Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Aiman membuka mata perlahan, menyesuaikan penglihatannya, setelah merasa nyaman dia mengalihkan pandangan nya kepada perempuan yang tidur dibrangkar kecil disebelahnya. Dia terpaku sesaat dan menyadari jika disampingnya adalah istrinya.
Air mata nya menggenang di pelupuk matanya, bagaimana bisa wanita yang dia sakiti karena penghianatannya masih mau memperhatikan bahkan merawatnya kembali, dia juga bisa melihat disana juga ada sang ibu yang mengelus perut Ayu sambil tertidur.
"Maafkan aku". Liriknya dengan air mata bercucuran.
Dia sangat menyesal dengan apa yang terjadi, dia berjanji dnegan nyawanya, dia tidak akan melakukan hal seperti ini lagi bahkan jika harus mati.
"Aku sungguh beruntung memiliki kalian sebagai orang yang terbaik dalam hidupku, maafkan aku". Ucapnya sambil menangis.
Tangisan itu semakin deras hingga ke telinga Shofiyah yang mulai memejamkan matanya langsung terbangun mendengar suara itu.
"Nak, kamu sudah bangun?? Tanya Shofiyah dengan mata mengembun.
Dia mendekati sang nak kemudian memeluknya, hatinya terasa lega karena melihat anaknya sudah sadar.
"Bunda, maafkan aku, tolong maafkan aku". Tangis Aiman pecah dipelukan sang ibu.
Tubuhnya bergetar hebat karena penyesalan yang dia rasakan, bagaimana dia bisa menghianati keluarganya yang begitu mencintainya hanya demi perempuan Hina seperti Aira.
"Tidak apa-apa nak, sudah tidak apa-apa, kami sudah memaafkan kamu, jangan banyak berpikir dulu, kamu baru sadar". Ucap Shofiyah mengelus punggung sang anak untuk memenangkan.
Tangis Aiman semakin pecah mendengar perkataan sang bunda, disaat dirinya sudah menyakiti keluarganya, mereka masih mau menerimanya dan memaafkannya.
"Sudah tidak apa-apa nak, oh iya bunda punya kabar bahagia untukmu nak".
"Kabar bahagia apa bunda??", Tanyanya disela tangisnya.
"Kamu akan jadi ayah nak, kamu akan jadi ayah". Shofiyah menangis semakin memeluk sang anak.
Sedangkan Aiman terdiam, berusaha mencerna perkataan sang bunda, jika dia akan jadi ayah, itu artinya Ayu sang istri tengah mengandung buah hati mereka.
"Ayu hamil bunda?? Tanyanya dengan anda bergetar.
"Iya nak, dia mengandung anakmu, saat kamu kerumah wanita jalang itu ternyata Ayu mengandung sebulan". Ucap Shofiyah dengan sayang.
"Ya Tuhan, aku akan jadi Ayah, aku akan jadi ayah"? Teriak Aiman kegirangan.
Teriakan itu mengagetkan Ayu yang terlelap, Ayu yang belum menyesuaikan diri kini linglung dan bangun dari tidurnya.
"Kenapa bunda, siap yang teriak". Ayu berusaha mengumpulkan nyawanya yang berantakan
Setelah semuanya terkumpul, Ayu membelalakkan matanya melihat Aiman yang kini dipeluk sang bunda dan menatapnya dengan tangis yang tiada henti.
"Kakak sudah bangun". Ucap Ayu perlahan.
Dia tidak menyangka jika Aiman sudah sadar dan yang ternyata yang berteriak adalah dirinya. Dia bangun dari ranjang dan mendekati Aiman, Shofiyah yang tahu situasi akhirnya melepas kan pelukan sang anak..
"Dek, maafkan aku, maafkan suamimu yang tidak tahu diri ini, maafkan aku". Tangis Aiman yang semula reda kini kembali histeris.
"Sudah-sudah, tidak apa-apa, jangan menangis lagi, kakak tidak boleh banyak beban pikiran, aku sudah memaafkan mu, jangan sakit lagi". Mata Ayu kini meneteskan Air matanya.
Aiman segera merengkuh sang istri dalam dekapannya, dia sungguh-sungguh menyayangi istrinya.
"Aku mencintai kamu dek, kumohon maafkan aku, aku lelaki yang tidak tahu malu dan tidak tahu diuntung membuang berlian seperti mu untuk manusia Hina seperti Aira, kumohon Maafkan aku". Aiman semakin menangis memeluk sang istri yang ada di hadapannya.
