Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis yang kejam
...~Hutan kota Geng~...
"Ciahh..." Derap kaki kuda melaju tanpa henti. Hingga,
Ciuuu...
Doorrr...
Petasan isyarat di bunyikan membentang di langit malam.
"Yuhhh..."
Kekang kuda di tarik paksa. Membuat kuda berhenti secara tiba-tiba. Zhen Shunxi yang telah memimpi pasukan menatap kearah langit di malam itu. Kedua alisnya menyatu. "Kembali ke kamp," teriaknya kuat membuat perintah lanjutan. Baru setengah jam dia melakukan perjalanan untuk menemukan tempat rahasia mata-mata negara lain. Namun tanda bahaya sudah di bunyikan untuk menarik pasukan kembali.
Di saat pasukan memasuki kamp rahasia. Seorang pria sudah menunggu membawa surat yang baru saja datang. "Ketua utama." Memberikan surat di tangannya kepada pimpinan utama yang masih ada di atas kudanya.
Zhen Shunxi membuka surat itu. Seketika tangannya bergetar melihat tulisan di dalamnya. "Kembali ke Ibu Kota." Kuda di arahkan berbalik arah. "Ciahh..." Semua pasukan di bawah kendalinya langsung mengikuti perintah.
Perjalanan memakan waktu satu hari penuh. Sesampainya di depan gerbang utama Ibu Kota. Kepulan asap panas masih membumbung tinggi di iringi api yang berkobar kuat.
Melihat itu Zhen Shunxi menghela nafas dalam di dadanya. "Ciahhh..." Dia melajukan kuda semakin kencang menembus keramaian jalur utama. Tepat di depan kediaman Han dia menghentikan kudanya agar tidak melaju lebih jauh. Pria muda itu turun dari atas kudanya menatap tidak percaya kediaman megah dengan penjagaan ketat di tengah kota. Terbakar tanpa bisa di padamkan.
Seorang pria mendekat. "Ketua utama." Memberikan hormat.
"Katakan."
"Api telah berkobar tanpa henti selama tiga hari penuh. Sejak pukul tiga malam hingga hari ini. Kediaman Han seperti tungku yang telah di siapkan sebagai tempat pembakaran. Api bahkan tidak menyentuh tembok bagian luar yang mengelilingi kediaman. Hanya berkobar di dalam," jelas pria itu. Dia salah satu penyidik di Mahkamah Agung.
Kerutan kening terlihat jelas di kening Zhen Shunxi. "Bagaimana dengan keluarga Han?"
Penyidik itu terdiam untuk beberapa saat lalu berkata, "Tidak ada yang selamat."
Kedua tangan yang mengait di punggung seperti tidak lagi memiliki kekuatan. "Apa maksud mu tidak ada yang selamat?"
"Ketua utama, dua hari sebelumnya semua pelayan kediaman di liburkan. Dan Tuan Han berserta istri juga kedua anaknya tidak ada kabar dari mereka. Orang yang pertama melihat api berkobar di kediaman ini. Mengatakan jika dia mendengar jeritan rasa sakit dari dalam kediaman. Namun api dengan cepat membesar bahkan semua pintu di kediaman terkunci tidak bisa di buka lagi." Penyidik itu menatap kearah kediaman Han. "Kami juga hanya bisa berjaga agar api tidak merambat ke tempat lain. Dan tidak bisa berbuat banyak."
Kabut tebal menyelimuti kedua mata tajam Zhen Shunxi. Rasa sesak terasa menekan kuat di hatinya. Tatapannya kosong merasakan hawa panas yang terasa semakin menyengat dirinya. Nafasnya terasa sangat berat bahkan hampir tidak bisa bernafas dengan baik. "Aku berjanji. Semua orang yang telah menyebabkan hal ini terjadi akan segara datang menemui mu. Kamu bisa menghukumnya dengan tangan mu sendiri. Huhhfff..." Hela nafas dalam terasa menyesakkan. "Gadis yang kejam, kamu bahkan tega membuat ikatan di hati ini. Dan pergi dengan mudahnya." Senyuman rasa sakit di ikuti tetesan air mata.
Setelah berdiam selama berjam-jam menatap kobaran api yang semakin membesar. Zhen Shunxi melangkah pergi mendekati kuda miliknya lalu menaikinya. "Ciahh..." Kekang kuda di hentakkan beberapa kali melaju menembus keramaian orang-orang yang masih di liputi kecemasan. Sekitar satu jam dia akhirnya sampai di depan pintu gerbang utama istana bagian luar. Pria itu turun dari atas kudanya berjalan tegap dengan tatapan dingin.
