Season kedua dari My Baby CEO
Menjadi ayah adalah hal membahagiakan. Hingga seorang ayah berusaha menjadi ayah yang sempurna untuk keluarga.
Namun, siapa sangka jika segala ujian menanti untuk mencapai sebuah kesempurnaan menjadi seorang ayah.
Bryan dan Shea yang harus mengurus baby Al-anak dari Regan dan Selly, harus membagi kasih sayang antara baby El dan baby Al.
Regan yang berusaha menjadi sempurna untuk istri dan anaknya, harus terjebak dalam kehidupan Bryan dan Shea karena anaknya.
"Jika dulu aku memiliki masa lalu yang baik, aku tidak akan setakut ini kehilangan dirimu," ucap Bryan melihat kedekatan antara istrinya dan kakak iparnya.
cover by Milda
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Baca kelanjutannya di
My Perfect Daddy
Up setiap hari
Jam 12 WIB
Jangan lupa mampir juga Instagram dan facebook untuk mendapatkan info-info.
Instagram: Myafa16
FB : Myafa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga bayi laki-laki
Sudah tiga hari ini Shea memompa air susu untuk baby Al. Dia meminta Bryan untuk mengantarnya setiap pagi sebelum suaminya itu pergi ke kantor. Mama Melisa juga sudah memberitahu jika Regan dan kedua orang tuanya tidak keberatan jika baby Al di rawat oleh Bryan dan Shea. Lagipula baby Al membutuhkan air susu dan dia bisa mendapatkannya dari Shea.
Saat semua orang sudah tidak keberatan, pagi ini Bryan pergi untuk menjemput baby Al ke rumah sakit. Dia tidak mengajak Shea karena berpikir, tidak baik terlalu sering membawa El ke Rumah sakit. Namun, jika meninggalkan El di rumah, Shea juga tidak bisa. Ibu baru itu memang tidak pernah bisa jauh dari anaknya.
Sampai di Rumah sakit, Bryan menuju ke ruang ICU terlebih dahulu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan Regan. Rencananya baby Al akan diantar oleh kedua nenek dan kakeknya, yaitu, Melisa, Daniel. Lana dan Andrew.
"Kamu sudah datang," ucap Melisa pada Bryan seraya menautkan pipinya.
"Iya, tadi aku harus menemani El untuk berjemur terlebih dahulu." Bryan tak pernah melepas kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan anaknya itu. Setiap moment menjadi sangat berharga baginya.
Melisa mengangguk. Melihat anaknya menjadi seorang ayah yang begitu menyayangi anaknya, dia merasakan bangga. Anak laki-laki yang sesukanya sendiri itu, sekarang berubah saat sebuah tanggung jawab diembannya. "Rencananya sedikit berubah, yang akan mengantar Regan dan kedua orang tuanya," ucapnya.
"Oh ... ya sudah."
"Tapi Bu Lana dan Pak Andrew belum datang."
Mendengar ucapan mamanya, Bryan melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Jam menunjukan jam delapan, dan Bryan merasa mungkin dirinya akan ke kantor sebelum jam makan siang.
Selang beberapa saat Lana dan Andrew Maxton datang. Bersama dengan Regan, dia langsung mengajak baby Al untuk ke rumah Bryan dan Shea. Mengendari mobil Regan, Lana mengendong cucunya itu. Sepanjang jalan, Lana memperhatikan cucunya itu. Sebenarnya dia ingin merawatnya, tapi mengingat Shea bisa memberikan susu secara langsung, dia memilih untuk mengalah. Lagipula dia masih bisa datang untuk memantau cucunya.
Sampai di rumah Bryan dan Shea. Lana membawa baby Al dalam gendongannya turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Karena baby Al tertidur, Shea meminta untuk Lana mengantarkan sampai ke kamar bayi.
Kamar bayi yang sudah dirombak oleh Bryan dan Shea itu, kini terdapat dua ranjang bayi. Sesuai permintaan Regan, Bryan dan Shea memindahkan ranjang bayi dari rumah kakaknya itu ke rumah mereka. Kebetulan sebelum melahirkan Shea dan Selly membeli beberapa barang yang sama, jadi sekarang kamar bayi tampak seperti milik dua bayi kembar.
Lana meletakan baby Al di ranjang tepat di samping baby El. Dua bayi kembar itu kini sedang sama-sama tidur bersebelahan. Lana merasa senang melihat dua bayi yang asik tertidur. Tubuh mereka yang hampir sama dan paras wajah yang hampir mirip membuat mereka seperti bayi kembar. Mungkin karena Bryan dan Selly saudara, kedua bayi mereka mempunyai sedikit kemiripan.
