NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Cukup Kita Berdua

"Wah gokil banget kamu kak. Kerenn!" Lingga mengacungkan jari jempolnya ke arah Kaesang, lalu bertepuk tangan.

Kaesang menepis tangan Lingga dengan cepat, lalu berbalik menatap Tyas dengan sorot mata tajam. Tyas, yang menyadari tatapan tajam itu, langsung bertanya, "Kenapa? Ada yang salah sama ucapan aku?"

"Huufftt," Kaesang mengusap wajahnya kas4r, memalingkan wajahnya tanpa menjawab pertanyaan Tyas.

Tyas mengerutkan keningnya, tetap menatap Kaesang.

"Kamu jangan bohong Kae, masa iya kamu dan Tyas..." Papa Indra tidak melanjutkan ucapannya, menarik nafas dalam-dalam.

Hening. Kaesang tidak menjawab, pun tidak menoleh.

Wajahnya tampak kesal.

"Kae?" panggil Zora. Tapi Kaesang tetap tidak menjawab.

Setelah beberapa saat Kaesang menoleh. "Kenapa? Mau marah sama aku, iya?! Apa yang udah aku lakuin itu salah? Aku tau, Pa, Ma. Aku tau kalo apa yang aku lakuin itu salah. Tapi kalian nggak ngerti. Kalian nggak ngerti perasaan aku!" Kaesang terlihat berapi-api saat berbicara, penuh dengan emosi. Ia menunjuk dadanya sendiri dengan jari telunjuknya.

"Kae, kamu--" Belum selesai Zora bicara, Kaesang sudah menyela.

"Stop! Jangan komen dulu! Aku belum selesai!" serunya, suaranya sedikit meninggi. Ia mengangkat tangannya, telapak tangan terbuka mengarah ke mamanya, memintanya untuk diam.

Semuanya terhenyak mendengar ucapan Kaesang. Terlebih Tyas. Ia tak menyangka jika Kaesang akan seemosi ini.

"Waktu itu cuma Tyas yang ada buat aku. Cuma dia yang nemenin aku, kasih aku perhatian dan cinta. Sementara kalian mana? Kalian nggak sayang sama aku. Kalian jah-at! Kalian cuma peduli sama Lingga dan lupa sama aku. Papa sama mama egois. Kalian bener-bener membuktikan apa artinya pilih kasih di sini!" ungkap Kaesang, terus terang tanpa ragu.

Tyas menyentuh tangan Kaesang, berusaha menenangkannya. "Yang, sabar," katanya lembut.

Tapi Kaesang tidak mendengar. Ia bangkit berdiri, lalu melangkah pergi meninggalkan villa tanpa mengajak Tyas. Tyas sebenarnya ingin menyusul, tetapi urung setelah melihat raut wajah keluarga Kaesang.

Mereka semua terlihat syok, sedih. Lalu mama Zora menangis.

"Jadi kak Kaesang cuek selama ini karena ini. Karena aku?" tanya Lingga sendiri. Ia merasa jika apa yang di rasakan kakaknya itu adalah salahnya.

Papa Indra menoleh ke Lingga. "Jangan nyalahin diri kamu sendiri Ngga. Ini bukan salah kamu. Ini salah papa sama mama. Kami yang nggak bisa adil sama kamu dan kakak kamu," ucapnya.

Papa Indra menoleh ke Mama Zora, tangannya mengalung di pundak Mama Zora.

"Pa, Ma, kalian sabar ya. Kaesang cuma lagi emosi itu," kata Tyas.

Lingga langsung berdiri, lalu duduk di sebelah Tyas. "Kakak ipar," panggil Lingga.

Tyas menoleh, tersenyum tipis. "Iya," jawabnya.

"Kak Kaesang dulu waktu sama kakak gimana sikapnya? Dingin nggak? Cuek? Apa kak Kaesang nggak merlakuin kakak sebagai pacarnya dengan baik?" cecar Lingga.

Sejenak Tyas hanya menatap Lingga tanpa bicara. Senyumnya merekah. Hangat. Lalu ia menjawab, "Kakak kamu hangat kok ke kakak. Dia...romantis, manja. Kakak cinta banget sama kakak kamu. Dia mampu membuktikan kalau cintanya dan hidupnya cuma buat kakak. Kakak kamu dulu sama sekali nggak dingin kok orangnya. Dia ceria, suka banget godain kakak."

Tyas mengatakan yang sebenarnya kepada Lingga. Tanpa ada yang ia tutup-tutupi.

Lingga mengangguk mengerti. "Oh gitu. Ehm, tapi kak, kak Kaesang itu dulu pernah cerita nggak ke kakak soal hal pribadinya? Yang nggak kita tau gitu. Ada nggak?" tanyanya lagi, kali ini lebih spesifik.