"Yang Mulia." Zhen Shunxi berlutut di hadapan Kaisar Jing Bai setelah memasuki aula utama. Di dalam ruangan hanya ada Kaisar bersama Kasim yang selalu setia mengabdi kepadanya.
Hela nafas dalam terdengar, "Kamu bisa bangkit." Kaisar Jing Bai menatap dengan wajah pucat. Zhen Shunxi bangkit dari lantai. "Keponakan ku pasti tidak akan bisa menahan dirinya lagi. Putrinya bersama seluruh keluarganya terpanggang habis di dalam penjagaan ku. Uhhhkkk..." Batuk menekan kuat tenggorokannya. "Aku juga tidak menyangka. Wanita itu cukup berani menyentuh keluarga Raja kecil. Shunxi, saat ini aku hanya bisa mengandalkan mu. Segera temukan bukti keterlibatan Permaisuri Chen Jia dalam praktik sesat. Agar hukuman berat bisa aku beritakan. Jika pelaku utama tidak segera di adili. Aku takut perang saudara tidak akan bisa di hindari."
"Hamba mengerti." Zhen Shunxi berjalan pergi keluar dari ruangan setelah mendapatkan perintah.
Dalam perjalanan kembali Zhen Shunxi masih tidak bisa percaya jika gadis yang selalu membuat masalah untuknya telah pergi selamanya.
"Ciaaahhh..."
Kekang kuda di hentakkan lebih kuat membuat kuda berlari semakin kencang.
Di depan pintu masuk aula utama Mahkamah Agung. Wakilnya sudah menunggu dengan wajah gelisah. "Ketua utama, ada wanita yang ingin menemui anda."
Zhen Shunxi berjalan masuk dengan alis yang sudah menyatu.
Di dalam ruangan seorang wanita dengan balutan gaun merah muda bertaburkan serbuk permata berdiri tenang. Wajahnya seperti tanpa gangguan. "Tuan Zhen." Memberikan hormat. "Mungkin Tuan Zhen sudah melupakan saya. Saya salah satu dari puluhan gadis yang anda selamatkan. Saya, nona ketiga keluarga perdana menteri kanan."
"Aku tidak memiliki waktu. Kamu bisa pergi," ujar Zhen Shunxi dingin.
Wanita itu tersenyum hangat, "Tuan Zhen, mohon tunggu sebentar. Kedatangan saya hari ini ingin menyampaikan pesan dari adik perempuan Han Yu." Tatapan wanita itu menjadi tegas namun santai. Raut wajah kesedihan perlahan terlihat. "Aku tidak menyangka pesan yang ia berikan agar aku menyampaikannya kepada anda. Adalah pesan terakhir darinya."
"Pesan?" Zhen Shunxi mendegarkan.
"Benar. Adik Han Yu, meminta saya untuk memberikan satu surat." Wanita itu mengeluarkan surat dari balik lipatan bajunya. "Dia ingin anda datang menggali kebenaran yang seharusnya terselesaikan. Pohon murbei di belakang kediaman. Tempat yang telah dia siapkan."
Zhen Shunxi mengambil surat dan membacanya. "Terima kasih." Dengan cepat dia pergi meninggalkan aula utama Mahkamah Agung. Kuda di pacu berulang kali tanpa dapat di hentikan lagi. Saat dia sampai, api juga telah padam dan hanya menyisakan tumpukan kediaman yang telah menghitam. Pria muda itu berjalan memutar menuju belakang kediaman. Dia berdiri tepat di depan pohon murbei yang di maksudkan. "Kamu benar-benar menuntaskan semua tekad sebelum bencana terjadi."
Zhen Shunxi menggali dengan tangan kosong kearah rumbukan tanah liat bekas galian. Tidak selang lama kedua tangannya merasakan benda yang ada di dalam tanah. Dia mengangkat kotak tidak terlalu besar dari dalam tanah bekas galiannya. Saat dia membukanya tumpukan dokumen rahasia tertata rapi. Bahkan masih sangat bersih tanpa noda. Beberapa token kelompok-kelompok rahasia juga ada di dalamnya. Dia pejamkan kedua matanya. Air matanya mengalir tanpa henti. Zhen Shunxi terduduk lemas bersimpuh menggenggam semua dokumen di depannya. "Aaaa..." Teriakan rasa sakit menggema.