Alvaro Neo Sandler adalah pria kaya raya yang memiliki kerajaan bisnis di dalam negri maupun di luar negri, saat ini Alvaro sudah berusia 28 tahu.
Dulu Alvaro menikah di usia 18 tahun setelah lulus SMA, saat itu ia menikah karena di jodohkan oleh orang tuanya karena balas budi.
tapi pernikahan itu tidak tahan lama karena Alvaro mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Kedua orang tuanya meninggal sedangkan ia lumpuh dan di nyatakan mandul.
disaat terpuruk sang istri justru menghina dirinya yang cacat serta mandul, lalu memberi surat perceraian.
Tiara Puspa, gadis cantik dan juga baik hati yang baru saja menginjak usia 17 tahun dan duduk di kelas tiga SMA. Tiara adalah anak yatim piatu, kedua orang tuanya sudah meninggal tujuh tahun lalu akibat kecelakaan.
Ia di jadikan pembantu di rumahnya sendiri oleh dan Tante yang menumpang hidup padanya. hingga hampir di jual karena akan di jadikan alat pembayar hutang.
ingin tau kisah keduanya ayo mulai mengikuti kisah mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Dua Cahaya Kecil
Matahari pagi menyinari jendela ruang rawat inap, menebarkan sinar keemasan yang lembut.
Di dalam ruangan itu, suasana jauh berbeda dari dua hari lalu. Tiara kini telah pulih sepenuhnya dari operasi caesar, dan kedua bayinya telah keluar dari inkubator.
Mereka sudah boleh menyusu langsung kepada ibunya—sebuah keajaiban kecil yang membuat setiap napas terasa lebih bermakna.
Tiara duduk di ranjang dengan bantal di belakang punggungnya. Di pangkuannya, bayi perempuan mereka tidur dengan damai setelah menyusu.
Di pelukan Alvaro, sang bayi laki-laki menggeliat pelan, seolah ingin mendengarkan suara ayahnya lebih dekat.
“Dia kayak kamu kalau baru bangun pagi, Sayang,” ucap Tiara sambil tersenyum menatap Alvaro yang mendongak ke bayi laki-lakinya.
Alvaro tertawa pelan. “Berarti tampan dan pemalas ya?”
Tiara mencubit lengan suaminya, lalu mencium kepala bayi perempuannya. “Yang ini cerewet, tapi lembut. Kayak aku waktu kecil.”
“Waktu kecil? Kamu sekarang juga masih cerewet kok,” goda Alvaro.
Keduanya tertawa. Momen itu begitu sederhana, tapi terasa seperti momen paling berharga yang pernah mereka miliki.
Pintu ruangan diketuk pelan. Mama Nara masuk membawa dua pakaian bayi dari butik langganannya. Papa Neo dan Candra menyusul di belakang.
“Duh... cucu-cucu Mama makin gemuk aja,” kata mama Nara dengan mata berbinar.
“Sudah dikasih nama belum?” tanya papa Neo sambil mengambil tempat duduk.
Tiara dan Alvaro saling pandang, lalu Alvaro angkat suara.
“Kami sempat diskusi tadi pagi. Kami sepakat… bayi perempuan kami akan bernama Arsela Nara Putri Alvaro. Arsela berarti cahaya. Karena dia cahaya yang datang dari Tiara.”
Tiara menambahkan, “Dan bayi laki-laki akan bernama Aryasatya Neo Putra Alvaro. Aryasatya artinya kebajikan dan kejujuran. Dan ‘Neo’ kami ambil sebagai penghormatan untuk Papa.”
Wajah papa Neo langsung berubah. Ia menunduk, menyembunyikan air matanya.
“Wah... Papa dan mama nggak nyangka kalian kasih nama itu…” ujar papa dan mama penuh haru
“Papa dan mama adalah sosok yang kami hormati. Kalau anak kami punya nilai hidup seperti Papa dan mama, kami akan sangat bersyukur,” ujar Alvaro.
Candra berdehem, pura-pura mengusap mata. “Berarti aku kapan nih punya nama di cucu-cucu itu?”
Alvaro tertawa. “Nanti kalau anak ketiga kembar lagi, kita pikirin, ya.”
“Eh, jangan dulu!” seru Tiara cepat. “Aku masih trauma disayat dua jam di meja operasi!”
Semua tertawa.
Beberapa hari kemudian, Tiara dan bayi kembar diperbolehkan pulang. Rumah mereka telah disulap menjadi ruang keluarga yang penuh kenyamanan untuk menyambut dua anggota baru.
Sebuah mobil khusus disiapkan. Mama Nara duduk bersama Tiara dan anak-anak di dalam mobil belakang, sementara Alvaro dan Candra mengatur logistik dan koper kecil.
Sesampainya di rumah, kejutan kecil menanti.
Candra ternyata diam-diam menyiapkan spanduk bertuliskan:
“Selamat Datang Aryasatya & Arsela– Dua Cahaya Baru dalam Keluarga Alvaro & Tiara.”
Rumah dihiasi balon-balon warna netral, dan aroma harum dari dapur menguar—hasil masakan tim dapur yang ikut bergembira menyambut dua bayi mungil.
