NovelToon NovelToon
Empat Istri Lima Sekarat

Empat Istri Lima Sekarat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Askararia

Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.

Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.

Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

   Arda dan Ardi berjalan bersama melewati lorong kelas mereka, keduanya memang berada di kelas berbeda, namun saat jam istirahat tiba, mereka selalu bertemu dipertengahan antara kelas Arda dan Ardi. Diujung lorong panjang itu telah berdiri Danu dan dua temannya yang terkenal sangat nakal disekolah. Andre yang baru saja keluar dari kelasnya menatap tajam pada Danu yang tampak seperti preman diujung lorong itu.

  "Lihat, Danu seperti mau ngajak berantem kita aja. Ayo, kita ke kantin lain saja, malas aku berurusan sama anak itu!" Ucap Andre mencibir.

  Ardi dan Arda hanya mengangguk saja, sekilas mereka melihat Danu dan dua temannya mulai melangkah menghampiri mereka namun segera terhenti saat tiba-tiba seorang guru datang menghampiri Arda, Ardi dan Andre.

 "Ardi, Ibu mau kamu ikut Ibu sekarang!" Ucap wanita itu pada Ardi.

   Ardi menoleh pada teman dan saudara kembarnya itu, keduanya mengangkat bahu mereka sebelum akhirnya Ardi mengikuti langkah wanita yang berprofesi sebagai guru itu ke perpustakaan.

  Andre dan Arda kembali melanjutkan langkah kaki mereka meski Danu masih mengikuti dari belakang, saat tiba dibelakang lorong panjang itu, Arda segera menarik Andre dan membawanya kembali ke kelas dengan cara memanjat jendela, tentu hal ini ia lakukan agar Danu dan kedua teman nakalnya itu tak mengganggu waktu istirahat mereka.

  "Ayo lari!" Ucap Arda pada Andre sebelum Danu menyadari kalau mereka sedang mengelabuinya.

  "Ahkkk sial, kemana mereka pergi? Awas saja kalau ketemu, akan ku hajar habis mereka!" Ucap Danu emosi.

 "Tapi, kenapa kamu suka sekali mengganggu mereka? Mereka kan tidak pernah mengganggumu!" Tanya salah satu teman Danu dengan kening berkerut.

 "Aku nggak suka kalau ada orang yang lebih unggul dariku, si kembar culun itu sudah merebut Kiara dari ku!"

 "Tapi, Kiara nggak bilang kalau dia suka sama mereka!"

  "Kau tidak tahu apa-apa tentang wanita, kalau mereka bilang tidak suka, itu artinya mereka suka. Kalau mereka bilang suka, itu artinya mereka tidak suka. Ahkkk sudahlah, cepat cari mereka!" Titah Danu kesal.

   Arda dan Andre kini duduk di kursi kantin sembari menunggu Ardi yang saat ini masih berada di perpustakaan untuk membantu wali kelas mereka mengambil beberapa buku pelajaran yang baru, lalu ia membawa buku itu keruang guru.

 "Bu, ini bukunya!"

 "Iya, Ardi. Terimakasih ya!"

 "Iya, Bu. Kalau gitu Ardi pamit ya Bu!" Ucap Ardi sebelum ia meninggalkan ruang guru, ditengah perjalanan menuju kantin, ia tak sengaja bertemu dengan Danu.

  Danu berhenti tepat didepan Ardi yang terkejut akan keberadaan mereka, sebab sebelumnya Ardi mengira kalau Danu dan temannya akan pergi ke kantin lain setelah melihatnya mengikuti wali kelasnya ke perpustakaan.

 "Ardi!" Ucap Danu menyebut nama dipapan nametag lelaki muda itu.

 "Siapa diantara kalian yang sudah berani-beraninya menemui Kiara dia kafe, semalam?" Tanya Danu menampar pelan wajah Ardi beberapa kali.

  Tak ada yang berani membantu Ardi, ia melangkah mundur secara perlahan sementara Danu semakin memojokkannya.

  "Kamu tahu kenapa aku sangat marah hari ini? Itu karena Kiara menolak ku mentah-mentah karena kalian......, anak miskin yang tidak tahu diri!"

 "Kami tidak miskin!" Ucap Ardi menyela.

  Danu tertawa kecil sambil menutup mulutnya, ia memasukkan tangannya kedalam saku sambil menatap wajah Ardi dengan kapal miring ke kiri juga bibir yang menyungging tinggi. Meski ketakutan, Ardi mencoba memperhatikan sekitar namun tak ada benda yang dapat ia gunakan sebagai alat untuk menyerang Danu.

   Bhugggg

  "Aaaagghh!" Ardi meringis kesakitan saat Danu tiba-tiba melayangkan tinjunya diperut Ardi.

  "Pegangi dia!" Titah Danu pada kedua anak dibelakang Ardi.

  Kantin itu mulai ramai, Danu mengambil ancang-ancang untuk menghajar Ardi sementara kedua temannya menahan Ardi yang sedang berontak.

  Bhugg bhuggg bhugg

  Danu memukul secara acak dengan wajah merah, dengan kasar menendang Ardi yang kini tersungkur lemas tak berdaya, bibirnya pecah serta hidungnya mengeluarkan darah. Sebelum ia pingsan, ia menatap keramaian yang mengelilinginya, tak ada seorangpun yang mau menariknya dari Danu yang terus menyiksanya dengan pukulan dan tendangan gila itu.