Tyas mengerutkan keningnya, curiga. "Kenapa kamu nanya gitu? Ada kok, kakak kamu nggak pernah nutupin apapun dari kakak. Tapi soal apa itu, maaf ya kakak nggak bisa cerita," tukasnya.

"Yas," panggil Papa Indra.

Tyas menoleh. "Iya Pa," jawabnya.

"Kamu susul Kaesang gih, dia pasti ada di teras villa," pinta papa Indra.

Tyas mengangguk, lalu berdiri. Ia berbalik dan melangkah keluar villa, mencari Kaesang.

Begitu sampai di luar, ia melihat Kaesang duduk di tangga teras. Tyas menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"Kamu marah sama aku ya Yang?" tanya Tyas, ikut melihat apa yang Kaesang lihat.

Kaesang tidak menoleh. "Siapa yang marah sama kamu? Aku nggak marah kok," katanya.

Tyas menoleh ke Kaesang, matanya sedikit berkerut. "Kamu marah sama aku. Buktinya kamu keluar villa nggak ngajak-ngajak aku," katanya, bibirnya sedikit maju ke depan.

Kaesang menarik napas panjang, menoleh ke Tyas. "Maaf Dear. Aku lagi emosi tadi, nggak mikirin kamu," katanya.

Senyum mengembang di bibir Tyas. Ia mendekat, memeluk Kaesang, dan menepuk-nepuk lembut pundaknya.

"Lupain semua yang udah berlalu ya Yang. Jangan diinget-inget lagi, nanti bikin sakit," kata Tyas.

Kaesang hanya diam, lalu mengangguk tanpa bicara.

Tyas melepaskan pelukannya, tangannya terangkat membingkai wajah Kaesang. Senyumnya masih tersungging.

"Udah dong cemberutnya. Jelek tau kamu kalo lagi cemberut gini," goda Tyas, lalu tertawa lepas.

Kaesang awalnya hanya diam, tetapi ia ikut tertawa melihat Tyas tertawa.

Ia berdiri, lalu menarik tangan Tyas, mengajaknya berdiri juga. Tyas pun berdiri.

"Kita jalan-jalan ke pantai yuk, mumpung masih siang," ajak Kaesang.

"Hmm, boleh. Tapi kamu mau ajak yang lain nggak? Mau aku panggil mereka?" tanya Tyas, ia akan beranjak tapi Kaesang melarangnya.

"Nggak usah. Cukup kita berdua aja Dear. Aku mau menghabiskan waktuku sama kamu. Yuk kita pergi, keburu sore nanti," kata Kaesang.

Tyas menghela napas, tersenyum tipis, lalu mengangguk. Mereka pun pergi dari sana, berjalan kaki sambil bergandengan tangan menuju pantai yang tak jauh dari sana.

Matahari siang bersinar terang, menerpa lembut kulit Tyas dan Kaesang saat mereka berjalan beriringan di sepanjang pantai. Pasir putih lembut terasa hangat di bawah kaki mereka, sementara suara ombak yang bergulung menenangkan hati. Angin laut yang sepoi-sepoi membawa aroma asin yang menyegarkan.

Kaesang sesekali melirik Tyas, tersenyum tipis. Ia merasa tenang berada di samping wanita yang dicintainya, melupakan semua ketegangan yang baru saja terjadi di villa.

"Kamu suka pantai, Yang?" tanya Tyas, suaranya lembut.

"Sukaa," jawab Kaesang singkat, matanya masih tertuju ke arah laut.

"Aku juga suka. Dulu waktu masih kecil, aku sering diajak Ayah ke pantai. Kita main pasir, nyari kerang, sama ngelihat sunset bareng," cerita Tyas, matanya berbinar-binar mengenang masa kecilnya.

Kaesang menoleh ke Tyas, matanya berbinar-binar, "Kamu kayak anak kecil, lucu."

Tyas tertawa kecil, "Kamu juga kayak anak kecil, suka ngambek."

Kaesang terkekeh, "Ya, aku kan lagi emosi tadi. Tapi kamu tenang aja, aku udah nggak marah lagi."

Tyas mengangguk, "Aku tau kok. Kamu kan nggak bisa marah lama-lama kalo sama aku."

Mereka terus berjalan, menikmati suasana pantai yang tenang. Kaesang menggenggam erat tangan Tyas, seolah ingin meyakinkan Tyas bahwa ia benar-benar mencintainya. Tyas pun membalas genggaman tangan Kaesang, hatinya terasa hangat.

"Yang, kamu mau makan apa? Aku laper," kata Kaesang, perutnya mulai berbunyi.

