Bisakah aku memilih antara Pertarungan atau pelarian?ataukah jalan takdirku sudah harus memilih pelarian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jmath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 MEET
Suasana kampusku begitu sepi pagi ini, mungkin hanya sedikit yang datang ke kampus sepagi ini, beberapa diantaranya adalah mahasiswa semester akhir yang mendatangi ruang dosen untuk bimbingan skripsi mereka. Kulirik jam di ponsel ku yang ternyata baru menunjukkan pukul 06.30 pagi. Ternyata aku berangkat dari kostan ku terlalu pagi sekali, Padahal aku mengendarai motorku dengan sangat pelan di Jalanan. Tapi tetap saja berakhir sendiri an dikampus.
Tiba diparkiran, aku memutuskan memarkirkan motorku disamping salah satu pohon besar yang terletak disana. Baru ada sekitar tiga motor yang terparkir disini. Biasanya dijam-jam mulai padat motor-motor akan memadati parkiran kampus ini. Kuputuskan untuk langsung menuju kelasku saja dari pada menunggu temanku yang lain diparkiran yang sepi ini.
Aku berjalan seorang diri dan melewati berbagai kelas dan kantor-kantor dikampusku. Kampusku memiliki empat gedung tempat perkuliahan. Satu gedung digunakan sebagai gedung utama untuk mengelola administrasi dan kantor untuk para peninggi kampus, Dekan, Ketua jurusan dan beberapa dosen disana. Ternyata kampusku sangat besar. Maklumlah karena dari dulu aku bersekolah di pulau Valentia berbeda dengan kampusku yang terletak di perkotaan seperti Dublin ini.
Kampus tempat perkuliahanku ada di gedung B sebelah selatan dari gedung Utama.Cukup berjalan sekitar 500m dari gedung utama. Disana digunakan untuk perkuliahan jurusan manajemen Bisnis dan Akuntansi. Jurusan yang banyak diminati disini. Kelas tempat perkuliahanku ada dilantai tiga gedung ini. Untuk mencapai kesana, aku bisa menggunakan tangga ataupun lift yang disediakan pihak kampus. Aku memilih menaiki tangga agar pagi ini aku mengeluarkan keringat dan sekalian berolahraga. Akhirnya aku tiba dikelas yang sudah tertulis pada jadwal, keadaan kelas juga masih sepi. Kuputuskan untuk duduk dibarisan paling depan agar aku dapat berkonsentrasi menangkap materi dari dosenku.
Tepat pukul 07.00 banyak mahasiswa lain yang mulai berdatangan. Ada dari mereka yang menempati barisan paling depan, dan ada juga yang menempati barisan paling belakang. Biasanya yang menduduki barisan paling depan adalah para mahasiswa pintar, sedangkan dibagian belakang biasa diduduki mereka yang kuliah asal kuliah saja.
Dosenku datang tepat sepuluh menit setelah jam yang ditentukan. Biasanya ia menggunakan jam tersebut untuk mentolerir mahasiswa yang biasanya datang terlambat. Ia langsung membuka perkuliahan kami dengan disiplin. dan mulai mengecek kehadiran kami satu persatu-satu. Ada beberapa mahasiswa yang absen hari ini. Dosen perkuliahan ini membuat peraturan jika kami para mahasiswa terdapat absen tiga kali selama perkuliahan tanpa keterangan maka nilai kami akan terancam tidak keluar. dosenku ini sangat tegas dalam aturannya.
Hingga suara pintu berderit, kulihat ada sekitar tiga anak yang terlambat. Mereka berjalan dengan menundukkan kepalanya. Terdapat satu mahasiswa dan dua mahasiswi. Ketiganya langsung menghadap ke arah dosenku dan meminta keringanan hati untuk memaafkan mereka yang terlambat masuk.
"maafkan kami pak, tolong ijinkan kami mengikuti perkuliahan Bapak. Kami berjanji tidak akan mengulangi Nya" ucap salah satu dari mahasiswi tersebut.
Kemudian mahasiswi yang satunya masih dengan ekspresi yang sama, tidak menghiraukan dan takut akan aturan dosen tersebut. Ia mengernyitkan Dahi dan memalingkan wajah seakan dia tidak mengapa jika hari ini absen dari perkuliahan ini. Tipekal mahasiswi bandel.