  Sementara saat ini Andre dan Arda sedang asik melahap jajan mereka sebelum seseorang datang berlari menghampiri keduanya.

  "Ardi...." teriak orang itu membuat Andre dan Arda menoleh ke ayahnya.

 "Ardi pingsan, Danu memukulinya di kantin belakang!" Ucap orang itu dengan suara nafas memburu kencang.

   Dengan panik Arda meninggalkan Andre yang belum sempat memakan bakso berukuran besar di mulutnya, Arda berlari kencang menuju kantin belakang dimana sudah banyak siswa yang berkumpul mengelilingi Ardi dan Nadu. Arda memecah keramaian, segera mendorong Danu yang masih berusaha menendang Ardi.

  "Cepat panggil Bu Guru!" Teriak Andre yang baru datang menyusul Arda.

  Danu kesal, ia mendorong Arda kembali menjauh dari Ardi, sementara Andre yang hendak mendekati Ardi segera ditahan oleh kedua teman Danu.

  "Pukuli dia!" Titah Danu, selang beberapa detik kemudian kedua lelaki itu meninju Andre sesuai perintah Danu.

 "Tidakkkkk, hentikan ini Danu!" Ucap Arda marah, ia berdiri menatap Danu dengan tatapan tajam.

  "Kenapa dengan tatapan aneh itu? Kau mau memukulku? Hah?" Danu menyunggingkan bibirnya pada Arda.

  Seolah sedang mengejek Arda, Danu berjalan dengan gayanya yang berlebihan, sementara salah seorang siswa baru saja memanggil seorang guru bersamanya. Namun saat sebelum guru itu sampai ditempat kejadian, Danu sudah lebih dulu menusukkan ujung pulpen pada leher Arda.

  "AAAAA!" Teriak siswa-siswi disana histeris, melihat darah yang mengucur deras dari leher lelaki berseragam sekolah itu membuat mereka ketakutan.

  Danu seolah tak merasa bersalah, ia mengedipkan matanya pada kedua temannya lalu pergi begitu saja, semakin lama semakin banyak siswa yang datang mengerumuni kedua saudara kembar yang terluka itu.

"Ambulans, tolong panggil ambulans!" Teriak Andra dari dalam kerumunan, guru-guru mulai berdatangan dengan membawa tandu sebagian pertolongan pertama.

Tak lama terdengar suara sirene dihalaman sekolah, proses belajar mengajar hari itu menjadi ricuh tak terkendali, guru-guru mulai panik terutama saat darah yang keluar dari leher Arda semakin lama semakin banyak saja.

Andre berdiri dengan tangan gemetar, dirinya sedang ditanyai guru mengenai apa yang sedang terjadi beberapa waktu lalu ditempat kejadian insiden berdarah itu namun Andre tak menanggapi, air matanya terus mengalir mendapati suara dari mobil ambulans itu meraung-raung meninggalkan area sekolah menuju rumah sakit nan jauh disana. Arda dan Arda berbaring diatas tandu bersama dua orang tenaga medis yang dengan sigap mencoba menghentikan pendarahan di leher Arda dan melakukan restitusi jantung pada Ardi.

Keadaan didalam ambulans itu tampak suram dan menakutkan, sementara pelakunya duduk manis dibawah pohon dibelakang sekolah, tertawa membayangkan betapa paniknya semua orang saat melihat kedua saudara kembar itu terkapar begitu saja dengan lemahnya.

"Danu, bagaimana ini? Ada polisi yang datang. Bagaimana ini? Aku takut, Danu!"

"Aku senang sekali..... hahahaha.... aku menikmati momen ini jadi jangan menggangguku, aku senang sekali.... " ucapnya tanpa rasa bersalah, senyumnya begitu lebar seolah ia baru saja melakukan sesuatu atau sebuah prestasi besar.

"Tapi, Danu. Kamu baru saja.... "

"Kalau takut jangan ikut, kalau ikut jangan takut. Itu peraturannya, kalian berdua memang lemah. Kalau begitu kabur saja sana, temboknya dibelakang kalian!" Ujar Danu pada kedua temannya itu.

"Tidak, ini tidak benar. Ini tidak... benar!" Ucap salah seorang teman yang mulai ketakutan, kedua kaki mereka bergetar hebat sebelum akhirnya kakak kelas mereka mendapatinya bersembunyi disana.

"Pak, Buk, mereka ada disini!"

"Sial, ayo lari!"

Danu kembali memberi perintah, namun kali ini hanya dia yang berlari mengikuti titahnya, tembok tinggi dari beton itu berhasil ia loncati sedangkan kedua temannya baru saja tertangkap oleh guru dan beberapa polisi. Tak sedikitpun Danu menoleh kebelakang, ia justru tertawa kecil saat mengetahui kalau dirinya sudah terbebas dari tempat kacau itu.

1
emili19
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
Askararia: Wahhh, makasih banyak yah Kak, senang membaca komentar positifnya, saya akan terus berusaha membuat ceritanya semenarik mungkin 🥰
total 1 replies
Anrai Dela Cruz
Duh, hati rasanya meleleh.
Askararia: Terimakasih atas komentarnya ya kak, kalau kayak gini makin semangat deh nulisnya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!