Aurel Apriliani seorang adalah seorang guru olahraga yang disegani, karena ia tegas dan baik hati ia sudah banyak mengikuti lomba olahraga seperti taekwondo dan karate.
Tetapi ia malah meninggal hanya terpeleset karena meninjak kulit pisang dan kepalanya terbentur di beton.
Bukannya ke surga atau ke neraka setelah meninggal tapi malah masuk kedalam tubuh gadis lemah yang di tindas oleh keluarganya sendiri. Tahun 90an yang kekurangan makanan dan didesa terpencil pula
Gadis itu akan di nikahkan dengan anak kepala desa yang cacat, untuk menggantikan sepupunya karena tidak mau menikah dengan pria cacat tersebut.
Tanpa sengaja Aurel mendapatkan keberuntungan yaitu ruang angkasa dari gelang yang di pakai gadis itu juga gelangnya yang ada di dunianya dulu.
Bagaimana aurel menghadapi kehidupan nya ditahun 90an yang kurang makanan dan hidup didesa terpencil
***
Kisah ini hanya fiktif belaka, tidak sesuai dengan sejarah, kehidupan dalam cerita ini hanya berlatar belakang didalam didesa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasmine Oke, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Aurel melawan
Lina sudah mulai gusar, lalu ia menemui suaminya di kebun singkongnya.
Saat sampai di ladang, langsung menemuiku suaminya, membicarakan masalah Aurel kepadanya.
"Abang, anak itu belum pulang apa di kabur dari rumah" kata lina kepada suaminya.
"Tidak mungkin kabur, kemana dia akan pergi rumah itu adalah rumahnya" kata Anton untuk menenangkan Lina supaya tidak menarik perhatian orang lainnya.
"Lalu kemana dia kenapa belum balik, kalau beneran dia kabur bagaimana dengan pernikahan siska, aku tidak mau anak ku menikahi orang cacat" kata lina lagi.
"Tadi aku dengar dari si Atun, Aurel pergi ke gunung bersama adiknya, kamu tunggu saja di rumah, kalau tidak kamu bantu aku membersihkan ladang" kata Anton lagi.
"Tidak, biarkan saja anak itu membersihkannya besok aku kembali ke rumah, menunggunya" kata lina lagi.
"Kamu yakin masih menyuruhnya bekerja di ladang, sebelum dia menerima pernikahan ini" kata Antoni lalu ia melihat lina apa pendapatan nya.
"Ya udah deh, aku tunggu saja selama tiga hari ini" kata Lina lagi.
Lina kembali kerumah untuk menunggu Aurel, dia tidak sabar lagi untuk menyampaikan masalah pernikahan ini kepadanya.
Tidak terasa hari sudah memasuki sore, Aurel sampai di rumah sambil membawa kayu bakar dengan ikat yang besar juga keranjang punggung sudah penuh dengan ubi singkong dan ubi jalar liar.
"Baru ingat pulang, kemana saja kamu seharian ini sengaja menghindari pekerja di rumah" kata bibi lina dengan marah saat melihat aurel masuk di pintu belakang dan menaruh kayu bakar.
"Tentu saja kami kerja bukan bermain seperti anak-anak bibi yang lainnya" kata Aurel santai dia bukan Aurel dulu hanya diam saja saat dimarahi ditindas tidak bisa melawan, sekarang dia berbeda bisa melawan dan menjawab.
"Berani kamu membantah perkataan orang tua" kata lina tambah marah, juga kaget dengan perubahan Aurel yang bisa menjawab perkataan nya.
"Kenapa aku tidak berani, selama ini aku bekerja dirumah ku sendiri seperti pembantu supaya paman ku memberi kami makan, tapi apa aku sudah bekerja tapi tidak dapat makanan" kata Aurel dengan tegas dengan wajah dingin kepada bibi lina
"Sekarang aku mencari kayu bakar ke gunung juga ubi untuk kalian makan, kamu masih memarahi ku, apa kamu masih punya hati" kata Aurel lagi dengan dingin, membuat bibi lina terkejut juga takut melihat perubahan Aurel.
"Selama ini aku selalu menuruti kemauan kalian, karena aku ingin melihat apakah kalian memiliki hati baik sedikit saja kepada kami, nyatanya tidak, mulai sekarang aku tidak menuruti kemauan mu lagi" kata Aurel lagi dengan marah membuat bibi lina takut, dia orangnya berani menindas yang lemah takut pada yang kuat.
Kebetulan siska juga pulang melihat kejadian itu,dan langsung menghampiri ibunya.
