Arya kakomole, pemuda berusia 17 tahun yang selalu mendapatkan kekerasan
dan siksaan dari teman-teman sekolahnya. Suatu hari dia hampir saja
mati dihajar oleh teman-temannya yang berasal dari kalangan elit. Saat
Arya kehilangan kesadaran, muncul sebuah sistem dalam dirinya. Seketika
tubuh Arya bangkit dan membunuh semua orang di sekolah tanpa
menyisakan 1 orang pun. Peristiwa berdarah ini pun membuat gempar
seluruh negeri dimana Arya diduga sebagai pembunuh dan dicari oleh
semua orang. Sementara itu Arya memutuskan untuk pergi ke kota lain
untuk melanjutkan hidup dengan identitas barunya. Bagaimanakah hidup
Arya setelah mendapatkan sistem yang ternyata adalah sistem yang
mengharuskannya melakukan kejahatan?
Novel ini memiliki tokoh utama dark hero. Jika kalian suka tokoh utama yang
baik hati, naif dan polos tidak disarankan untuk membaca.
Selamat membaca...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vedom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 TERHARU
"Jadi maksudmu aku bisa membunuh orang dengan atau
tanpa rasa sakit?" tanya Arjuna.
"Benar, jika kau menusuk jantung seseorang dengan
dagger hitam itu, orang itu akan akan mengalami rasa sakit
berkali-kali lipat yang orang normal rasakan, dan sebaliknya
jika kau menggunakan dagger putih, orang itu akan mati tanpa
merasakan rasa sakit sedikitpun," jelas Erebos.
"Wow, hebat sekali. Aku bisa memilih untuk memberikan
rasa sakit atau tidak pada targetku," ucap Arjuna senang.
"Tapi ingat, dagger ini tak jauh beda dengan dagger
buatan manusia. Dagger ini tak cocok digunakan untuk
bertarung dan akan langsung hancurjika berhadapan dengan senjata yang lebih kuat.
Karena itu gunakan hanya saat akan
menghabisi targetmu," perintah Erebos.
"Baiklah..." ujar Arjuna.
"Bocah, aku sedang bosan. Cepat pergi kemana gitu,"
pinta Erebos.
"Mauku juga begitu, aku ingin membeli sesuatu," ucap
Arjuna.
****k******
Setelah Luna mandi, Arjuna mengajak Luna untuk
berbelanja. la berencana akan membeli keperluan sekolah,
ponsel dan laptop. Keduanya naik taksi menuju ke mall terdekat.
Saat Arjuna masuk ke dalam mall, seorang pria paruh
baya berpapasan dengan Arjuna.
Pria itu menoleh dan merasakan sesuatu dari Arjuna.
'Anak itu.. aku merasa dia bukan anak sembarangan. Aku
merasakan aura yang aneh darinya.' Batin pria itu yang
bernama Paul Collier.
Namun ia tak memikirkannya lebih jauh.
Erebos yang terbang melayang mengikuti Arjuna
merasakan sesuatu dari Paul.
"Bocah, pria yang berpapasan denganmu barusan
sepertinya adalah beladiri yang kuat," kata Erebos.
'Bernarkah? Aku juga merasakan sesuatu darinya namun
kupikir cuma perasaanku. Apa itu aura seorang beladiri?' ucap Arjuna.
"Benar bocah. Sepertinya kau butuh pengalaman
bertemu dengan ahli beladiri agar bisa tahu dan menilai
kekuatan seseorang," ucap Erebos.
'Hmm..'jawab Arjuna.
Setelah itu Arjuna dan Luna mampir ke toko gadget untuk membeli ponsel dan laptop.
"Arjuna, kau tak perlu membelikannya untukku. Aku tak
ingin merepotkanmu," ucap Luna.
la tak ingin membebani Arjuna. Bukannya meremehkan,
ia menganggap Arjuna yang masih SMA itu tak punya cukup uang.
"Tenang aja, aku punya cukupuang. Gini-gini aku punya
cukup tabungan. Lagi pula kamu juga pasti akan
membutuhkannya," ujar Arjuna.
Arjuna yang punya banyak uang dari hadiah misi tentu
saja tak menyia-nyiakan hal itu. Kini ia tenang dan tak perlu memikirkan uang.
Luna hanya mengangguk pasrah meski ia masih tak enak. Kemudian keduanya mampir ke toko seragam.
Arjuna bermaksud membeli seragam untuknya dan juga
untuk Luna.
“Arjuna, kenapa kau membelikan seragam sekolah
untukku juga?" protes Luna.
"Tentu aja buat kamu pake sekolah," jawab Arjuna enteng.
"Kau lupa? Aku sudah putus sekolah sebelumnya, " ujar
Luna.
"Lalu kenapa? Aku melakukan hal ini karena ingin
bersekolah denganmu. Aku mau kamu merasakan sekolah dan masa-masa remajamu seperti anak-anak yang lain."
