Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.
Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"
"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.
"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.
"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.
Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. 3
"Bagaimana kalau kamu memberi aku waktu, untuk untuk membuktikannya." ucap Juna, sambil mengakat 3 jarinya, membuat Laras bingung. "Beri aku waktu 3 bulan."
"3 bulan, untuk apa?"
"Untuk merubah hatimu, setelah itu kamu bisa memilih untuk berteman saja, atau mau ikut ke pengajuan nikah kantor denganku."
"Kenapa harus 3 bulan, bukan 3 tahun," canda Laras, untuk mengurangi rasa aneh yang menyusup ke hatinya.
"Karena kalau 3 tahun kelamaan, sekarang usiaku saja sudah 31 tahun lebih, dan kamu 3 bulan lagi usiamu genap 31 tahun. Jadi aku mau minta jawaban saat ulang tahunmu nanti."
"Orang itu dimana-mana yang ulang tahun, yang minta hadiah bukan malah di mintain hadiah berupa jawaban. Lagian kok kamu tahu, ulang tahunku tanggal berapa, tahu.dari mana?" heran Laras. Juna, Laras dan Sherly, memiliki usia yang tidak jauh berbeda, meski Juna masuk sekolah satu tahun lebih dulu daripada Sherly dan Laras. Sherly lahir terlebih dahulu, sebulan kemudian lahirlah Juna dan setelah Juna 5 bulan kemudian baru Laras.
Juna tidak menjawab dan hanya tersenyum, sebelum akhirnya mengalihkan pembicaraan. "Kamu mau pulang naik apa?"
"Aku bawa motor lamaku, kenapa emang?"
"Bagaimana kalau aku antar kamu pulang menggunakan mobil, dan motormu taruh disini aja, karena suara gluduknya begitu kencang, seperti akan turun hujan."
"Baru suaranya yang terdengar, belum turun ini hujannya, siapa tahu jalan yang aku lewati tidak turun hujan." tolak Laras, yang sengaja menghindar dari Juna.
"Aku sebenarnya juga tidak ingin mengantarkanmu pulang,sih." ujar Juna, membuat Laras langsung melotot kearah Juna.
"Lalu untuk apa nawarin aku mau anter pulang segala, dasar gak jelas," ucap kesal Laras di dalam hatinya.
"Aku mau anterin kamu, karena kebetulan aku juga ada perlu dengan papamu." ucap Juna sambil menahan tawa, melihat kekesalan yang nampak terlihat jelas di wajahnya Laras.
"Ohhh," ucap Laras sambil berjalan keluar di ikuti Juna yang jalan tertatih. Seolah alam sedang berpihak pada Juna, karena tidak lama kemudian terdengar suara hujan turun.
"Tuuh, suara hujan turun. Mau tetap di rumah menunggu reda, yang kemungkinan reda besok pagi atau nanti tengah malam, atau mau aku anter pulang."
"Bagaimana kalau aku pulang sendiri pakai mobilmu aja, besok aku ke sini buat tukeran kendaraan setelah pulang kerja."
"Sudah ayo aku anterin pulang sudah pukul 9 malam, semakin lama berbicara semakin malam kamu pulangnya." ucap Juna yang langsung merangkul bahu Laras, berjalan kearah garasi mobil.
Juna membuka pintu mobil sport punyanya, dan menutup kembali pintu mobil setelah Laras duduk dengan aman. Juna berlari kecil memutar, membuat Laras mengerutkan keningnya.
"Bukannya tadi dia jalannya tertatih ya, kok itu malah buat lari. Apa itu tidak sakit lukanya," pikir Laras, tapi saat Juna masuk ke dalam mobil Laras tidak melihat tanda-tanda Juna menahan rasa sakit, membuat Laras bernafas lega.
"Ini mobil siapa?" tanya Laras.
"Mobil papa atas nama papa, aku ini hanya seorang tentara bergaji kecil mana mampu membeli mobil sebagus ini. Makanya aku mau nikah sama kamu yang berprofesi sebagai dokter spesialisasi bedah, yang otomatis memiliki penghasilan yang lebih besar dari pada aku seorang tentara."
Laras terkekeh kecil mendengar perkataan Juna. "Tapi mobil ini sepertinya bukan selera om Haidar, ya."
"Kenapa kamu bisa berpikir begitu?"
"Bukan gaya om Haidar, dengan mobil yang hanya menampung 2 penumpang."
Juna tertawa kecil mendengar ucapan Laras, karena emang papa Juna lebih suka tipe mobil besar seperti Pajero atau Jeep.
"Aku yang pilih, papa yang bayar dan atas nama papa." ujar Juna.
"Pasti om Haidar membelikan buat kamu, tapi kamu gak mau karena sebagai abdi negara mobil ini terlalu mewah, makanya kamu menggunakan nama om Haidar."
Juna tertawa dan mengangguk. "Ternyata diam-diam kamu sangat memahami dan mengenal kepribadianku ya, Ras. Emang tidak salah, kalau aku milih kamu sebagai pendamping hidupku.'
"Ehh, apa hubungannya. Gak ada, ya." protes Laras cepat, malah membuat tawa Juna pecah. Padahal yang di katakan Juna benar adanya, baik Juna maupun Laras sebenarnya saling memahami kepribadian masing-masing tanpa mereka sadari.
Hujan lebat yang rata mengguyur ibu kota membuat jalanan ibu kota di genangi air, dan mengakibatkan kemacetan di beberapa titik, yang mengakibatkan perjalanan yang harusnya di tempuh cuma satu jam menjadi 2 jam. Meski begitu, waktu 2 jam terasa begitu cepat berlalu buat mereka yang keasyikan ngobrol, selayaknya pasangan yang sedang saling mengenal dari hati ke hati.
Setelah sampai di rumah dinas Rio, ternyata Juna malah langsung pulang padahal tadi Juna bilang ada perlu dengan Rio, yang ternyata hanya modus Juna untuk mengantarkan Laras pulang. Semua nampak jelas, ketika keesokan paginya Juna datang untuk menjemput Laras dan ketemu Rio, sikap Juna biasa saja tidak mencerminkan ada keperluan dengan Rio.
"Semalam kamu membohongi aku, ya?" tanya Laras saat sudah ada di dalam perjalanan menuju rumah sakit.
"Yang mana," ujar Juna, Pura-pura lupa.
"Yang bilang ada perlu dengan papa?"
"Ohhh, aku sengaja supaya bisa mengantarkan kamu pulang, dan menghabiskan waktu bersama kamu lebih lama. Karena 3 hari lagi aku sudah mulai dinas, jadi aku ingin memanfaatkan waktuku yang cuma 3 bulan ini, untuk menunjukkan perhatianku padamu itu nyata."
"Sejak kapan mulutmu bisa bicara manis pada perempuan, aku dengar biasanya bicara seperlunya aja, Jun." kata Laras, mengingat beberapa gosip tentang sikap Juna kepada perempuan.
"Sejak dekat dengan kamu, ini mulut suka bicara yang manis."
"Gombal kamu, Jun. Aku bukan Abg," canda Laras.
"Aku buktikan, dengan ngajak kamu ke pengajuan kamu masih ragu, ya aku cuma menujukan dengan cara sederhana ini. Jadi ijinkan aku menjadi sopir pribadimu, selama aku bisa." ujar Juna, membuat Laras terkekeh kecil yang kemudian mengangguk pelan.
Mang enaaaak... sukuriiiin, auto blacklist...
tetep semangat Larassss...