Di ruang itu juga telah ada Tari dan Tika sedangkan Tara sedang pergi keluar kota bersama Tora dan ayahnya.
"Selamat Tiara atas kelahiran kembar, kami turut bahagia, masyaallah ganteng dan cantiknya kepanakan ku, maaf ya Tiara kami baru bisa datang, karena kami baru bisa pulang" ujar Tika dan tari
Tiara menitikkan air mata bahagia saat melihat kejutan dan juga kehadiran kedua sahabatnya. “Ini... luar biasa... Terima kasih kalian sudah datang dan terima kasih kak Candra”
“Aku cuma adik keren yang multitasking,” ujar Candra, pura-pura sombong. Dan semua tertawa bahagia.
Arsela dan Aryasatya tidur lelap di tempat tidur bayi yang berdampingan. Dua ranjang kayu berhiaskan ukiran nama mereka telah disiapkan di kamar khusus yang dicat warna hijau sage dan putih.
Malam itu, Alvaro duduk di kursi goyang, menyanyikan lagu pelan sambil menggendong Arya, sementara Tiara memeluk Arsela di tempat tidur.
“Kamu sadar nggak?” bisik Alvaro.
“Hidup kita dulu penuh luka. Tapi lihat sekarang… kita punya dua alasan untuk tidak pernah menyerah lagi.” sambung Alvaro
Tiara menatap suaminya penuh cinta. “Kita diselamatkan oleh dua makhluk kecil ini, mas Aku bersyukur setiap hari karena kamu tetap memilih aku… meski aku cuma wanita biasa yang kamu nikahi setelah badai.”
“Tiara, kamu bukan ‘cuma’. Karena Kamu satu-satunya.” ujar Alvaro penuh cinta
Arya menggeliat, lalu bersin kecil. Keduanya tertawa.
Hari-hari berikutnya dipenuhi tawa dan tangis bayi. Suara tangisan bergantian, begadang tanpa akhir, popok yang tak habis-habis, dan jadwal menyusu yang selalu berubah.
Namun, tidak satu pun dari mereka mengeluh.
Alvaro belajar mengganti popok, meski awalnya salah posisi dan kena semprot pipis si Arya. Tiara belajar menyusui sambil tiduran. Mama Nara dan papa Neo bergantian menjaga ketika Tiara harus istirahat lebih lama.
Candra bahkan menciptakan grup WhatsApp keluarga dengan nama “Tim Twin Spark” dan setiap malam mengirimkan update lucu, seperti:
“Arya hari ini BAB 3x. Arsela cemberut karena nggak diajak ngobrol Alvaro pagi tadi. Fix, jealous.”
Hari demi hari, kehidupan keluarga kecil itu mulai menemukan ritmenya.
Tiga bulan berlalu.
Pagi itu, Alvaro sedang memangku Arya yang tertidur di dadanya sambil membaca dokumen di tablet. Tiara menyusui Arsela di ruang sebelah. Mama Nara sedang menyusun jadwal imunisasi, sementara papa Neo sibuk menyiapkan bubur MPASI buatan sendiri—meskipun bayi-bayi itu belum makan padat.
“Kamu yakin mereka belum bisa makan saring, Pa?” tanya Tiara.
“Latihan dulu. Nih, kamu cium aroma buburnya. Enak nggak?” Papa Neo bercanda.
Tiba-tiba, Candra masuk sambil membawa bingkisan dari kantor.
“Bos! Selamat! Nama anak-anak kalian trending di internal newsletter kantor! Semua staf ngucapin selamat!”
Alvaro melotot. “Kamu masukin ke newsletter?!”
“Ya iya lah! Ini momen sejarah! CEO Sandler Global Corp punya dua pewaris resmi!”
Semua tertawa.
Candra mendekat ke bayi-bayi itu. “Arsela... Arya... Kalau udah gede, jangan lupa ajak Om Candra jalan-jalan ke Eropa ya…”
Arya menoleh seolah mendengarkan, lalu bersin.
“Berarti ‘iya’,” sahut Candra percaya diri.
Hari menjelang malam. Di balkon kamar mereka, Alvaro dan Tiara duduk berdampingan sambil mengamati dua bayi mereka tidur dari monitor babycam.
“Kalau mereka besar nanti… aku harap mereka tahu bahwa mereka dilahirkan dengan cinta,” bisik Tiara.
“Mereka akan tahu. Karena kita akan tunjukkan setiap hari,” jawab Alvaro.
Tiara menyandarkan kepala di bahu Alvaro.
“Kamu tahu nggak… aku nggak takut lagi sekarang. Karena aku tahu, apapun yang terjadi, kita punya keluarga. Kita punya mereka. Dan kita punya satu sama lain.”
Alvaro mencium keningnya. “Dan selama kita saling punya, dua cahaya kecil itu akan selalu bersinar.”
Dari dalam kamar, suara tangisan bayi mulai terdengar.
Tiara bangkit pelan. “Itu suara Arsela.”
Alvaro tersenyum, lalu ikut berdiri. “Atau Arya yang pura-pura nangis biar digendong.”
Mereka berjalan berdampingan menuju kamar bayi, tangan saling menggenggam, hati penuh harapan.
bersambung