Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
"Ada apa Siti?"
Mbok Siti hanya tersenyum sambil menggeleng pelan. Batinya terus mengira tadi di depan pintu terdengar suara yang menurutnya tak asing. Tapi setelah di cek, ternyata kosong.
"Saya kira tadi ada orang di luar, Nyonya!"
Bu Laksmi mencoba bangkit, sambil membenarkan posisi bersandarnya. Sudah dua hari wajah tua itu terlihat tidak tenang, seakan menahan sesuatu yang sulit dia ungkapkan.
"Apa Prabu baik-baik saja? Coba telfonkan saya sekarang!" ujar bu Laksmi begitu cemas.
Mbok Siti seketika terdiam. Tidak dapat dia pungkiri, rupanya ikatan batin diantara keduanya begitu kuat.
"Aden tidak apa-apa ... Besok saya akan hubungi Nyonya muda agar datang. Sudah malam, lebih baik Nyonya segera istirahat setelah meminum obat ini," mbok Siti mencoba menenangkan sang Majikan, mendekat sambil membawa beberapa obat untuk di minum bu Laksmi.
Bu Laksmi hanya terdiam, lalu memulai menenggak beberapa obat tersebut. Sejujurnya dia juga leleh, ingin segera kembali dan kumpul bersama anak serta menantunya.
*
*
*
Malam ini, tepat pukul 8 malam.
Prabu berhasil mendapat perawatan di rumah sakit yang sama dengan sang ibu.
Setelah mengalami pemeriksaan, seakan menemukan keajaiban. Tubuhnya yang semula lemah, kini berangsur membaik. Wajah pucatnya sudah berdarah kembali. Dan semua itu berkat kedatangan Anissa dalam hidupnya.
Anissa juga baru mengetahui penyakit yang di derita sang suami selama ini. Pantas saja, Prabu selalu menentang saat dulu Anissa menginginkan putra, selayaknya rumah tangga pada umumnya.
"Fahmi ... Tolong temui ibu! Katakan padanya, kalau saya sedang perjalanan bisnis ke luar kota."
Fahmi mengangguk, lalu segera undur diri, dan melenggang keluar.
Anissa yang semula sibuk menyiapkan obat untuk suaminya, kini meminta Prabu untuk bersandar, agar segera meminum juga obat-obatnya.
"Terimakasih, Sayang ...."
Anissa sedikit menunduk, menyembunyikan rasa malunya yang kini bercampur bahagia. Sayang? Anissa beberapa kali mengulangi ucapan suaminya, berharap pendengarannya tidak salah.
Setelah selesai, Anissa meletakan kembali gelas tersebut.
"Kamu menyembunyikan semua ini, dari Ibu?" tanya Anissa yang kini sudah berdiri disamping tubuh suaminya.
Prabu menggeser duduknya kesamping. Dia kemudian menepuk ranjang kosong itu, karena ranjang tersebut terlalu luas jika dia tempati sendiri.
"Kamu sakit! Biar aku duduk-"
Aww! Prabu ...!
Anissa tersentak, saat kedua tangan kekar suaminya mengangkat tubuh kecilnya, untuk di dudukan dalam ranjang tersebut. Prabu ingin menepis jarak pada istrinya, setelah kejadian beberapa bulan lalu.
"Bersandar lah! Aku ingin tidur sambil memeluk tubuhmu!" pinta Prabu mendorong pelan tubuh istrinya, hingga Anissa berhasil bersandar disana.
Perlahan, Prabu mulai merebahkan tubuhnya disamping sang istri. Tanganya melingkar diperut ramping Anissa, sambil menghela nafas lega.
"Aku baik-baik saja! Jadi jangan pernah berfikir bahwa aku sakit," ujar Prabu sambil menenggelamkan wajahnya pada perut Anissa. "Untuk masalah ibu ... Aku tidak ingin dia terlalu cemas memikirkanku. Sudah cukup dia berjuang dalam penyakitnya!" Prabu lalu mengangkat kepalnya, mengunci tatapan Anissa, "Tidak perlu aku beri tahu ... Kamu pasti melakukan hal yang semestinya."
