Greyna Joivandex, gadis berusia 18 tahun, dipaksa menikah dengan Sebastian Ferederick, direktur kaya berusia 28 tahun, oleh ibunya. Pernikahan yang terpaksa ini membawa Greyna ke dalam dunia yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dengan kekayaan dan kekuasaan yang melimpah, Sebastian tampaknya memiliki segalanya, tetapi di balik penampilannya yang sempurna, terdapat rahasia dan konflik yang dapat menghancurkan pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ameliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghilang
Sesuai permintaan Kiera, kini popcornnya sisa setengah, sementara Erland hanya menatap Kiera. "Sayang, minum," pinta Kiera, memonyongkan bibirnya. Erland dengan sabar memberikan sedotan ke mulut Kiera.
"Ayo, Grey," ucap Tian, bangkit dan menarik tangan Grey pergi. Saat itu juga, Kiera melotot melihat Grey digandeng orang.
"Lho, eh itu... ah, anu itu Grey kan?" ucapnya heboh, menunjuk pasangan yang berjalan meninggalkan restoran.
"Sayang, aku enggak salah lihat, kan? Tadi beneran Grey," ucap Erland, mengangguk.
"Wahhh, parah! Dia demennya om-om berjas," ucap Kiera, terkejut.
Kiera tidak menyangka ekspresi sedihnya tadi siang di sekolah hanya ekspresi palsu. Ia merasa paling tersakiti di dunia, padahal dirinya lah yang diam-diam punya kekasih ganteng.
"Sayang, bangun, ayo!" ucap Kiera, meletakkan popcornnya di meja dan menarik Erland mengikuti Grey. Jeny hanya menonton sambil memakan sosialnya.
"GREY, TUNGGU!" teriak Kiera saat pintu lift hendak tertutup. Grey dengan cepat memencet tombol penutup lift.
"Cepat, cepat, tutup, cepat!" Tian menghela nafas dengan sabar melihat tingkah laku Grey.
"Segitu takutnya kamu ketahuan nikah sama saya? Apa kamu malu ya nikah sama saya?" pintu liftnya kini tertutup.
"Om diem, saya lagi ngambek."
"Saya cuma mau bilang kalo saya tidak memiliki hubungan apa pun dengan Jeny. Kami memang pernah berpacaran, tapi itu hanya berlangsung selama 3 bulan. Semua yang dia katakan tidak benar."
"Sejak acara pesta malam itu, dia mulai mengikuti saya. Dia tiba-tiba datang dan memeluk saya, membuat saya merasa terkejut."
"Saya minta maaf atas kesalahan yang saya lakukan tanpa sadar. Saya mohon, jika saya melakukan kesalahan, tolong beritahu saya. Jika kamu hanya diam dan marah, saya akan bingung dan tidak mengerti"
Pintu lift terbuka, memperlihatkan Kiera dan Erland dengan nafas terengah-engah. Kiera menatap Grey dengan seringai.
"Perfect, mau kabur kemana lagi lo?" ucap Kiera, menatap Grey.
"Aduhh, sumpah jangan sekarang, Ra. Besok gue jelasin, ya," ucap Grey, menghela nafas.
Kiera melirik Tian yang sedang terdiam, menyimak pembicaraan mereka.
"Yaudah deh," ucap Kiera, mengalah dan memberikan jalan untuk mereka berdua.
"Muka Grey tertekan," ucap Kiera, prihatin.
"Udah, sayang. Biarin dulu. Dilihat-lihat, keknya Grey lagi stress," ucap Erland.
"Hei, kamu mau kemana?" panggil Tian, melihat Grey memanggil taxi.
"Mau kerumah Bunda," ucap Grey, menutup pintu taxi.
"Jalan, Pak!"
"Om," panggil Kiera, menyentuh lengan Tian dengan jari telunjuk.
Tian menoleh, menatap Kiera dengan bingung. "Ada apa?" tanyanya.
"Om, sebenarnya siapa Grey?" tanya Kiera, penasaran setengah mati.
"Mau jawaban serius atau bohong?" tanyanya.
"Serius, Om," jawab Kiera, menatap dengan jengkel.
"Kamu jangan terlalu ikut campur urusan orang lain, Ra," tegur Erland.
"Dia istri saya," jawab Tian dengan singkat.
Sebelum menutup pintu mobil, Tian kembali berucap, "Tolong rahasiakan ini, ya. Cukup kalian berdua saja yang tahu."
"NAH BENERKAN!" heboh Kiera.
Flasback dipantai
"Grey mana sih, ah? Itu si Alka udah mau ditembak sama Gio, malah ngilang."
Saat melihat sekeliling, Kiera tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik. "Eh, itu Grey bukan sih?" tanyanya pada dirinya sendiri, melihat Grey digendong oleh seseorang.
"Itu baju gue yang gue pinjemin ke Grey. Itu yang gendong Grey, siapa? Wah, jangan-jangan sahabat gue mau diculik!" Kiera buru-buru mengikuti mereka berdua yang menuju ke penginapan Grey.
