 
                            Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kabar Duka
"Ciyee... Udah denger berita baru belum lo pada? Ada pasangan yang baru mulai anget nih." Elno mulai bergosip. Menggosipkan orang yang ada di depannya.
"Serius? Sapose dese?" Tanya Axcel sambil senyum - senyum melirik ke arah Fey.
"Emang kenapa? Masalah?" Cicit Fey yang membuat rekan - rekannya tertawa.
"Santai dong, Beb. Jangan ngegas gitu." Goda Elno.
"Selamat ya Bu CEO akhirnya Pak CEO sadar juga. Abis di obatin di dukun mana, Kak?" Ledek Andre.
"Lo kira, Kak Gian selama ini kesurupan?" Sahut Fey yang kembali memecah tawa.
"Makan - makan gak sih, kita? Harusnya ada perayaan deh. Secara kan ini momen lebih bahagia di banding acara pernikahannya." Usul Daniel sambil tertawa.
"Mungkin lain kali kalian bisa merayakannya. Kalian ada tugas yang harus di jalankan hari ini." Ujar Kapten Yudha yang membuat mereka semua langsung berdiri.
"Siap, Kapten!" Seru mereka bersamaan.
Setelah Kapten Yudha memberikan instruksi, kelima anggota Agen Rahasia yang sedang bertugas hari itu langsung berganti pakaian dan menuju ke ruang senjata untuk bersiap - siap.
Mereka segera menuju ke mobil yang akan membawa mereka ke lokasi target setelah selesai menyiapkan senjata.
Mereka berlima akan membantu membersihkan Markas pusat judi online yang baru terdeteksi. Tentu saja mereka bergabung bersama beberapa anggota Kepolisian yang sudah bersiap.
Fey, Daniel dan Andre sudah bersiap di posisi mereka. Tugas mereka adalah melumpuhkan siapa saja yang kabur dari ruangan itu melalui pintu rahasia.
Netra ketiga anggota Agen Rahasia itu fokus mengamati pintu rahasia yang ada di dalam sebuah gedung mini market.
Siapa sangka, jika ada pintu penghubung yang melalui sebuah mini market. Gedung yang cukup besar itu berada di tengah - tengah lingkaran pantat gedung bertingkat.
Akses pintu utama adalah sebuah lorong yang hanya cukup di lalui oleh satu orang. Sungguh tempat persembunyian yang pas. Dan sesuai dugaan, saat penggerebekan di lakukan, beberapa orang langsung keluar dari pintu rahasia dengan panik.
"Hey - hey! mau kemana?" Tanya Daniel saat melihat satu persatu orang panik keluar dari pintu itu.
"Siapa kalian?" Tanya salah satu dari empat orang target.
"Kami? Ya temen - temen orang yang ada di dalem. Mau kenalan dulu?" Jawab Andre.
"Udah - udah, duduk yang rapi sini. Kita lakukan dengan baik - baik aja. Nanti gue upahin kopi, dah." Imbuh Daniel sambil menunjukkan borgol di tangannya.
"Enak aja! Kita gak akan mau di tangkep semudah itu." Seru salah seorang dari target yang langsung melawan.
Tentu saja semua perlawanan mereka sia - sia. Fey, Andre dan Daniel langsung menghajar empat orang target itu hingga mereka tersungkur.
Bruuuuk!! Krrreeekkk!!
Suara kain yang terdengar nyaring mengalihkan perhatian Daniel dan Andre yang sedang mengamankan empat orang pria yang sedang kesakitan karena terkena bogem mentah saat melawan.
"Apaan? Celana lo sobek, Ndre?" Tanya Daniel pada Andre di sebelahnya.
"Enggak tuh, Gue kira celana lo yang sobek!" Sahut Andre sebelum mereka melihat kebelakang, ke arah Fey yang baru melompat turun setelah mengintip kondisi di dalam melalui ventilasi.
"Are you O.K, Kak?" Tanya Andre yang di jawab acungan jempol oleh Fey.
Setelah membereskan tugas mereka. Mereka segera kembali ke Markas. Fey merasakan nyeri pada lengannya, namun tak ia hiraukan. Kain yang sobek tadi, adalah kain baju dinas Fey yang tersangkut paku tajam hingga membuat lengannya terluka. Setelah berganti pakaian, Fey tampak terburu - buru meninggalkan ruangannya.