"Terima kasih kamu sudah mau merawat anak Regan dan Selly, Se." Lana merasa beruntung Shea begitu baik mau merawat cucunya.
"Jangan seperti itu, Bi."
"Panggil saja mama, seperti kamu memanggil mama Melisa."
Shea merasa tidak enak, tapi karena itu permintaan dari Lana, dia menerima. "Iya, Ma. Mama tidak perlu khawatir, aku dan Bryan akan menjaga Al seperti anak kami." Shea tersenyum, menenangkan ibu mertua kakak iparnya itu.
Memastikan dua bayi aman, Shea dan Lana bergabung dengan Bryan, Regan dan Andrew yang berada di ruang keluarga. Bryan, Regan dan Andrew sudah tahu jika dua jagoan sedang tidur. CCTV yang dipasang Bryan di kamar dan monitor yang berada di ruang keluarga sudah menunjukan kegiatan di kamar bayi.
"Aku mau mengucapkan terima kasih kamu beberapa hari sudah mengirim susu untuk Al," ucap Regan.
Shea tahu kalimat itu ditujukan untuknya. "Jangan berterima kasih seperti itu, Kak." Dia merasa belum pantas mendapatkan ucapan terima kasih karena belum melakukan apa-apa.
Regan mengangguk. "Sebagai daddy-nya aku menitipkan Al pada kalian." Kalimat yang sungguh berat yang harus diucapkan oleh Regan. Dia seolah tidak ada pilihan selain menitipkan pada Bryan dan Shea. Setiap pagi dirinya harus tetap bekerja dan malam harinya dia menjaga Selly, sehingga dia tidak akan punya waktu untuk baby Al.
"Kakak tidak perlu khawatir. Kakak fokus saja pada kak Selly," ucap Bryan.
"Terima kasih, Bry."
"Sama-sama, Kak."
Setelah Regan dan kedua orang tuanya menitipkan baby Al, mereka kembali ke Rumah sakit. Bryan pun juga berpamitan dengan Shea untuk kembali ke kantor. Di sela-sela kegiatan barunya menjaga anak-anak, Bryan harus mengerjakan pekerjaan yang menumpuk dan kembali pada tanggung jawabnya.
Sebagai seorang kepala keluarga Bryan punya kewajiban untuk menjamin anak dan istrinya aman secara materi.
Terkadang klasik, jika materi bukanlah segalanya. Namun, sebagai orang tua dia berkewajiban menjamin anaknya mendapat pendidikan sesuai dengan kemampuannya dan kebutuhan istrinya terpenuhi.
Bersama Shea, hidupnya benar-benar lebih teratur. Uang yang dulu hanya dihambur-hamburkan, kini sudah lebih banyak disimpan. Kadang sifat hematnya Shea benar-benar membuat Bryan kewalahan. Namun, dia sadar bagi istrinya hidup sewajarnya saja.
'Jika kamu mendapatkan lebih banyak hari ini, jangan kamu habiskan semua hari ini, karena esok belum tentu kamu mendapatkannya sebanyak itu,' begitulah petikan kalimat yang keluar dari mulut manis yang sudah jadi candu bagi Bryan itu.
Sampai di kantor Bryan masuk ke dalam ruangannya. Namun, dia depan ruangannya dia bertemu dengan Felix.
"Kamu sudah datang?" tanya Felix yang melihat Bryan baru saja akan masuk ke ruangannya.
"Iya." Tangan Bryan meraih handle pintu dan membukanya.
"Kebetulan, ada beberapa berkas yang harus kamu tanda tangani." Felix mengambil berkas yang berada di atas mejanya.
Bryan yang masuk ke dalam ruangannya langsung mendudukkan tubuhnya dia atas kursinya. Bersamaan dengan itu, Felix yang mengikutinya Bryan ke dalam ruangan, ikut duduk tepat di hadapan Bryan.
"Anak kak Regan dan kak Selly sudah di rumahmu?" tanya Felix seraya meletakkan berkas di atas meja.
"Sudah."
"Wah ... pasti rumahmu akan semakin ramai dengan dua jagoan."
"Sepertinya begitu." Bryan meraih berkas yang diberikan Felix dan mengecek berkas.
"Apa kamu tidak akan kewalahan mengurus dua anak, apa kamu tidak memakai babysister?"
Bryan menghela napas. Dia memang merasa takut dengan beratnya mengurus dua anak. Namun, dia ingat yang diucapkan Shea. "Shea bilang 'anak-anak masih kecil, jadi tidak akan merepotkan. Jika nanti aku sudah kewalahan aku akan mengatakannya padamu'," Bryan menirukan ucapan Shea saat dia menawari babysitter
"Istrimu itu memang unik. Dia punya suami yang bisa membayar sepuluh babysitter tapi dia tidak mau."
