduk. Ia membalik piring dan mulai menuangkan salad kesukaannya. Sweet memang tidak terlalu menyukai makanan Jerman. Ia sangat merindukan masakan ibunya di kampung. Bahkan tak jarang Lyla membuatkan sarapan khas Indonesia seperti nasi goreng dan sambal balado.
"Sweety, Alex meminta kamu untuk pindah ke rumahnya. Daddy menyetujui itu," ujar Jeremy seusai sarapan.
Sweet sedikit terkejut. Ia menarik napas panjang dan menyapu bibirnya dengan tisu. Lalu matanya coklatnya bergerak untuk menatap Jeremy.
"Apa aku bisa menolak, Dad?" tanya Sweet begitu santai.
"Tidak. Mommy akan membantu kamu bersiap," kata Jeremy tersenyum tipis.
"Thank you, Dad. Aku harus pergi, ada sedikit urusan." Sweet bangun dari duduknya. Ia pun langsung pergi meninggalkan mansion.
"Lihat putrimu, dia sama sepertimu."
"Dia juga putrimu, meski bukan darah daging kita. Dia lebih mirip denganmu," balas Charlote tersenyum manja.
"Tentu, kita yang membesarkanya. Tidak salah jika dia mirip denganku," lanjut Jeremy dengan bangga. Lalu keduanya kembali melanjutkan aktifitas masing-masing.
Dengan perasaan kacau, Sweet memauski gedung mewah milik Alex. Setiap dinding dipenuhi dengan lukisan-lukisan abstrak. Bahkan, Sweet sendiri tidak mengerti dengan arti lukisan yang tak beraturan itu. Kaki jenjangnya memasuki lift. Ia menekan tombol untuk naik ke lantai paling atas. Ruangan khusus sang pemilik perusahaan.
Sesampainya di gedung teratas. Sweet berjalan menuju sebuah ruangan. Sebelum ia dihentikan oleh seorang wanita berapakaian seksi. "Maaf, Nona. Anda tidak boleh masuk."
Sweet menatap wanita itu dengan tatapan tajam. Lalu ia tak menggubris larangan itu.
"Nona, tolong hentikan. Tuan sedang rapat," seru wanita itu terus menahan langkah Sweet.
"Ada apa, Jenny?" tanya seorang lelaki bertubuh kekar. Siapa lagi jika bukan Josh.
"Oh, Nyonya Muda. Ada keperluan apa Anda kemari?" tanya Josh. Sontak wanita bernama Jenny itu terkejut, karena mendengar panggilan Josh pada Sweet.
"Dimana bosmu? Aku ingin betemu?" tanya Sweet datar. Kakinya kembali melangkah. Membuka pintu ruangan sang pemilik perusahaan. Alexsander Digantara.
"Nyonya ...." ucapan Josh terpotong karena Sweet sudah terlebih dahulu masuk. Lelaki itu pun tak berani untuk masuk. Karena ia tak mendapat izin dari Alex.
Mata coklat nan indah itu menusuk tajam pada lelaki yang tegah duduk bersama seorang wanita.
"Keluarlah, kita akan melanjutkannya nanti." Alex menyuruh wanita itu pergi. Tanpa banyak kata, wanita itu pun berlalu. Namun, saat melewati Sweet. Dengan sengaja ia menyenggol bahu gadis itu. Sweet sangat terkejut dengan sikap wanita itu.
Siapa wanita itu? Huh, sudah pasti kekasihnya.
"Duduklah," titah Alex pada Sweet. Namun, wanita itu tampak acuh. Ia merogoh tas miliknya. Mengeluarkan sesuatu dari sana.
Plak!
Sweet melempar kasar buku nikah mereka di atas meja.
"Pernikahan ini tidak sah! Aku seorang muslim, perlu wali yang sah untuk menikah. Seorang muslim punya aturan dalam menikah, bukan sekedar tanda tangan di atas kertas." Ujar Sweet penuh penekanan.
Alex tersenyum mendengarnya. Ia bangun dari duduknya. Menghampiri Sweet yang tengah dirasuki amarah.
"Aku tahu itu, apa pun alasannya. Kau tetap istriku yang sah dimata hukum."
Sweet mengepalkan kedua tangannya. Alex tersenyum senang melihat wajah kesal Sweet.
"Aku ...."
"Istriku, pagi sekali kau sudah menemui suamimu. Apa kau sudah tahu tugas seorang istri?" Dengan sengaja Alex memotong ucapan Sweet.
Dada gadis itu naik turun. Menahan emosi dalam dirinya.
"Aku bukan istrimu," kali ini Sweet melembutkan suaranya.
"Josh, bawa keluar Nyonya Muda. Aku sibuk hari ini," titah Alex pada Josh yang sejak tadi menunggu di depan pintu. Lelaki itu langsung masuk dan menghampiri Sweet.
"Mari, Nyonya." Josh menuntun Sweet untuk keluar. Gadis itu tak lagi bereaksi.
"Tunggu!" Seru Alex yang berhasil menghentikan langkah keduanya.
"Meski kau mendapat gelar Nyonya Digantara. Tetap ingat posisimu, tak lebih dari mainanku. Kapan saja aku bisa membuangmu," ujar Alex tersenyum getir.
Sweet yang mendengar itu langsung bergegas pergi dengan tatapan kosong.
"Aku bisa sendiri," ucap Sweet menepis tangan Josh dari lengannya. Lelaki itu sedikit membungkuk untuk meminta maaf.
"Katakan padanya, aku tidak pernah menginginkan posisi ini." Sweet langsung bergegas pergi. Meninggalkan Josh yang masih berdiri di tempatnya.
Sepertinya Nyonya tak seperti yang Tuan pikirkan. Sudahlah, ini bukan urusanku. Batin Josh.
Di perjalanan pulang, Sweet tempak merenung. Dia terus memikirkan semua hal tenang lelaki yang saat ini sudah menjadi suaminya. Bahkan pernikahannya tidak pasti. Ini bukanlah keinginannya. Sweet selalu bermimpi bisa mendapatkan lelaki yang mencintainya sepenuh hati. Lelaki yang akan membawanya jauh dari belenggu. Bebas meraup udara segar di mana pun dan kapan pun. Namun semua itu sirna. Mimpi tetaplah mimpi, sebatas bunga tidur yang sulit untuk disentuh.