Anisaa mengangguk. Tanganya terulur membelai surai hitam Prabu.
"Ibumu juga ibuku saat ini. Dan asal kamu tahu ... Rencanaku setelah ibu sehat, aku akan meminta padanya, agar secepatnya berpisah denganmu!" kekeh Anissa pelan. Tanganya masih sibuk mengusap kepala Prabu.
Prabu seketika menekuk bibirnya. "Kamu memang keterlaluan! Tapi entah mengapa, aku sangat mencintaimu!" cibir Prabu semakin mengeratkan pelukanya.
"Ya ... Tapi itu dulu! Disaat aku pergi, aku lupa membawa separuh hatiku. Jadi ... Langkah kakiku membawa lagi kembali padamu. Jika kamu megatakan cinta ... Setelah kamu sehat, tolong kembalikan cintaku padamu seperti semula! Kamu sanggup?"
Prabu tersenyum hangat. Dia merasa sehat kembali.
"Aku tidak hanya sanggup. Doakan saja, agar tubuhku kembali sehat. Kita ciptakan rumah tangga terbaik, dengan kehadiran putra putri kita nantinya! Tapi aku merasa pesimis dengan jasmaniku!"
Tangan Anissa menepuk tangan Prabu. Dia sejujurnya tidak menyangka. Dibalik sikap dingin serta angkuhnya sang suami. Rupanya Prabu memiliki segudang masalah mengenai kesehatan tubuhnya. Dan kesehatan itu berpengaruh pada masa depan mereka berdua.
"Tidak ada manusia yang sempurna! Setelah kesehatanmu kembali ... Kamu bisa mengikuti terapi."
Prabu lalu bangkit. Dia kemudian menatap Anissa dalam-dalam.
"Sepertinya tidak perlu! Tubuhku sudah bereaksi jika berada disampingmu, Anissa! Seperti saat ini ...."
Anissa membolakan mata tajam.
PRABU!
Tawa Prabu seketika pecah. Sementara Anissa menutup wajah, karena saking malunya.
"Anissa ... Kamu istriku! Istri SAH! Dan asal kamu tahu ... Aku sudah melihat semuanya darimu. Aku yang menggantikan pakaianmu sendiri, disaat kamu kehujanan dan pingsan. Aku tidak rela, ada orang melihat tubuhmu ... Walaupun itu pelayanku sendiri!"
Anissa tercengan. Pikiranya kembali mengingat kejadian, yang mengharuskan dia tertidur didalam kamar Prabu semalam. Dan beberapa pertanyaan Anissa, baru sekarang dia mendapat jawaban atas pernyataan sang suami.
"Kamu pasti mengambil kesempatan, dan kesempitan, kan?" tuduh Anissa memicingkan matanya. Sejujurnya dia teramat malu untuk saat ini. Jikapun dia memiliki ilmu menghilang, mungkin seketika dia akan pergi dari hadapan Prabu.
Prabu mengangkat kedua jemarinya, "Tidak! Aku berani bersumpah, Nissa! Jika aku pri bejad ... Mungkin malam itu kamu akan habis padaku. Tapi aku tidak seperti itu. Aku hanya ingin melakukanya denganmu, dalam keadaan benar-benar siap!"
Anissa hanya mengangguk paham. Dia juga tidak meraskan terjadi sesuatu dalam tubuhnya, yang berarti tubuhnya masih tersegel aman.
Tangan Prabu terangkat, lalu berhenti di kedua pipi Anissa.
"Maafkan aku! Kamu boleh menamparku sekarang. Luapkan amarahmu padamu, Nissa! Asal jangan pergi lagi dari hidupku!" mohon Prabu penuh sesal.