" Sudah tidak apa-apa, jangan ulangi lagi, aku harap ini yang pertama dan terkahir kali, jika kamu mengulanginya maka aku akan pergi dari hidup mu selamanya membawa anak kita". Ayu mengelus punggung suaminya.
"Kadi benar, kita akan jadi orang tua?? Tanya Aiman menghapus air matanya dengan kasar.
" Iya seperti itulah, kamu senang??
"Tentu dek, kamu tahu kan kalau aku sangat mengharapkan anak itu tumbuh di rahim mu sejak dulu".
"Kalau begitu cepat sembuh, kita rawat dia sama-sama". Ucap Ayu tersenyum
"Maafkan aku yah dek, aku tidak akan menjanjikan apapun, tapi aku akan membayar dengan nyawaku janji yang kuberikan ini padamu, ini yang pertama dan yang terakhir, aku tidak akan melakukannya lagi, terserah kamu dan keluargaku mau melakukan apapun padaku jika aku melakukannya kembali". Aiman menatap sang istri dengan penyesalan dan ketulusan.
"Iya, jika kamu melakukannya lagi, kau tidak akan pernah melihat aku dan anak-anak kita nanti".
"Anak-anak?? ". Tanya Aiman memiringkan kepalanya dengan wajah tidak mengerti.
"Iya kata dokter, anak kita kembar". Ucap Ayu kehancuran senyumnya.
"Kembar?? Heboh Aiman.
Dia tidak menyangka penantiannya selama ini ternyata berbuah manis, dia langsung diberikan bayi kembar padahal dia hanya berharap diberikan anak saja.
"Kamu harus belajar bersabar dan menyerahkan segalanya pada Tuhan Aiman, jangan selalu menuruti nafsu dunia dan nafsu dalam diri, lihatlah jika kamu sabar, Tuhan bukan hanya memberikan kita satu tapi langsung memberi kita kembar". Ucap Ayu menasehati.
Dia ingin suaminya ini mengambil banyak pelajaran hidup dari kejadian ini, bukan hanya Aiman tapi dirinya juga.
"Maafkan aku yah, Aira menjebak ku, saat itu, aku bangun tanpa busana disebelahnya saat itu padahal aku tidak minum alkohol terus sebulan dari itu Aira kembali menemuiku katanya dia hamil anakku, Aku tidak ingat apapun kejadian itu, aku hanya tahu saat itu aku hanya duduk menonton dan minum jus jeruk". Aiman memutar kenangannya waktu itu tapi tak bisa, dia sungguh tak ingat apapun
"Dia menjebak mu karena dia melihat hidupmu yang sudah mapan Aiman, kau sudah tahu bagaimana dia selama ini, kau terlalu percaya padanya apalagi memang kau sangat menginginkan seorang anak". Ayu menatap suaminya dengan sendu.
Dia sangat kecewa kepada suaminya itu sebabnya dia memanggil Aiman dengan sebutan nama, biasanya mereka akan menggunakan panggilan sayang mereka.
"Maafkan aku yah dek, aku sungguh tidak berpikiran jernih".
"Sudah tidak apa-apa, jangan terlalu banyak berpikir, nanti kepalanya sakit lagi, kamu tahu kan kamu tidak boleh stress berlebih". Ayu tersenyum perhatian
Mata Aiman berkaca-kaca, dia beruntung mendapatkan istri seperti Ayu yang sangat menyayanginya dan sangat tulus padanya, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ayu dan keluarga nya berikan kepadanya.
"Sekarang sarapan dulu, lalu minum obat". Ayu mengambilkan sarapan yang telah disiapkan rumah sakit untuk Aiman.
Sedangkan Shofiyah sudah keluar sejak tadi untuk membeli sarapan untuk dirinya dan juga Ayu, dia sudah melarang anak-anak nya untuk datang, membiarkan Ayu dan Aiman menikmati moment mereka sendiri agar bisa melewati badai sebelumnya, sedangkan dirinya sendiri bertugas menjaga mereka dari kerusuhan keluarga Ayu.
"Aku akan menjaga anak-anak ku, aku tidak akan membiarkan mereka kembali membuat keributan". Monolognya.
hidup dan tidak mendayu /Drool/