"Shea bilang ...."
"Cukup-cukup, dari tadi aku dengar hanya ucapan Shea saja, apa dirimu tidak punya jawaban sediri."
"Apa kamu tahu, semenjak punya anak, dia benar-benar cerewet. Aturan di rumah semakin ketat. Aku tidak bisa menciumnya di sembarang tempat."
Felix tertawa mendengar keluahan ayah baru itu. "Dirimu saja yang tidak tahu tempat!"
Bryan mendengus kesal mendengar ucapan Felix. Dia pikir akan mendapat dukungan dari temannya itu.
"Aku akan membayangkan susahnya kamu menjamah Shea dengan segala aturan Shea."
Bryan bergidik ngeri membayangkan akan hal itu. Namun, bukan dirinya jika tidak bisa mencari kesempatan dalam kesempitan.
"Oh ya, lusa akan ada pertemuan dengan pihak Davis. Jangan membatalkan lagi!"
Sejak kakaknya sakit, Bryan memang membatalkan jadwal bertemu dengan pihak Davis Company. "Iya, aku ushakan untuk tidak membatalkan lagi."
***
Sesampainya di rumah Bryan langsung berlalu ke kamar mandi. Suara berisik Shea yang protes karena suaminya dari luar dan banyak virus, harus diterima Bryan dengan lapang dada.
Selesai mandi, Bryan langsung menyusul dua jagoannya yang sedang asik di atas tempat tidur. Namun, selesai mandi dia mendapati dua jagoan itu sudah tidur.
Bryan hanya bisa memandangi dua bayi yang begitu mengemaskan itu. Karena gemas Bryan mendaratkan kecupan. Satu kecupan mendarat di pipi baby El. Dia sudah tidak sabar mendaratkan satu kecupan lagi pada baby Al. Namun, sebelum kecupan mendarat di pipi baby Al, baby El sudah menangis.
Seketika tangis baby El menangis membuat saudaranya di sebelahnya menangis. Baby Al pun ikut menangis. Suara saling sahut menyahut terdengar sangat merdu mengisi kamar Bryan.
Shea yang mendengar kedua bayi menangis, keluar dari kamar mandi. Dia yang tadi meminta Bryan untuk menjaga anak-anak justru mendapati kedua bayi itu menangis. "Kamu apakan mereka?" Shea yang mengurungkan niatnya mandi, akhirnya menghampiri Bryan dan anak-anak.
"Aku hanya menciumnya." Wajah polos Bryan tampak tidak bersalah saat membuat dua bayi mungil itu menangis.
"Gendong Al, biar aku gendong El!" Shea mengangkat lembut tubuh El, sedangkan Bryan mengangkat tubuh Al.
Cukup lama membuat mereka berdua tenang kembali, sampai akhirnya dua bayi itu tertidur kembali, dan Bryan dan Shea secara bersamaan meletakkan kembali bayi-bayi di atas tempat tidur.
"Aku akan mandi, jangan ganggu mereka!" Shea memberikan peringatan penuh pada Bryan.
Bryan hanya bisa tersenyum, karena tahu jika tadi adalah kesalahannya. "Iya."
Shea kembali pada niatnya untuk mandi. Meninggalkan Bryan dengan dua bayi, Shea kembali ke kamar mandi.
Sebagai ibu, tidak ada istilah menikmati mandi. Dia hanya perlu memastikan tubuhnya bersih dan menyelesaikan dengan cepat. Setelah selesai dengan cepat, dia keluar dari kamar mandi. Namun, pemandangan indah dia lihat saat keluar. Bryan yang lelah seharian bekerja tertidur di samping dua bayi Al dan El. "Sepertinya aku punya tiga bayi laki-laki," gumamnya tersenyum.
.
.
.
.
...Info ya, buat yang menang komentar terbaik yaitu....
...Call me rara...
...Leni Marta...
...Kalian bisa gabung grup ya...
...Masih ada juga 3 orang yang belum info nomer telepon buat yang vote....
...Aku tunggu sampai Minggu 27 Desember ya, kalau ga ada kabar aku anggap hangus....
...Jangan lupa like, koment dan vote...
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼
🙏🏼
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼
🙏🏼☕
suami gue banget 🤣🤣🤣🤣🤣
untuk 2daddy✌🏼
ada adegan action nya Thor 🌹😂
Ceritanya sprti nyata mereka bersama2 berjuang menjadi pribadi yg lbh baik lg, benar2 kolaborasi pasangan yg tulus mengasihi & mencintai dgn cara mereka sndiri.