"Mungkin jika aku tidak menentangmu, kamu pun tidak akan melakukan hal itu! Kita memiliki sikap keras. Jadi, dengan kepergianku waktu lalu ... Aku rasa sudah impas hukumanmu."
Kedua mata Prabu memanas. Air matanya sudah menumpuk disana. Perlahan, dia memajukan serta memiringkan sedikit wajahnya.
Melihat itu, mata Anissa membola. Tubuhnya menegang.
"Pejamkan matamu, sayang!" lirih Prabu.
Anissa hanya mengikuti. Dia memejamkan matanya dalam-dalam. Hingga dia merasakan sapuan nafas suaminya yang semakin mendekat.
Degup jantung keduanya terasa lebih cepat dari biasanya.
CUP!
Prabu mencium bibir istrinya, dan untuk pertama kalinya setelah hampir satu tahun menikah. Dapat Prabu rasakan, bibir manis sang istri bak menyesap madu segar yang baru saja keluar dari sarangnya.
Anissa juga merasakan hal yang sama. Prabu memberikan separu dunianya yang hilang. Bibir mereka saling bertaut, sama-sama merasakan kebahagian, yang sebelumnya tidak pernah tercipta dalam rumah tangganya.
Prabu sedikit mendorong tubuh sang istri, hingga punggung Anissa bersandar pada ranjang kembali. Ciuman itu semakin dalam, hingga membuat mereka sama-sama tenggelam dalam lembah cinta.
"Ya ALLAH ... mataku ternoda. Bagaimana bisa mereka berciuman seperti itu?" gumam Fahmi, yang kebetulan membuka pintu begitu pelan. Mengingat jarak ranjang dan juga pintu terpaut jauh, jadi baik Anissa dan juga Prabu sama-sama tidak mendengar.
Apalagi sekarang Yogyajarta sedang diguyur hujan sangat deras.
Fahmi lantas menutup pintu kembali. Dia berjaga didepan, siapa tahu ada dokter yang akan datang. Pantas saja Prabu mempercayainya, karena Fahmi begitu sangat bisa diandalkan.
*
*
*
Gara mengernyit, lalu segera bangkit dari tidurnya disofa, saat melihat Tuannya sudah pulang.
"Lho ... Wanita tadi kemana, Tuan? Kok nggak ikut pulang?"
Adam mendesah pelan. Lalu menjatuhkan tubuhnya diatas sofa. Dia putuskan untuk pulang, karena dia rasa, Anissa pasti tidak akan kembali lagi karena sudah berbaikan dengan suaminya.
"Dia sudah kembali dengan suaminya! Masalah apa saya tidak tahu. Yang jelas, mungkin ada kelurganya yang sedang menjalani perawatan."
Gara hanya mengangguk paham. Lalu dia baru ingat, jika KTP nya masih ditahan oleh Anissa.
"Tuan ... KTP saya masih ada di Nona itu! Bagaimana saya memintanya? Saya takut jika suaminya salah paham," ujar Gara penuh gurat kecemasan.
"Itu urusanmu! Siapa yang menyuruh kamu menyerahkan KTP?"
"Ya ... Saya sendiri Tuan!"
Adam langsung bangkit, sambil mengendikan bahu acuh. Dia lalu melenggang masuk kedalam.
Niat hati ingin langsung masuk kedalam kamarnya. Namun langkah kakinya membawa kedalam kamar Anissa, saat pintunya belum tertutup.
Adam mulai menutup kembali pintu tersebut. Namun fokusnya teralihkan, saat melihat selembar foto kecil terjatuh di bawah nakas sebelah pintu.
"Foto siapa, ini?" gumamnya. Setelah itu Adam mulai membalikan foto tersebut.
Degh
Tubuh Adam spontan menegang kuat, hingga dia perlahan memundurkan langkah kakinya kebelakang.
Bersambung...
dah tau penyakitan mlh nikah tp nyiksa istrinya bawa pulang wanita lain pula.
semoga smpat minta maaf ke anisa sebelum mati tu si Prabu.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.