"Apa alasan kalian terlambat, kalian sudah tau kan peraturan dari Bapak selama perkuliahan itu apa?". Tanya dosenku.
"Kami kesiangan pak". Jawab salah satu dari mahasiswi itu.
"sekali lagi kami minta maaf yah pak, kami berjanji ini yang terakhir" . Kali ini bukan mahasiswi tadi yang menjawab, melainkan satu mahasiswa yg menurutku aku familiar dengan wajah nya.
Ah aku inget. Bukankah laki-laki tersebut laki-laki yang kemarin pas daftar ulang merasa sok kenal denganku. Aku memalingkan wajahku. Berharap dia tidak mengenaliku.
"baiklah silahkan kalian duduk, jangan ulangi kesalahan kalian lagi?". Ucap dosenku.
"Dan kau yang berbaju biru, kau paham dengan apa yang Bapak katakan". Tanya dosenku lagi.
Mahasiswi tersebut hanya mengangguk. Wajahnya selalu tertekuk. Aku belum pernah melihat nya tersebut. "Dasar muka kuburan". Gumamku.
Hasil keputusan nya mereka dipersilahkan mengikuti perkuliahan nya. Hingga dosenku mempersilahkan mereka bertiga untuk duduk dibarisan paling depan. sayangnya hanya dibarisanku yang kursinya kosong.
"sial". Umpat ku dalam hati. Harusnya aku tidak duduk disini.
Mereka berjalan ke arah kami dan duduk mendengarkan perkuliahan dari dosenku. Aku pun demikian mencatat materi yang dirasa perlu untuk ku catat materinya. Kadang ada sesi tanya jawab yang dilakukan kami dengan dosenku.
Saat tiba-tiba laki-laki disamping ku melihatku dengan Lamat. Ia menatapku dengan intens. Ku palingkan wajahku dari nya dan aku mulai berkonsentrasi lagi mendengarkan materi yang disampaikan dosenku. Aku berusaha untuk tidak menanggapi ucapan nya yang ingin ditanggapi olehku. Berpura-pura cuek agar Dia tidak mau bersosialisasi denganku.
"kau kan laki-laki di Tu Itu bukan? bukankah kita kemarin bertemu saat daftar ulang?, Tanya nya padaku.
Aku melihat nya sekilas dan langsung berbelok arah melihat dosenku. Aku berpura-pura mencatat materi lagi. Kali ini aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak menanggapinya.
"hey, aku tau yah kau itu mengenalku, jangan berpura-pura yah". Ucapnya dengan percaya diri.
Dia pun melanjutkan percakapan yg menurut itu tidak penting. Banyak hal yang ia tanyain sebelum dia datang terlambat hari ini. Rupanya Dia tipekal laki-laki yang banyak omong, segala hal diceritakannya mulai darinia bangun Sampai Dengan ia tidur.
"kenalin dong, nama ku Ardhen Cathlin, kau bisa memanggil ku Ardhen. Siapa nama mu?" Dia pun bertanya padaku.
Aku masih diam dan hanya memperhatikan dosenku. Dia Masik asyik bercerita tentang harinya. Hingga sebuah spidol melayang dan jatuh tepat diatas kepala Ardhen.
yukkkk...bunyi spidol itu mengenai kepala Ardhen. Aku tersenyum karena tampang nya yang menurutku lucu jika dipandang.
"kau mahasiswa yang tadi terlambat kan, sekali lagi kalian berdua ngobrol, akan bapak keluarkan kalian dari kelas bapak". Tegas dosenku.
"maap pak". Jawab Ardhen cengengesan.
Akhirnya kami berdua diam sepanjang perkuliahan. Begitupun dengan mahasiswa dan mahasiswi lain. Hingga saat ku palingkan wajahku ke arah kanan, salah satu mahasiswi tadi tersenyum mengejek ke arahku. Dia menertawaiku dan mengacungkan jari tengah padaku.
'Ishhh..... siapa dia berani mengejekku. Aku sangat dongkol dengan mahasiswi itu. Tidak kenal tapi sok. Aku yakin dia termasuk mahasiswi bodoh yang kuliah disini karena dia membayar dengan uang orang tuanya yang banyak, tidak dengan kepintaran nya. Dasar tidak tau sopan santun, hobi melecehkan orang lain. Semoga saja ini terakhir aku sekelas dengan dia". Ucapku dalam hati.