"Mau kemana, Say?" Tanya Elno.
"Say... Say... Lo tuh, Sayton!" Sahut Fey yang membuat Daniel dan Elno tertawa.
"Ditanyain kok malah sewot sih, Say? Mau kemane buru - buru amat?" Elno masih saja menggoda.
"Mau pergi sama Kak Gian." Jawab Fey.
"Ciyeeeeee... Prikitiww... Tumben bet dah. Gak tentu sebulan sekali gue denger lo jawab gitu, Kak." Seru Daniel yang meledek.
"Ish, berisik! Gue cabut dulu." Pamit Fey.
"Jangan lupa, lo masih punya hutang makan - makan, Kak!" Seru Daniel mengingatkan dan di jawab acungan jempol oleh Fey.
Fey mempercepat langkahnya menuju ke gedung utama. Ia bergegas menghampiri Gian yang sedang duduk di lobi, tentu saja ia menunggu Fey.
"Kenapa gak bilang dulu sebelum kesini?" Tanya Fey ketika berhadapan dengan Gian.
"Mendadak, Sayang. Kita ke Rumah Sakit sekarang." Ajak Gian.
"Siapa yang sakit?" Tanya Fey. Pasalnya dalam pesan yang di kirim Gian, Gian hanya bilang mau mengajak Fey pergi.
"Oma Rita. Katanya Oma tadi jatuh di kamar mandi dan sekarang kondisinya kritis." Jawab Gian sembari meraih tangan Fey dan menggandengnya.
Fey berjalan cepat mengikuti langkah lebar Gian menuju ke tempat parkir. Namun begitu, netranya terfokus pada tangan Gian yang menggenggam tangannya.
Pria tampan itu lalu membukakan pintu untuk Istrinya dan mempersilahkan Fey masuk dengan sebelah tangan yang ia siagakan di atas kepala Fey agar wanita itu tak terbentur.
Gian segera mengemudikan mobilnya menuju ke Rumah Sakit tempat Oma Rita di rawat. Fey memperhatikan raut wajah Gian yang nampak begitu khawatir. Terang saja, hubungan Gian dan Oma Rita memanglah dekat.
"Are you O.K?" Tanya Fey sambil menyentuh punggung tangan kiri Gian yang sedang mengemudikan mobilnya.
"Aku khawatir." Jawab Gian yang kemudian menggenggam tangan Fey.
"Mau aku gantiin bawa mobilnya?" Tawar Fey.
"Enggak usah, aku gak apa - apa. Cuma khawatir aja." Jawab Gian yang enggan melepaskan tangan Istrinya.
"Emang bisa nyetir mobil tangan satu gini?" Tanya Fey sambil mengangkat tangannya yang masih berada dalam genggaman Gian.
"Tenang aja, aku udah pro." Jawab Gian sambil tersenyum.
Kemacetan jalanan Ibu Kota, membuat perjalanan mereka semakin lama. Jarak yang harusnya bisa di tempuh dalam waktu lima belas menit, nyatanya mereka tempuh hingga empat puluh menit perjalanan.
Sesampainya di Rumah Sakit, Gian segera turun dari mobil. Tak lupa, ia juga membukakan pintu untuk Istrinya. Keduanya kemudian menyusuri lorong Rumah Sakit untuk sampai di ruang ICU.
Suasana di depan ruang ICU tampak ramai. Beberapa keluarga lain sudah ada di sana termasuk Papa Abraham dan Mama Mila yang juga baru sampai. Gian kini justru memperlambat langkahnya sembari membaca situasi di sana.
"Perasaanku gak enak." Lirih Gian yang makin mengeratkan genggamannya pada tangan Fey.
"Ayo cepat kita kesana, Kak." Ajak Fey yang kini menarik tangan Gian agar berjalan lebih cepat lagi.
Benar saja, ketika mereka sampai, tampak tante - tante Gian sedang sesenggukan, termasuk Mama Mila. Mama Mila yang melihat kedatangan putra dan menantunya pun langsung menghambur memeluk keduanya.
"Oma sudah gak ada, Nak." Lirih Mama Mila yang membuat Fey dan Gian langsung membeku.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya