Seorang dokter muda yang idealis terjebak dalam dunia mafia setelah tanpa sadar menyelamatkan nyawa seorang bos mafia yang terluka parah.
Saat hubungan mereka semakin dekat, sang dokter harus memilih antara kewajibannya atau cinta yang mulai tumbuh dalam kehidupan sang bos mafia yang selalu membawanya ke dalam bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Malam semakin larut ketika Rafael dan Liana bergegas keluar dari gedung tua yang sunyi. Langkah mereka cepat, napas tertahan, sementara bayangan-bayangan di belakang mereka terus mengejar. Suara sepatu menghantam aspal dengan ritme yang teratur, seiring dengan denyut jantung mereka yang berdegup kencang.
“Mereka menemukan kita lebih cepat dari yang kuduga,” gumam Rafael, menarik Liana ke sebuah gang sempit.
Liana mengangguk, berusaha mengatur napasnya. “Apa yang kita lakukan sekarang?” bisiknya, matanya penuh kecemasan.
Rafael melirik ke belakang. Setidaknya ada tiga pria bersenjata yang mencari mereka. Jika mereka terus berlari tanpa rencana, mereka hanya akan terpojok. Tanpa banyak berpikir, Rafael meraih tangan Liana dan menariknya ke dalam sebuah pintu kayu yang sedikit terbuka. Mereka masuk ke dalam ruangan gelap yang tampaknya merupakan gudang kosong.
“Diam,” Rafael berbisik tepat di telinga Liana, sementara tubuhnya menekan tubuh gadis itu ke dinding, menyembunyikan mereka dalam kegelapan.
Jantung Liana berpacu kencang, bukan hanya karena ketakutan, tetapi juga karena jarak mereka yang begitu dekat. Napas Rafael terasa hangat di kulitnya, membuatnya sulit berkonsentrasi. Di luar, suara langkah kaki para pengejar semakin mendekat. Liana menahan napasnya, berdoa agar mereka tidak ditemukan.
Beberapa detik terasa seperti berjam-jam. Lalu, salah satu pria berbicara, “Tidak ada siapa-siapa di sini. Mereka pasti sudah kabur ke arah lain.”
“Cari di sekitar sini! Mereka tidak mungkin jauh!” suara lain menyahut.
Suara langkah kaki mulai menjauh. Rafael tetap diam beberapa saat sebelum akhirnya menarik napas lega. “Kita harus pergi sekarang,” katanya pelan.
Ketika ia mencoba menjauh, Liana tidak sadar masih mencengkeram bajunya. Mata mereka bertemu dalam keheningan, dan di saat itu, ada sesuatu yang berubah. Rafael menatap Liana lebih lama dari yang seharusnya. Ada perasaan asing yang mulai tumbuh di dalam dirinya, sesuatu yang selama ini ia abaikan.
Liana yang juga menyadari momen itu, segera menundukkan kepala, melepaskan genggamannya perlahan. “Kita harus kembali ke tempat Luca,” katanya, mencoba mengalihkan perhatian.
Rafael mengangguk, meskipun pikirannya masih dipenuhi dengan perasaan aneh yang tidak ia pahami sepenuhnya. Mereka segera keluar dari gudang dan menyelinap di antara bayangan malam, meninggalkan bahaya yang nyaris menangkap mereka.
Sementara itu, di tempat persembunyian mereka, Luca menatap peta tua yang diberikan oleh mendiang Victor dengan penuh konsentrasi. Berjam-jam ia mencoba menguraikan kode yang terdapat di sana, hingga akhirnya ia menemukan sesuatu yang mencengangkan.
“Tidak mungkin...” gumamnya, matanya membelalak.
Saat Rafael dan Liana tiba dengan selamat, Luca segera menyambut mereka dengan ekspresi serius.
“Apa yang terjadi?” tanya Rafael.
Luca menunjuk peta yang terbuka di atas meja. “Aku akhirnya menemukan jawabannya. Peta ini bukan hanya sekadar peta biasa. Ini adalah petunjuk menuju tempat penyimpanan dokumen-dokumen rahasia Adrian. Jika kita bisa sampai ke sana lebih dulu, kita bisa menjatuhkan Adrian untuk selamanya.”
Rafael menatap peta itu dengan penuh perhatian. “Di mana lokasi tepatnya?”
Luca menelan ludah. “Sebuah bangunan tua di pusat kota. Sayangnya, itu adalah salah satu tempat yang paling dijaga ketat oleh anak buah Adrian.”
Keheningan menyelimuti ruangan. Mereka menyadari bahwa perjalanan mereka masih jauh dari selesai. Namun, kini mereka memiliki secercah harapan untuk mengalahkan musuh mereka.
Di sisi lain, Liana menatap peta itu dengan perasaan campur aduk. Ini adalah warisan terakhir dari ayahnya, sesuatu yang mungkin bisa membalas dendam atas kematiannya. Tapi apakah ia benar-benar siap untuk menghadapi kenyataan yang ada di depan mereka?
Tanpa mereka sadari, di luar sana, seseorang sedang mengawasi dari kejauhan. Sosok itu tersenyum tipis sebelum pergi dari kamar luca.