"Aku yakin kamu punya cita-cita yang ingin kamu gapai.
Sudah sewajarnya aku membantumu karena akulah yang
membawamu bersamaku," ujar Arjuna.
Luna menatap Arjuna dengan mata berkaca-kaca.
la tak menyangka Arjuna akan memikirkan hal sejauh itu.
Entah bagaimana cara ia membalas budi Arjuna yang begitu
baik padanya.
"Tapi..." sebelum Luna berbicara Arjuna menyelanya.
"Jangan pikirkan apapun, termasuk uang. Aku punya
cukup uang untuk ita ke depannya, dan aku akan bekerja
keras ke depannya menghasilkan uang," kata Arjuna.
Namun tentu saja ia tak memberitahu Luna darimana asal uangnya itu. Mungkin nanti ia akan berpura-pura bekerja agar Luna tak curiga. Luna pun terisak mendengat kata-kata Arjuna.
"Terima kasih, Arjuna," lirih Luna.
Sungguh Luna pun juga ingin merasakan sekolah lagi. la
begitu senang membayangkan akan bersekolah bersama
Arjuna nantinya.
"Suatu saat aku akan membalas senmua kebaikanmu,"
tekad Luna.
"Kalo kamu ingin balas budi...."' Arjuna menjeda
omongannya.
la membisiki Luna dengan pelan. "Nanti kita ulangi lagi
yang semalam," Arjuna terkekeh.
Blushh...
Luna menjadi tersipu mendengar kata-kata mesum Arjuna
barusan.
"Da-dasar mesummm," kesal Luna dengan wajah merah.
Arjuna terbahak. Entah kenapa ia suka sekali menggoda
Luna.
*****k*******k*
Setelah berbelanja keduanya makan siang sebentar.
Luna yang senang mendapat ponsel pun begitu asyik
memainkan ponsel barunya itu, bahkan sesekali ia mengajak
Arjuna untuk foto selfie.
"Oi bocah, pesankan aku juga makanan itu." pinta Erebos
saat melihat lasagna yang Luna pesan.
Arjuna terheran.
'Memangnya iblis juga butuh makan?' tanya Arjuna.
"Tidak, tapi entah kenapa aku penasaran," jawab Erebos.
Dalam hatinya Arjuna terkekeh.
Arjuna memesan 1 porsi lasagna lagi, dan hal ini membuat
Luna heran.
"Kenapa pesan lagi? Kamu lapar banget emang?" tanya
Luna.
“-iya. Hehe..." Arjuna tertawa canggung.
Arjuna diam-diam memberikan piring lasagna itu ke
bawah saat Luna asyik dengan ponselnya.
'Berasa ngasih makan kucingnjirr," Arjuna terkekeh.
"Siapa yang kau sebut kucing, bocah tengik" protes Erebos
tak terima disamakan dengan kucing.
Erebos memakan lasagna itu begitu lahap dan cepat hingga tak tersisa.
"Sialan, kenapa makanan manusia ini begitu enak?" tanya
Erebos heboh.
Arjuna hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Erebos
memakan lasagna dengan lahap kayak orang gak makan 1 tahun.
***t******k
Sementara itu di kantor polisi kota Herz City.
"Aku tak peduli. Kalian harus menangkap bocah yang
membunuh anakku!" bentak seorang pria paruh baya pada polisi.
"Tenang tuan Dorfman. Tentu saja kami akan sekuat
tenaga untuk menangani kasus ini." Inspektur Armstrong
mencoba menenangkan.
Scott Dorfman. Seorang pengusaha sukses dari kota Herz
City sekaligus ayah dari Karl, anak yang membully Arjuna di sekolah. la tak terima satu-satunya ahli warisnya tewas seperti itu.
la meminta polisi bergerak cepat untuk segera
menangkap Brian alias Arjuna yang diduga sebagai pembunuh orang-orang di sekolah, termasuk anaknya.
Tak hanya Scott Dofman ayah Karl.
Ayah Tommy, Marvin,
dan Andre, lalu juga keluarga-keluarga korban tewas yang hampir semuanya adalah kalangan atas itu pun mendesak sekaligus menekan polisi untuk bergerak cepat.
Peristiwa itu begitu heboh sampai ke seluruh negeri.
Banyak orang begitu penasaran dengan sosok yang
melakukan semua itu. Meski ada beberapa perdebatan,
namun sebagian orang menganggap ini adalah seorang ahli
beladiri yang sangat kuat. Karena itu keluarga korban yang kebanyakan kalangan atas akan melakukan apa saja untuk menangkap pelaku, termasuk menyewa pembunuh bayaran atau mafia.
Jenderal polisi sampai turun tangan untuk menenangkan
semua orang.
"Armstrong, bagaimana perkembangan kasus ini?" tanya
jenderal.
