Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Put...ayo ikut ke bazar, om nggak punya teman untuk ngobrol" seru om Sony si satu malam.
"Jauh om?" tanya ku.
"Yah lumayan sih" sahut om Sony.
"Sekarang om?" mendengar pertanyaan ku om Sony malah tertawa.
"Ha ha ha. Tahun depan Put...ya sekarang lah, masa iya tahun depan" jawab om Sony dengan tawa yang renyah.
Aku pun cengar cengir sembari menggaruk kepala yang tak gatal.
"Yuk buruan siap-siap, nanti kemalaman" serunya.
Aku pun gegas berdandan ala-ala remaja cuma pake bedak viva sudah cukup.
Kami berangkat perlahan menggunakan motor milik om Sony.
Ternyata tempat nya nggak begitu jauh hanya menempuh perjalanan 30 menit.
Sesampainya di Bazar. Aku kaya orang bod*h, yah memang aku bawa uang jajan siapa tau aku haus, tapi sayang nya aku nggak berani ngeluarin uang ku buat jajan, rasanya aku malu.
Tapi di sisi lain om Sony juga tak punya niat untuk sekedar membelikan pop ice, hadeeeuuh...piye to iki?..
Setelah puas mengelilingi Bazar, yah cuma keliling doang. Kami pun pulang. Belum jauh dari Bazar hujan pun turun dengan begitu lebat.
Om Sony menghentikan motor nya di sebuah penginapan sederhana. Kalo di tempat kami nama nya Losmen.
"Put...kita nginap aja dulu di sini ya, hujan nya lebat banget, nggak mungkin kita nekat, sedangkan kita cuma pakai motor" seru om Sony, aku pun mengiyakan.
"Tapi kamar nya 2 kan om?" tanyaku was-was.
"Oh iya kamar nya 2 nanti kamu di bawah om di atas" sahut om Sony, aku pun mengangguk.
Om Sony pun masuk untuk pesan kamar. Setelah pesan kamar om Sony memanggilku.
"Put..ayo masuk...ini kunci nya masuk lah di kamar yang pojok itu" ucap om Sony sembari memberikan kunci.
Aku mengangguk, dan kulirik om Sony tengah membayar kamar.
Aku berlalu masuk kamar yang di maksud, dan segera ku tutup pintu tak lupa aku mengunci nya.
Tok tok tok, suara ketukan pintu, aku tak merasa curiga sama sekali.
Ku buka pintu, dan masuk lah om Sony.
"Loh om..ada yang tertinggal?" tanya ku mulai was-was..
"Ah enggak om pingin di sini saja" lirih nya.
Aku segera naik ke tempat tidur. Eits bukan siap untuk tempur ya, tapi aku menyiapkan sandiwara, agar om Sony tak berbuat macam-macam padaku.
Dengan jaket dan celana jeans aku merasa aman.
Aku meringkuk di atas tempat tidur, dengan posisi memeluk erat tubuhku sendiri, yang mungkin om Sony tak kan bisa menyentuh daerah sensitif ku.
Perlahan om Sony naik ketempat tidur, tangan nya meraba lenganku yang masih terbungkus jaket jeans.
Tak ada kekerasan atau pun paksaan dari om Sony, namun sebisa mungkin aku tak sampai lengah. Walau begitu usaha om Sony untuk mendapatkan yang ia mau tak berhenti begitu saja.
Om Sony terus mencari cela untuk merabaku. Hingga akhir nya aku sudah tak mendengar suara hujan lagi.
Ku beranikan turun dari tempat tidur. Aku berdiri di deoan jendela kaca untuk melihat situasi di luar.
"Om sudah tak hujan sebaik nya kita pulang nanti kita kemalaman" ucapku penuh kepolosan. Nama nya juga masih 16 tahun.
Tak banyak bicara om Sony mengiyakan untuk pulang. Mungkin kecewa, tapi aku nggak perduli yang penting aku selamat.
Di perjalanan, om Sony tak menunjukan rasa marah atau kecewa, tangan nya meraih tangan ku, ia arah kan untuk memeluk nya dari belakang.
Tentu saja tangan ku tak muat memeluk tubuhnya.
Dengan badan tinggi besar dan perut yang buncit, sedangkan aku tubuhku mungil, tinggi ku hanya 150cm sedangkan bobotku hanya 45 kg.
Tangan ku yang memeluk perutnya sering merosot. Aku tak berfikir macam-macam tentang itu, aku hanya merasa di bonceng seorang bapak.
"Put..." seru nya.
"hmmm..?" sahutku.
"Besok jangan keramas ya" ucap om Sony.
"Emang ngapain aku keramas om, lah wong tadi sore aku baru keramas" sahutku dengan polosnya.
"Ya siapa tau kamu besok keramas, habis lah nanti kita di kira macam-macam malam ini" ucap om Sony.
Jujur aku nggak ngerti apa maksud om Sony. Tapi ya sudah aku iyain aja deh.
Tiba-tiba om Sony menghentikan motor nya di depan sebuah warung makan, aku di ajak makan.
Aku pikir om Sony pelit ternyata baik juga, buktinya aku di traktir makan. Hehe..
"Bener ya Put besoj jangan keramas" kata om Sony.
Aku mengangguk sembari menikmati makanan ku.
Setelah selesai makan om Sony kembali menghidupkan motor nya. Ia berbelok dan menyeberang jalan. Lah kok ternyata tempat kami makan cuma berseberangan sam tempatku kerja.
Sampai di kamarku aku segera merebahkan tubuh ku rasanya kenyang dan sangat mengantuk. Ku pejamkan mataku hingga subuh menjelang.
Aku yang saat di rumah tak pernah ibadah mendadak saat kerja jadi rajin ibadah, puasa sunah senin dan kamis pun tak ketinggalan.
Setelah shalat subuh, seperti biasa aku di sibukan dengan aktifitasku memasak dan membersihkan rumah.
Saat sedang istirahat sejenak sembari menunggu kang sayur, aku teringat pada pria yang nembak aku tempo lalu.
"Semalam bahkan aku tak di rumah, apa mungkin ia mencariku?" gumam ku.
"Eh Putri...ngelamun saja..kemarin ada yanh nyari" seru pak de orang kepercayaan om Sony.
"Siapa pak de?" tanyaku.
"Biasa si Agus, kata nya udah seminggu lebih nggak ketemu kamu. Dia bilang rindu" sahut pak de.
"Halah males ah pak de, kayanya dia nggak serius ngajak pacaran doang" ucapku sembari memanyunkan bibirku.
"Kenapa?...apa ada yang baru?" tanya pak de.
"Ah enggak kok pak de, aku malas aja, kalo cuma pacaran nggak ada ujung nya" sahutku sembari berdiri, karna kang sayur sudah datang aku pun memilih sayuran dan juga lauk untuk menu makan hari ini.
Kadang aku berhutang pada kang sayur, kalo om Sony belum kasih uang belanja. Tapi aku tetap bisa belanja sepuasnya.
Setelah selesai berbelanja aku segera mengolah sayur dan lauk yang aku beli. Aneh aku yang tak pernah masak menu makanan lain selain telur ceplok. Mendadak bisa masak berbagai menu. Yah...walaupun kadang masakan ku bikin jadi penunggu WC.
...****************...
BERSAMBUNG