Saat sampai di sana, ia melihat pria itu menekan kode kamar Grey. "Sianjir, punya pacar dia, wakkk! Nggak bilang-bilang!" Ya, itulah asumsi Kiera waktu itu.
Kiera ingin bertanya, tetapi malah melupakannya karena terlalu sibuk mengurus Gio dan Alka.
Flasback Off
"Udah gue duga, nih manusia pintar menyembunyikan sesuatu," kata Kiera, membuka pintu mobilnya dan mempersilakan Kiera masuk.
Sudah satu minggu Grey tidak masuk sekolah, ia menghilang tanpa kabar. Adapun Tian yang sudah mencari tanpa henti, tetapi tidak membuahkan hasil.
Grey memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa tubuhnya. Ia juga menikmati es kelapa yang sudah ia minum sejak dua hari lalu, kini telah menjadi favoritnya.
Ya, Grey kabur ke pantai yang jauh sekali. Ia sudah menginap selama seminggu. Bahkan untuk menghilangkan pengganggu, Grey membiarkan ponselnya tanpa niat membukanya sedikit pun.
"Tian, hei, dengar tidak!" kesal Jeny yang tidak dihiraukan sejak tadi.
Xander hanya menatap sambil geleng-geleng melihat tingkah wanita itu.
"Bas, lo enggak mau ngusir nih cewek yang bikin pusing" Tian menghela napias.
"Pulang kamu sana, saya banyak kerjaan. Kamu juga punya kerjaan, kan? Satu lagi, berhenti berharap kalau saya bakal luluh dan mau menerima kamu," kata Tian tegas.
Satpam pun datang menyeret Jeny. "Agh, lepas! Kalian jangan pegang gue!" berontak Jeny, namun kedua satpam tersebut memegangnya dengan kuat.
"Sebastian, aku..." belum selesai Jeny berbicara, pintu lift sudah tertutup.
"Beh, langsung lega nih ruangan," lega Xander terduduk di kursinya. Rasanya gendang telinganya hendak pecah mendengar ocehan-ocehan tidak berguna itu.
"Gimana, udah ada kabar soal Grey?" tanya Xander menatap Tian yang tiduran di sofa memejamkan mata.
"Belum," jawab Tian dengan malas.
"Parah sih, pergi kemana yak tuh anak?"
*******
Alka, Kiera, Erland, Fajar, dan Gio kini sedang berkumpul di lapangan basket.
"Lo udah dapet kabar?" tanya Alka.
"Belum sama sekali," jawab Kiera.
"Kalo kalian bertiga?" tanya Kiera.
"Enggak ada juga," jawab Gio.
"Enak bener tuh bocah, abis bikin heboh langsung kabur," ucap Kiera.
"Gimana, pulang sekolah ini kita cari dia?" usul Alka.
"Ayo aja, tapi mau nyari kemana?" tanya Erland.
Bukan Kiera namanya kalau enggak ember. Ya, setelah mendengar sekaligus melihat kejadian itu, ia langsung menyebarkannya di grup "Wilayah Aman".
Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah Cafe Seribu, tempat mereka sering berkumpul. Kedua, rumah Grey, tetapi tidak ada orang sama sekali. Ketiga, pantai, tempat Alka dan Gio jadian. Keempat, sekaligus harapan terakhir adalah tempat Tian.
"Tunggu!" Heboh Alka. Mobil yang tadinya sudah hendak jalan tiba-tiba berhenti.
"Apa?" tanya Gio yang menyetir mobil.
"Kalian ada yang tahu rumah suaminya Grey di mana?" Mereka semua saling menatap satu sama lain, kemudian menggeleng.
"Terus, gimana mau ke sana kalau kita aja enggak tahu tempatnya?"
"Coba minta alamatnya sama Tante Aresa," saran Kiera.
"Yaudah, bentar gue coba telpon," ucap Alka.
Setelah penjelasan panjang, akhirnya mereka mendapatkan alamat Tian, dan segera tancap gas menuju kesana. 30 menit kemudian, kini mereka sudah sampai di depan pagar yang menjulang tinggi.
"Busettt, pagarnya aja udah bisa buat beli 1 motor ini mah," kata Fajar dengan takjub.
"Ini gimana, ada orang nggak di dalam, gelap banget," ucap Erland.
"Coba telpon itu suaminya lo, ada ngambil nomernya kan tadi dari Tante Aresa," ucap Fajar.
"Halo?" Ucap Alka.
"Ya," jawab Tian.
"Ma-maaf, apa benar ini nomor Sebastian, suaminya Greyna?" tanya Alka.
"Ya, saya sendiri, siapa?"
"Alka, om. saya sahabat Grey."
"Oh, iya, ada apa?"
"Jadi gini, sudah 1 minggu sejak Grey menghilang dari sekolah, apa dia ada sama Om?"
"Oh, benar. Saya juga tidak tahu, setelah kejadian itu Grey menghilang, ia tidak membawa apapun selain ponselnya. Saya sudah mencarinya selama seminggu, setelah ketemu nanti saya beritahu kalian."
"Oke, kalo gitu terima kasih."
"Sama-sama," balas Tian.
semangat
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