Inspektur Armstrong hanya bisa menjelaskan bahwa ia
kesulitan mendapatkan jejak Arjuna, karena Arjuna
menghilang seolah ditelan bumi setelah terakhir dilihat saat peristiwa itu terjadi.
la juga memberi tahu kemungkinan ada tersangka lain
dengan kemampuan hebat yang adalah pelaku sebenarnya.
Seorang pria tua melesat dan menyerang Inspektur
Armstrong, namun Armstrong bisa menahan pukulan pria itu.
Duagghh..
Seketika benturan serangan itu membuat area sekitarnya
seolah terhempas.
"Aku tak peduli bagaimana caranya. Kau harus mencari
pembunuh cucuku," perintah pria tua itu yang adalah kakek
Marvin yang bernama Ben Levinson.
"Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri,
karena ia berani membunuh penerus keluarga Levinson," pria
tua itu murka.
'Pria tua ini begitu kuat, batin Armstrong dengan
ngos-ngosan, padahal ia hanya menahan 1 serangan.
Armstrong yang seorang ahlibela diri dengan level Bumi
tingkat 3 pun menduga pria tua ini jauh lebih kuat darinya.
'Sepertinya level pria tua ini adalah Langit tingkat 3.' DugaArmstrong.
Setelah makan, Arjuna dan Luna bermaksud pulang.
Keduanya berencana untuk mendaftar ke sekolah baru
mereka besok.
"Arjuna terima kasih," ucap Luna dengan wajah manis
karena Arjuna membelikannya banyak barang hari ini.
"Sama-sama, Luna," senyum Arjuna.
la berusaha untuk tak mencium Luna saat itu juga karena tak kuat dengan wajah manis Luna.
la bertekad akan membahagiakan Luna mulai saat ini.
Saat sedang naik taksi menuju kontrakan, di
tengah-tengah jalan Arjuna mendapatkan misi dari sistem.
Ding...
“Misi untuk tuan rumah diberikan."
"Misi: Membunuh 1 orang. Target bebas, dan waktu
pelaksanaan misi 24 jam dari sekarang. "
Deg...
Jantung Arjuna berdegup kencang saat mendengar misi
yang mengharuskannya membunuh orang.
'Meski aku sudah menduga misi ini akan datang, tapi
tetap saja..." batin Arjuna.
la ragu apakah bisa melakukannya atau tidak, karena ia
tak pernah membunuh seseorang.
'Pernah sih tapi itu kan Erebos yang mengendalikan
tubuhku,' batin Arjuna.
"Hei bocah, ini kesempatanmu untuk melatih mentalmu.
Apa kau mampu membunuh orang atau tidak," kata Erebos.
"Jangan jadi pengecut saat melaku kannya," imbuh Erebos
dengan enteng seolah membunuh itu biasa saja.
Nih iblis halal kali ya kalo disembelih dan dibuang ke
sungai?" batin Arjuna kesal.
Tunggu, aku lupa mau membeli sesuatu,' Arjuna teringat
sesuatu.
"Stop... pak tolong berhenti sebentar," pinta Arjuna pada
sopir.
Ckitttt... taksi pun berhenti.
"Arjuna, ada apa? Kenapa berhenti?" tanya Luna.
"Aku kelupaan beli sesuatu, aku akan pergi sebentar.
Kamu pulang saja duluan Luna," pinta Arjuna.
"Tapi..." belum sempat Luna melanjutkan Arjuna
menyelanya.
"Tak apa, aku hanya pergi sebentar dan segera pulang,"
senyum Arjuna.
Luna pun pasrah dan pulang dengan taksinya ke kontrakan.
Rupanya Arjuna pergi ke toko perhiasan. la memesan
sebuah kalung untuk Luna.
la memang berencana untuk memberikan hadiah pada
Luna dan menyatakan cinta untuk gadis itu.
Arjuna merasa bersalah tak bisa membalas pernyataan
cinta gadis itu semalam, karena itu ia akan membelikan
sebuah kalung sebagai tanda cinta untuk Luna.
'Luna pasti senang dengan hadiahku ini,' batin Arjuna
semangat.
Ding...
"Tuan rumah mengeluarkan 25. 000 dollar. Sisa kekayaan
tuan rumah 75.500 dollar."
Setelah Arjuna membeli kalung itu dengan kartu yang
diberikan sistem, Arjuna segera pulang ke kontrakan. la cukup
banyak mengeluarkan uang untuk hari ini, namun ia yakin
akan mendapatkan uang dari misi sistem nantintya.
Ckrek...
Arjuna membuka pintu kontrakan, namun ia tak
menemukan Luna.
'Aneh, kemana dia? Harusnya dia sudah pulang kan?'
batin Arjuna bertanya-tanya.
Entah kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi tak enak.
Lalu saat Arjuna hendak mencari Luna, HP nya
mendapatkan pesan dari nomor Luna.
Deg...
Jantung Arjuna berdegup kencang saat mendapat kiriman
foto Luna yang sedang terikat.
Dalam pesan itu juga tertulis, "Cepat datang jika ingin
gadis ini selamat,"
"Si-sialannn!!"