Dituduh pembunuh suaminya. Diusir dari rumah dalam keadaan hamil besar. Mengalami ketuban pecah di tengah jalan saat hujan deras. Seakan nasib buruk tidak ingin lepas dari kehidupan Shanum. Bayi yang di nanti selama ini meninggal dan mayatnya harus ditebus dari rumah sakit.
Sementara itu, Sagara kelimpungan karena kedua anak kembarnya alergi susu formula. Dia bertemu dengan Shanum yang memiliki limpahan ASI.
Terjadi kontrak kerja sama antara Shanum dan Sagara dengan tebusan biaya rumah sakit dan gaji bulanan sebesar 20 juta.
Namun, suatu malam terjadi sesuatu yang tidak mereka harapkan. Sagara mengira Shanum adalah Sonia, istrinya yang kabur setelah melahirkan. Sagara melampiaskan hasratnya yang ditahan selama setelah tahun.
"Aku akan menikahi mu walau secara siri," ucap Sagara.
Akankah Shanum bertahan dalam pernikahan yang disembunyikan itu? Apa yang akan terjadi ketika Sonia datang kembali dan membawa rahasia besar yang mengguncang semua orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Ruang kerja itu terasa lebih sempit dari biasanya. Aroma kopi hitam yang bercampur dengan ketegangan yang menggantung di udara. Di dinding tergantung foto pernikahan Sagara dan Sonia, senyum bahagia keduanya seolah menatap getir ke arah Sagara yang kini duduk menunduk di hadapan orang tuanya.
Papi Leon mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja kerja yang terbuat dari kayu jati. Suaranya pelan, tapi cukup untuk membuat ruangan terasa mencekam.
“Sebaiknya sekarang kamu ceraikan Shanum. Sonia sudah kembali,” ucap Papi Leon dengan nada berat. “Jangan sampai masalah baru muncul, apalagi kesehatan Sonia masih belum pulih.”
Kata cerai menggantung di udara, seperti pisau yang baru saja dilemparkan ke dada Sagara.
“Tidak bisa, Pi. Aku mencintai Shanum!” jawab Sagara tegas, matanya menatap lurus.
Mami Kartika yang duduk di samping suaminya menatap anaknya itu dengan mata berkaca-kaca. “Jadi kamu mau melepaskan Sonia?” tanyanya lirih.
Sagara menghela napas panjang. Bahunya menegang. “Tidak juga, Mi. Aku akan menjalani pernikahan poligami.”
Ucapan itu membuat suasana beku. Mami Kartika spontan menutup mulutnya. Papi Leon mengerutkan kening dalam, menatap anaknya dengan tatapan yang sulit diartikan antara marah, kecewa, dan tidak percaya.
“Papi kira kedua wanita itu tidak akan mau berbagi suami,” ujar Papi Leon setelah beberapa detik hening.
“Kalau Shanum sepertinya tidak keberatan, karena sejak awal dia sudah tahu kalau aku punya istri. Yang harus diberi pengertian di sini adalah Sonia. Apakah dia bersedia menjalani rumah tangga seperti ini?” jawab Sagara dengan suara mantap, meski di dalam hatinya, badai mulai berkecamuk.
Mami Kartika menggeleng pelan. “Mami rasa Sonia akan menolak dengan tegas, walau Shanum orang baik dan menyayangi si kembar. Istri mana yang ikhlas harus berbagi cinta, Gara? Kecuali, dia sudah benar-benar selesai dengan segala urusan duniawi.”
Sagara menatap ibunya lekat-lekat. Ada getir di sana. “Aku akan bicarakan ini dengan Sonia setelah dia benar-benar sehat. Aku yakin dia akan paham kenapa aku ambil keputusan ini.”
“Memangnya kamu bisa berbuat adil sama mereka berdua?” tanya Papi Leon dengan nada ragu.
“Aku rasa aku bisa, Pi,” jawab Sagara lirih, tetapi yakin.
Hening lagi. Angin sore dari jendela menggoyangkan tirai tipis, menambah nuansa kelabu di ruangan itu. Papi Leon akhirnya bersandar di kursinya, menatap wajah putranya dengan tatapan khawatir.
“Mami dan Papi jangan menjadi pemicu konflik antar menantu. Aku tahu kalian sayang kepada Sonia. Tapi tolong ingat, Shanum juga istriku. Dia menantu kalian juga,” ucap Sagara mantap.
Kalimat itu menampar kesadaran mereka berdua. Mami Kartika menunduk. Ia tahu, di balik ketegasan anaknya, tersimpan ketakutan besar. Putranya takut kehilangan salah satu dari dua cinta yang telah tumbuh dari luka.
“Lalu, bagaimana perkembangan kasus hilangnya Sonia?” tanya Papi Leon pelan, mencoba mengalihkan suasana.
“Aku sudah menyewa jasa detektif. Aku beri data terbaru. Mereka minta waktu seminggu untuk mencari tahu kebenarannya.”
“Dokter Adrian bilang apa tentang kondisi Sonia?” tanya Mami Kartika, suaranya gemetar.
Sagara menarik napas panjang. “Penyebab Sonia koma akibat pendarahan pasca melahirkan. Lalu katanya ada shock berat. Sepertinya dia jatuh ke laut, terbawa ombak sampai ke dermaga.”
Kata-kata itu membuat Mami Kartika menggigil. “Ya Tuhan... kasihan sekali anak itu.”
“Apa Sonia punya musuh? Atau ada orang yang benci padanya?” tanya Papi Leon.
Sagara menggeleng. “Kalau musuh, sepertinya tidak. Tapi kalau yang membenci... mungkin ada. Sonia dulu di kampus sangat disukai banyak pria. Itu membuat beberapa wanita iri. Tapi aku selalu melindunginya dari semua itu.”
Mami Kartika mengusap dada. “Semoga saja kebenaran segera terungkap dan semoga semua kembali damai.”
Sagara tersenyum tipis. Tapi di balik senyum itu, dadanya bergemuruh. Ia tahu, damai yang mereka doakan mungkin hanya tinggal harapan.
“Nanti malam, suruh Shanum datang ke rumah, menghadap mami!" titah Mami Kartika.
“Mami mau apa sama Shanum?” tanya Sagara menaruh curiga.
“Ini urusan wanita," jawab Mami Kartika yang beranjak dari tempat duduknya. “Papi, ayo, pulang!”
Trus siapa yg menukar bayi Sonia dengan bayi Shanum ?
alias emaknya Sonia😅