"Mau makan seafood? Di sini banyak warung makan yang jualan seafood, kan? Tadi aku lihat banyak berjejer di pinggir pantai," jawab Tyas.

"Oke, kita makan seafood aja. Tapi kamu mau makan apa? tanya Kaesang.

"Aku mau makan kerang rebus sama cumi bakar. Kamu mau makan apa?" tanya Tyas.

"Aku mau makan ikan bakar sama udang goreng. Tapi jangan lupa pesen es kelapa muda ya, biar seger," kata Kaesang.

Mereka pun berjalan menuju warung makan yang berada di pinggir pantai. Aroma seafood yang menggugah selera langsung menyambut mereka. Kaesang memesan makanan yang mereka inginkan, lalu mereka duduk di meja yang menghadap ke laut.

Sambil menunggu makanan datang, mereka menikmati pemandangan laut yang luas. Angin laut bertiup lembut, membuat suasana semakin nyaman.

"Yuk, kita foto-foto dulu sebelum makan!" ajak Kaesang, sambil mengeluarkan ponselnya.

Tyas tersenyum, "Boleh! Tapi kamu jangan bikin muka cemberut ya!"

Kaesang melirik Tyas, "Mana ada? Aku nggak pernah cemberut kalo sama kamu."

Tyas tertawa, "Halah boong kamu. Tadi kamu cemberut tuh. Dingin banget muka kamu waktu aku samperin di teras villa."

Kaesang mengatur posisi, lalu mereka mulai berpose. Beberapa kali mereka berganti pose, tertawa dan bercanda, membuat suasana semakin ceria. Setelah beberapa foto diambil, makanan yang mereka pesan pun tiba.

"Wow, lihat ini! Semua makanannya terlihat enak!" seru Tyas, matanya berbinar-binar melihat hidangan di depan mereka.

Kaesang mengangguk, lalu tersenyum, "Iya, semuanya terlihat menggugah selera. Ayo kita coba!"

Mereka mulai menyantap makanan, berbagi cerita sambil menikmati setiap suapan. Kaesang mengunyah ikan bakar dengan lahap, sementara Tyas menikmati kerang rebusnya.

"Enak banget, ya?" tanya Kaesang, mulutnya masih penuh makanan.

"Enak banget! Dan seger!" jawab Tyas, dengan senyuman lebar.

Setelah makan siang yang menyenangkan di pinggir pantai, Kaesang dan Tyas melanjutkan petualangan mereka ke spot oleh-oleh yang ada di pantai. Mereka berdua bersemangat untuk mencari beberapa barang unik yang bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan dari liburan ini.

"Yuk, kita ke sana!" ajak Kaesang sambil menunjuk ke arah kios-kios yang terletak tidak jauh dari tempat mereka makan.

Tyas mengangguk dengan antusias, "Ayo! Aku udah penasaran dengan apa aja yang dijual di sana."

Mereka berjalan beriringan menuju spot oleh-oleh. Saat tiba, mereka disambut dengan berbagai macam barang yang dipajang, mulai dari kerang hias, gantungan kunci, kaos pantai, hingga makanan khas daerah seperti keripik dan sambal.

"Wow, banyak banget pilihannya!" seru Tyas, matanya berbinar-binar melihat semua barang yang ada.

Kaesang tersenyum melihat ekspresi Tyas, "Kita bisa cari sesuatu yang unik untuk dibawa pulang. Apa kamu mau lihat yang mana dulu?"

Tyas berjalan ke arah sebuah kios yang menjual kerajinan tangan dari kerang. "Lihat ini! Kerajinan dari kerang ini lucu-lucu banget," katanya sambil menunjuk beberapa barang.

Kaesang mendekat dan melihat dengan seksama. "Iya, ini keren! Kita bisa beli beberapa untuk dijadikan oleh-oleh untuk ayah dan bunda kamu," ujarnya.

Setelah berkeliling dan memilih beberapa barang, mereka menemukan sebuah patung kecil berbentuk ikan yang terbuat dari kerang. "Lihat deh Yang, cantik. Cocok banget buat di taruh di ruang tamu rumah bunda," kata Tyas sambil tersenyum.

Kaesang setuju, "Iya, cantik. Kamu ambil aja Dear, nanti kita bisa kasih ke bunda dan ayah setelah pulang dari sini."

Mereka juga membeli beberapa makanan ringan khas pantai, seperti keripik udang dan sambal.

Setelah selesai berbelanja, mereka duduk di tepi pantai sambil menikmati angin laut yang sejuk. "Hari ini sangat menyenangkan, Yang," kata Tyas dengan senyuman lebar.

"Setuju! Berkat kamu dan karena kamu semuanya jadi terasa menyenangkan Dear. Aku mencintaimu," jawab Kaesang sambil menggenggam tangan Tyas.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!