Di kehidupan sebelumnya, Qin Tian adalah seorang Kaisar Abadi, hampir mencapai puncak kultivasi. Namun, di ambang keabadian, ia dikhianati oleh murid kepercayaannya dan tewas dalam pertempuran besar.
Takdir membawanya kembali seribu tahun ke masa depan, terlahir sebagai pemuda lemah dari keluarga kecil. Dunia telah berubah—sekte-sekte lama runtuh, hukum kultivasi semakin sulit, dan para penguasa baru menguasai langit.
Namun, dengan ingatan dan pengalaman kehidupannya yang lalu, Qin Tian bersumpah untuk bangkit kembali! Ia akan mengguncang dunia dengan teknik yang telah lama hilang, membangun sekte terkuat, dan membalas dendam pada mereka yang menghancurkannya!
Saat ia mendaki kembali menuju puncak, ia menyadari bahwa musuh lamanya juga telah bereinkarnasi, dan perang antara kaum fana, iblis, dan dewa akan segera dimulai!
"Langit mungkin telah melupakanku... Tapi aku akan membuat dunia kembali berlutut!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LpC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Ujian Lapis Kedua Dimulai
Pagi di Sekte Awan Surgawi biasanya tenang, namun hari ini, suasana mendadak ramai. Para murid dari seluruh penjuru sekte berkumpul di alun-alun tengah. Bendera Sekte berkibar megah, dan di tengah alun-alun, berdiri sebuah gerbang batu besar yang bersinar dengan cahaya formasi kuno.
Itulah Gerbang Lapis Kedua, tempat dilangsungkannya Ujian Dalam untuk memasuki Wilayah Dalam Inti.
Qin Tian berdiri di antara para peserta, mengenakan jubah putih bersih yang baru, simbol bahwa ia adalah calon yang direkomendasikan langsung oleh tetua. Meski ia masih tergolong murid luar, posisinya di mata banyak orang telah berubah sejak mengalahkan Wu Kang.
Namun, di tengah kerumunan, mata-mata tajam terus mengawasinya. Beberapa dengan rasa ingin tahu, beberapa dengan niat tersembunyi.
“Jadi dia yang katanya membuat teknik sendiri dan mengalahkan Wu Kang?”
“Huh, cuma kebetulan. Lihat nanti kalau dia bertemu murid inti sungguhan.”
Desas-desus seperti itu tak berhenti mengalir. Tapi Qin Tian tetap diam. Baginya, keraguan orang lain bukanlah hal baru.
Tak lama, Tetua Luo bersama tiga tetua lainnya muncul di atas panggung batu. Salah satunya adalah Penatua Yuan, kepala penguji untuk Wilayah Dalam Inti. Ia bertubuh kurus, bermata tajam, dan berbicara dengan suara menggema.
“Ujian Lapis Kedua dimulai hari ini! Kalian semua, tak peduli dari mana asalnya—murid luar, dalam, atau bahkan yang direkomendasikan pribadi—semua akan melalui tahap yang sama.”
Penatua Yuan mengangkat tangannya. Sebuah cahaya biru melesat dari jari-jarinya ke Gerbang Batu, membuatnya terbuka perlahan dengan raungan yang dalam.
“Ujian pertama: Tantangan Roh Ilusi. Kalian akan masuk ke dunia ilusi pribadi, menghadapi ketakutan terdalam dan godaan hati kalian sendiri. Mereka yang berhasil keluar sebelum waktu habis akan melanjutkan ke tahap dua. Bagi yang gagal—selamanya kalian tidak akan bisa masuk Wilayah Dalam Inti.”
Suasana langsung mencekam.
Satu per satu peserta memasuki gerbang. Saat giliran Qin Tian tiba, ia menarik napas dalam, lalu melangkah maju. Begitu kakinya menyentuh permukaan dalam gerbang, dunianya berubah.
Ia kini berdiri di sebuah padang rumput luas, langit berwarna kelabu. Di kejauhan, ia melihat sosok seseorang... ibu kandungnya.
“Ibu?” Qin Tian bergumam, suara hatinya gemetar. Sosok itu tersenyum lembut, membuka tangan seolah memanggilnya.
Namun, ia tahu. Ini hanyalah ilusi.
Ia menutup matanya, mengatur napas. Tapi kemudian, sosok lain muncul—ayahnya, lalu adik perempuannya yang sudah lama hilang. Semua terlihat nyata. Mereka bicara padanya, memanggilnya pulang, menyuruhnya berhenti bertarung dan menjalani hidup damai.
“Qin Tian, kenapa harus menyiksa dirimu?” tanya sang adik dengan suara lembut. “Bukankah kita bisa hidup bahagia bersama?”
Qin Tian menunduk. Dadanya sesak. Tapi di dalam hatinya, suara lain membisik.
“Jalan kultivasi bukan jalan kembali. Ini adalah jalan menuju langit. Jalan yang harus ditempuh, meski harus kehilangan segalanya.”
Matanya kembali terbuka, kali ini penuh dengan kilat biru. Sosok-sosok itu mulai memudar, hancur oleh kekuatan tekadnya.
Seketika, dunia ilusi mulai retak. Cahaya menyilaukan muncul dari dalam tubuhnya, dan ia ditarik keluar dari dunia itu.
Wuuusshh!
Qin Tian kembali berdiri di alun-alun sekte. Nafasnya memburu, tubuhnya berkeringat dingin. Tapi ia berhasil. Ia menatap ke sekitar, dan menyadari—dari puluhan yang masuk, baru beberapa yang berhasil keluar.
Penatua Yuan tersenyum samar melihatnya.
“Menarik…” gumamnya pelan. “Dia mampu menghancurkan dunia ilusi hanya dengan kekuatan kehendak.”
Di sudut lain, Ren Bai—murid inti peringkat tiga yang sebelumnya muncul di hutan—juga menyaksikan hal itu dari kejauhan. Ia memicingkan mata.
“Tak salah aku datang hari ini. Bocah ini... tidak bisa dianggap enteng.”
Ujian belum selesai. Tapi Qin Tian telah melewati pintu pertama menuju dunia para jenius sejati.