"Aurel kenapa kamu memarahi ibuku, dia itu orang tua kita kenapa kamu seperti ini" kata siska lembut untuk menjalankan rencananya, iya juga terkejut melihat perubahan Aurel berani memarahi ibu.
"Dia bukan orang tua ku tapi orang tuamu, aku capek seharian mencari kayu bakar, jangan panggil aku untuk masak malam ini, jika tidak aku akan mengadu kepala desa untuk mengusir kalian di rumahku" kata Aurel langsung masuk kedalam kamarnya.
"Masuk lah kami yang masak, maafkan ibu dia hanya kesal karena kamu tidak pamitan saat pergi tadi, biar aku yang berbicara sama ibuku" kata siska lagi.
"Ibu apa yang ibu lakukan, bagaimana kalau rencana kita gagal" kata siska kepada ibunya.
"Aku hanya kesal saja, seharian menunggunya dirumah tapi dia tidak pulang, dan sekarang baru pulang, siapa yang tidak marah, aku hanya menegurnya dia malah marah-marah padaku" kata lina kepada siska.
"Pokoknya ibu tahan emosi ibu selama tiga hari ini, sebelum dia menerima perjodohan ini, bagaimana kalau dia benar-benar mengusir kita dari rumah ini" kata siska lagi.
" Dia berani, rumah ini sudah menjadi milikku tidak ada yang boleh mengusirku dari rumahku" kata lina dengan marah.
"Sabar bu, tahan emosimu, itu hanya sebentar lagi, kita akan mendapatkan rumah ini juga aku bebas dari pria cacat itu" kata siska sambil mengusap-usap punggung ibunya.
"Iya, demi kebahagiaan mu aku harus sabar" kata Lina lalu ia pergi ke dapur untuk memasak dengan kesal, dan mengambil ubi yang di bawa Aurel dari gunung dan merebusnya.
Sedangkan siska pergi ke kamar Aurel untuk mengambil hatinya.
"Aurel boleh kakak masuk, ada sesuatu yang ingin kakak bicarakan" kata siska lembut dibalik pintu kamar Aurel.
"Masuk lah, tidak di kunci" kata Aurel dari dalam, lalu siska masuk, baru kali ini dia masuk ke kamar ini kecil tidak seluas kamarnya tidak terlihat rapi.
"Aurel maafkan ibu ya, bagaimanapun dia yang membesarkan mu juga adikmu, kakak sudah berbicara dengan ibu dia sudah tidak marah lagi" kata siska lembut ia juga duduk tempat tidur Aurel.
"Kamarmu rapi ya, walaupun kecil cocok untukmu" kata siska lagi sambil memperhatikan kamar Aurel.
"Iya, aku merapikannya kalau tidak dimana aku harus tidur kamarku yang asli kakak ambil" ucap Aurel santai, siska hanya menahan amarahnya sambil tersenyum.
"Waktu itu kamu sendiri tidak masalah, kalau kakak tinggal disana, kenapa sekarang kamu ungkit lagi" kata siska menahan amarah.
"Waktu itu aku memberikan supaya bibi memberikan kamar untuk adikku, ternyata tidak, sekarang adik ku ia tinggal di gudang kamarnya malah ambil oleh Joni, juga mau sekamar dengan Bram" kata Aurel santai sambil tersenyum.
"Padahal rumah ini punya orang tua kami, tapi kenapa kami seperti penumpang sedangkan kalian seperti pemilik rumah" kata Aurel lagi membuat siska tersudut yang sedang menahan amarahnya.
"Maaf kami ya, nanti aku berbicara sama ibu supaya Bram kembali ke kamarnya, dan aku juga mengembalikan kamarmu" kata siska sambil tersenyum kaku dia sudah menahan amarahnya.
"Tidak perlu kak aku sudah terbiasa di kamar ini, kamu kan baik kamu ambil saja kamar itu, nanti Bram tidur di kamarku saja dia masih kecil tidak apa-apa tidur dengan ku" ucap Aurel lagi sambil tersenyum.
"Oh ya kak ada apa kamu datang kesini, biasanya kamu tidak pernah datang kesini" kata Aurel kembali, membuat siska tersudut lagi.
"Kakak hanya minta tolong padamu, tapi sepertinya kamu juga tidak akan mau, aku juga tidak memaksamu, bukan kakak tidak sayang padamu tapi kakak juga kesulitan sekarang" kata siska dengan wajah sedih, dia mencubit dirinya sendiri lalu air matanya menetes kebetulan Aurel melihat saat dia mencubit dirinya, Aurel hanya tersenyum saat melihat tindakan Siska
.
.
.