Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mempertahankan Diri
Setiap masalah yang di hadapi oleh sepasang suami istri, maka korban utama adalah anak. Anak yang tidak tahu menahu tentang masalah dan ketidak cocokan lagi yang terjadi pada orang tuanya, harus menanggung resiko dan beban yang sulit ia mengerti.
Tentu saja, Aara memiliki banyak pertanyaan tentang orang tuanya yang sudah tidak lagi bersama. Terlebih, dalam waktu setahun terakhir ia hanya di urus oleh Arion dan sangat jarang bertemu dengan Claire.
Salah satu alasan mengapa Amber segera menggugat cerai mantan suaminya secepatnya adalah demi menghindari hadirnya anak di antara mereka. Ketidakcocokan sejak awal sudah Amber rasakan, maka sebelum terlahir seorang anak, ia memutuskan untuk segera berpisah. Sebelum penyesalan akan semakin memberatkannya.
"Apa Aara sangat ingin bertemu Mommy?" tanya Amber.
"Hmm." Aara mengangguk. Ia mendongak, menatap Amber penuh harap.
"Mama Amber tidak bisa berjanji. Tapi, Mama Amber akan berusaha membantu," jawab Amber.
"Yeay!" seru Aara senang. Anak itu langsung berhamburan memeluk Amber dengan wajah ceria.
Tepat sebelum jam makan malam, Arion sudah tiba di rumah. Ia langsung membersihkan diri dan melihat keadaan Aara ke kamarnya.
Saat tiba di depan pintu kamar sang anak, Arionmengintip di sela pintu yang terbuka dan mendapati Amber dan Aara sedang membaca buku bersama. Keduanya duduk bersandar di atas kasur sambil bertukar tawa.
Dalam hati, Arion merasa bahagia. Pemandangan inilah yang ia sukai, hal-hal seperti inilah yang ia inginkan.
Arion mengingat saat-saat ia masih bersama mantan istrinya. Bahkan beberapa hari setelah kelahiran Aara, Claire sudah disibukkan dengan jadwal pemotretan yang padat. Wanita itu pergi hampir setiap hari dan pulang malam, sehingga ia tidak memiliki banyak waktu untuk mengurus anak yang baru saja ia lahirkan.
Sejak bayi, Aara dirawat oleh Bibi Marry. Kepala pelayan yang sudah puluhan tahun mengabdi pada keluarga Arion itu merangkap pekerjaan sebagai pengasuh Aara sekaligus.
Sudah berulang kali Arion meminta Claire untuk berhenti dari pekerjaannya dan fokus pada putri mereka, namun Claire tidak bisa melakukannya. Karir adalah segalanya dalam hidup wanita itu, melepas karir yang telah ia bangun sejak remaja tentunya bukan hal yang mudah. Meski bersuamikan seorang pengusaha kaya, Claire tetap enggan melepas apa yang sudah melekat pada dirinya.
"Daddy!" teriakan Aara membangunkan Arion dari kilas balik masa lalunya. Aara memergoki laki-laki itu sedang mengintip, anak itu turun dari kasur dan berlari menghampiri ayahnya.
"Hai, Sayang. Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Arion. Ia memeluk Aara dan menaikkan gadis kecil itu ke gendongannya.
"Aara senang. Mama Amber membaca dongeng," jawabnya.
"Wah, bagus. Apa Aara sudah lapar?"
"Hmm." Aara mengangguk.
"Baiklah, ayo makan. Nenek pasti sudah menunggu," ajak Arion.
"Tapi, tadi Nenek marah-marah."
"Nenek marah?" tanya Arion.
"Hmm, Nenek marah ke Mama Amber," jelas Aara. Mendengar hal itu, Amber yang sedang menata buku bacaan di rak meja belajar langsung menghampiri Arion.
"Tidak, bukan begitu. Nyonya hanya menegurku," sela Amber sebelum Arion bertanya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Arion. Ia benar-benar khawatir. Arion jelas paham bagaimana sifat dan sikap ibunya.
"Aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu di khawatirkan."
"Baiklah, ayo turun dan makan bersama," ajak Arion.
"Bukankah sebaiknya aku makan setelah kalian selesai? Aku hanya tidak ingin membuat Nyonya Dayana merasa tidak nyaman."
"Selama ada aku, Mama tidak akan berani mengatakan hal-hal buruk di depanmu. Aku akan bicara padanya," jawab Arion. "Aara tidak akan mau makan jika tidak bersamamu," lanjutnya.
Amber menarik napas dalam-dalam. Ia tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah laki-laki itu.
Sesampainya di ruang makan, rupanya Dayana sudah lebih dulu tiba di sana. Wanita itu sudah duduk dengan sendok dan garpu di tangannya.
"Hei, Amber. Tolong buatkan saya perasan jeruk hangat ke dapur. Yang ini rasanya kurang enak," ucap Dayana saat melihat Amber baru saja duduk di kursinya.
"Maaf, Nyonya. Di sini saya seorang pengasuh dan saya hanya bertugas melayani Aara. Silahkan minta tolong pada pelayan di sana," jawab Amber sambil menunjuk dua pelayan yang berdiri tidak jauh dari meja makan mereka.
Mendengar hal itu, Dayana membulatkan mata lebar. Sementara Arion, ia tersenyum dan bangga dengan keberanian Amber mempertahankan prinsipnya.
...🖤🖤🖤...